logo Kompas.id
UtamaKorsel-Jepang Siaga, Relawan...
Iklan

Korsel-Jepang Siaga, Relawan Korut Siap

Oleh
· 2 menit baca

TOKYO, sabtuSituasi keamanan Semenanjung Korea kian panas gara-gara perang retorika antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemimpin rezim Korea Utara Kim Jong Un selama satu pekan terakhir. Khawatir akan terjadi konflik terbuka antara AS dan Korut, negara tetangga Korut, seperti Korea Selatan dan Jepang, tengah bersiap memperkuat pertahanan. Jepang dilaporkan memasang sistem pertahanan rudal Patriot di wilayah Shimane, Hiroshima, dan Kochi, Sabtu (12/8). Kapal penghancur jenis Aegis Pasukan Bela Diri juga disiagakan di perairan Laut Jepang atau Laut Timur untuk mencegat dan menghancurkan rudal Korut. Adapun AS dan Korsel tengah mempersiapkan latihan militer bersama yang akan diselenggarakan pada 21-31 Agustus 2017. Latihan bersama, yang disebut dengan Ulchi-Freedom Guardian, ini melibatkan puluhan ribu tentara AS dan Korsel di darat, laut, dan udara. Latihan militer ini sejak lama diprotes Korut dan dianggap provokatif. Sebaliknya, AS dan Korsel beralasan, latihan militer ini dibutuhkan untuk mengantisipasi agresi Korut. Pada saat yang bersamaan, Korut pun menyiapkan sekitar 3,5 juta relawan yang terdiri dari pekerja, anggota partai, dan tentara untuk bergabung dengan operasi Tentara Rakyat Korea melawan AS. Harian Korut, Rodong Sinmun, dan kantor berita KCNA melaporkan, pengumpulan sukarelawan selalu dilakukan manakala Korut merasa terancam. Hal itu pernah dilakukan pada 1 Agustus 2015. Waktu itu, 1 juta warga diajak bergabung militer ketika tambang di perbatasan Korut dan Korsel meledak. Pada 2013, Korut juga meminta diplomat asing meninggalkan Pyongyang saat Korut mengancam mengirim rudal ke pangkalan militer AS di Guam dan Hawaii. Jaga kepala dinginSetelah Trump kembali membalas ancaman dari Korut dengan pernyataan AS siap menyerang Korut, Presiden China Xi Jinping kembali meminta kedua belah pihak tetap menjaga kepala dingin. Ketika menelepon Trump, Sabtu, ia meminta tidak ada pernyataan atau perbuatan yang akan memperparah situasi. Bill Richardson, politikus dan diplomat AS untuk isu Korut, menilai, perang retorika ini menghambat upaya diplomasi yang sedang dilakukan sejumlah pihak. "Ini merugikan. Saya juga pikir Trump tidak akan berubah karena dia tidak mau mendengarkan siapa pun. Jong Un juga tidak bisa diduga," ujarnya. Lisa Collins dari Centre for Strategic and International Studies menilai, satu-satunya solusi ialah duduk di meja perundingan dan mengupayakan kesepakatan diplomatik. AS harus berbicara dengan Korut, seperti dijalani pada tahun 2000-an dengan perundingan enam pihak, yakni China, Rusia, Jepang, Korsel, Korut, dan AS. Saat itu, Korut mundur karena keberatan dengan pemantauan nuklir oleh pihak luar yang dikhawatirkan menghambat program rudal dan nuklirnya. (REUTERS/AFP/AP/LUK)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000