MANADO, KOMPAS — Sebanyak 12 awak Kapal Motor Baku Sayang, kapal ikan yang tenggelam di perairan Siau, Sulawesi Utara, Senin dini hari hingga Selasa (21-22/8), belum ditemukan. Sementara tiga dari 11 korban selamat dalam peristiwa itu masih dirawat di RS Sawang Siau karena gigitan hiu.
Kapal berbobot 90 gros ton (GT) berjenis kapal pancing pole and line itu terbalik saat cuaca buruk di perairan Siau, Kabupaten Siau Tagulandang Biaro, Sulut. Kapal tersebut milik PT Sari Malalugis.
Pemilik KM Baku Sayang, Hengky Honandar, di Kota Bitung, Sulut, Selasa, mengungkapkan, pencarian anak buah kapal (ABK) yang hilang terus dilakukan regu penolong. Pencarian melibatkan tim Search and Rescue (SAR) Manado dan kapal perusahaan.
Pada Selasa pagi, regu penolong menyusuri Laut Siau hingga ke Laut Sangihe, sekitar 50 mil laut (92,6 kilometer) dari lokasi musibah. ”Arus dan angin kencang menyulitkan pencarian. Kami berharap mereka segera ditemukan,” ujar Hengky.
Salah satu yang hilang adalah nakhoda kapal, Antonius Kabuhung (56). Antonius bersama lima ABK lain terlihat di laut oleh rekan-rekannya. Mereka berpegangan papan.
Sementara tiga ABK yang terluka akibat digigit hiu saat berada di laut adalah Herry Sikome (56), Weldy Larinsang (46), dan Iver Kundiman (48).
Sammy Wowiling, pengelola kapal, menceritakan awal kecelakaan saat kapal kemasukan air di Laut Siau. Air laut masuk dari haluan setelah kapal itu dihantam ombak setinggi 4 meter. Banyaknya air di dalam kapal membuat mesin mati, diikuti tenggelamnya sebagian badan kapal. Saat kapal karam, semua ABK melompat ke laut.
Dihantam ombak
Juru bicara kantor SAR Manado, Ferry Ariyanto, mengatakan, KM Baku Sayang rusak parah dihantam ombak di laut.
Meydi, salah satu ABK selamat setelah berenang sejauh 5 mil laut (9,3 kilometer) ke Pulau Buhias, ditolong nelayan. Meskipun menggunakan pelampung, Meydi berpegangan pada papan dari tubuh kapal yang hancur.
Sementara 10 ABK lain diselamatkan awak tanker Qowwiy yang tengah melintas. ”Beruntung para ABK cepat ditolong awak tanker itu. Mereka ditarik dalam kondisi lemah. Tiga ABK diangkat ke kapal dalam kondisi kaki berdarah digigit hiu,” kata Ferry.
Hengky mengatakan, KM Baku Sayang merupakan satu dari tiga kapal penangkap ikan yang masih beroperasi. ”Juni lalu, kapal ini masuk dok dan mendapat perbaikan,” ujarnya.
Kecelakaan laut juga terjadi di perairan Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Senin petang. Satu perahu kayu bermesin kecil atau ketinting pecah dan karam akibat dihantam gelombang laut. Satu penumpang yang hilang, Adi (14), warga Sei Taiwan, Desa Tanjung Karang, Sebatik, ditemukan tewas pada Selasa siang. Sementara kakaknya, Aswan (27), selamat.
Di Sungai Barito, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, satu perahu bermotor (kelotok) karam tidak jauh dari Jembatan Barito, Senin malam. Tiga penumpang hilang.
Musibah terjadi setelah perahu yang mengangkut sembilan pekerja galangan kapal itu dihantam gelombang. Direktur Polisi Perairan Polda Kalsel Komisaris Besar Gatot Wahyudi mengatakan, pencarian korban hilang terus dilakukan tim gabungan. (ZAL/JUM/PRA)