JAKARTA, KOMPAS – Hasil riset yang dilakukan lembaga-lembaga penelitian di bawah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dinilai belum dapat langsung diaplikasikan oleh masyarakat maupun kalangan industri. Karena itu, kalangan peneliti harus mempertajam fokus penelitian dengan mengakomodasi kebutuhan inovasi industri.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir, mengatakan hal tersebut di sela-sela acara Science Fun Walk di kawasan Cibinong Science Center – Botanical Garden Lembaga Ilmu Pengetahuian Indonesia (LIPI), Cibinong, Jawa Barat, Jumat, (18/8). Hadir pula Pelaksana Tugas Kepala LIPI, Bambang Subiyanto dan Deputi LIPI bidang Ilmu Pengetahuan Hayati, Enny Sudarmonowati. Acara ini diselenggarakan dalam rangka 50 tahun LIPI.
“LIPI harus mengembangkan bidang-bidang sudah dimasukkan dalam Rencana Induk Riset Nasional,” kata Nasir.
Dengan Rencana Induk Riset Nasional 2017-2045, diharapkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi nasional oleh berbagai lembaga penelitian lebih selaras
Dia mengatakan, arah tujuan pengembangan iptek nasional harus fokus pada beberapa bidang untuk saat ini, seperti bidang pangan dan pertanian, kesehatan dan obat-obatan, dan teknologi informasi. “Bidang advanced material (material maju), seperti teknologi nano, harus dikembangkan juga nanti. Indonesia harus bangkit dalam bidang iptek,” kata Nasir.
Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) 2017-2045 adalah sebuah roadmap perencanaan penelitian nasional yang bertujuan untuk mengintegrasikan fokus riset yang dilakukan kalangan peneliti di Indonesia. RIRN ini akan dituangkan dalam bentuk peraturan presiden dan dimasukkan ke dalam RAPBN dan RAPBD sehingga alokasi dana penelitian untuk bidang riset yang sudah ditentukan bisa terjaga anggarannya.
Contohnya, seperti yang tertulis dalam Dokumen RIRN 2017-2045 yang diterbitkan pada 28 Juli 2016, teknologi berbasis sumber daya alam diatur menjadi prioritas pertama dalam periode 2015-2019. Sedangkan pada periode selanjutnya, 2020-2024, teknologi maju berbasis SDA, seperti rekayasa genetika, akan menjadi prioritas utama.
Nasir menambahkan, demi keselarasan perkembangan iptek, LIPI dan lembaga-lembaga penelitian nasional lain seperti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) harus terintegrasi dengan para peneliti di perguruan tinggi.
Integrasi
Rencana integrasi antara lembaga penelitian dan perguruan tinggi ini didukung oleh Pelaksana Tugas Kepala LIPI, Bambang Subiyanto. Bambang mengatakan bahwa peneliti-peneliti LIPI sudah mulai melakukan integrasi ini, contohnya adalah peneliti-peneliti LIPI yang mengajar di perguruan tinggi.
“Kami akan menyelenggarakan open laboratory, yang tidak hanya digunakan oleh peneliti LIPI, tetapi juga dapat digunakan oleh dosen atau mahasiswa perguruan tinggi,” kata Bambang.
Bambang juga menjelaskan, demi penelitian yang lebih dalam dan keluaran yang dapat diaplikasikan masyarakat atau industri, LIPI akan melakukan desain ulang program penelitiannya. LIPI akan memfokuskan riset pada tiga bidang, yakni pangan, energi, dan air.
“Dengan lebih fokus, kami bisa mematangkan hasil penelitiannya, tidak cuma tertumpuk begitu saja,” ujar Bambang. Ia berharap dengan hasil penelitian yang lebih aplikatif, LIPI bisa lebih dikenal masyarakat. (DD17)