Setya Novanto Panggil Miryam karena Sebut Nama Anggota DPR
Oleh
Madina Nusrat
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto disebut sebagai pihak yang memanggil anggota DPR dari Fraksi Hanura Miryam S Haryani yang kini menjadi terdakwa pemberi keterangan tidak benar dalam sidang perkara korupsi kartu tanda penduduk elektronik. Novanto memanggil Miryam terkait penyebutan sejumlah nama anggota DPR yang turut menerima aliran dana korupsi KTP-el.
Pemanggilan itu terjadi sesaat setelah dakwaan KTP-el dengan terdakwa Irman dan Sugiharto, pejabat Kementerian Dalam Negeri, itu bocor. Keterlibatan Novanto memanggil Miryam itu disampaikan oleh saksi, Elza Syarif, dalam sidang lanjutan perkara keterangan tak benar dengan terdakwa Miryam di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (21/8).
Novanto memanggil Miryam terkait penyebutan sejumlah nama anggota DPR yang turut menerima aliran dana korupsi KTP-el.
Elza yang berprofesi sebagai advokat itu mengaku sempat dua kali didatangi Miryam untuk dimintai nasihatnya terkait korupsi KTP-el. Jaksa pada Komisi Pemberantasan Korupsi Kresno Anto Wibowo pun membacakan berita acara pemeriksaan Elza saat diperiksa KPK bahwa sebelum sidang Miryam pernah dikumpulkan dengan anggota DPR lain oleh Setya Novanto.
Miryam dihakimi dalam pertemuan itu yang ikut dihadiri Jamal Azis, Faisal Akbar, Markus Nari, Chairuman Harahap. Di dalam pertemuan itu Novanto menunjukkan dokumen dakwaan Irman dan Sugiharto. Elza pun membenarkan pertemuan itu dan Miryam merasa dirinya dianggap sebagai pengkhianat sehingga dia bingung. “Tetapi saya tak sebutkan nama-nama anggota DPR dalam pertemuan itu di persidangan ini. Karena saya juga agak lupa,” jelas Elza.
Namun dari pertemuan itu, Elza mengatakan bahwa Miryam mengaku dimarahi oleh teman-temannya satu partai di Hanura, yakni Jamal Azis dan Faisal Akbar. Karena dalam BAP tersebut disebutkan bahwa uang yang diterima Markus diserahkan melalui Jamal dan Faisal.
Selain Elza, jaksa pada juga menghadirkan saksi lainnya, yakni Anton Taufik yang juga berprofesi sebagai advokat. Dalam keterangan tak benar ini, Anton berperan sebagai pihak yang meminta Miryam untuk mencabut beberapa keterangan terkait aliran dana ke Markus Nari, mantan Anggota DPR.
Anton pun mengaku memperoleh imbalan dari Markus sebesar 10.000 dollar Singapura dan 10.000 dollar Amerika Serikat karena jasanya mencarikan dakwaan korupsi KTP-el dan BAP Miryam, serta jasanya memantau jalannya persidangan KTP-el sebanyak dua kali.
Markus kemudian memerintahkan Anton untuk meminta Miryam agar mencabut namanya dalam BAP dan dakwaan. “Markus meminta ke saya agar namanya tak disebut. Markus mengatakan tolong jangan sebut namanya kepada Miryam,” jelasnya.
Markus meminta ke saya agar namanya tak disebut
Atas dasar perintah itu, kemudian Anton menyerahkan berita acara pemeriksaan (BAP) Miryam kepada Elza yang dia anggap sebagai pengacara Miryam. Kendati Elza mengaku hanya sebagai teman Miryam yang membantu Miryam memberikan nasihat hukum.
Sementara Elza mengaku Anton datang ke kantornya di kawasan Menteng dengan membawa BAP Miryam yang telah digaris-garis. Elza mengatakan, saat itu dia sempat berpesan kepada Anton agar tak memberikan nasihat untuk mencabut BAP kepada Miryam. “Saya sampaikan ke Anton, kamu jangan kasih nasihat macam-macam, cabut-cabut BAP,” jelas Elza.
Akibat pertemuan itu, Anton mengaku, muncul pemberitaan bahwa ada pengacara muda yang mendatangi Miryam di kantor Elza sambil coret-coret BAP. Karena pemberitaan itu, Anton mengungsikan diri bersama istri dan anaknya ke kampungnya di Makasar, Sulawesi Selatan.
Saat berada di Makasar, Anton mengaku, dia dihubungi Aga Khan, pengacara Miryam dalam perkara keterangan tak benar, hingga dua kali. Aga Khan pun sampai mengutus seorang stafnya untuk menemui Anton di Makasar. Oleh staf tersebut, Anton dihubungkan dengan Aga Khan lewat video call. Dalam percakapan lewat video call itu, Aga Khan meminta Anton jika diperiksa KPK agar mengaku bahwa perintah mencari dakwaan dan BAP Miryam itu datang dari Akbar, staf Elza.
Anton diminta tak menyebutkan Markus sebagai orang yang memerintahkannnya mencari dakwaan dan BAP Miryam.“Tapi faktanya kan saya tak kenal Akbar, faktanya kan Markus Nari yang memerintah saya,” jelasnya.