Mengirimkan Pesan Damai untuk Dunia
Tahun ini, bara konflik masih terasa di berbagai belahan dunia. Di Kota Bandung, Jawa Barat, panas itu dicoba didinginkan. Lewat ajang Pameran Filateli Dunia 2017 bertajuk ”Bridging to the World of Peace Through Stamp”, damai itu dibangun dan dicoba disebarkan.
Selama lima hari, 3-7 Agustus 2017 , Bandung seperti ibu kota dunia. Sebanyak 350 filatelis dari 60 negara hadir di sana. Baik perseorangan, kelompok, ataupun kantor pos negaranya masing-masing. Sebanyak 455 koleksi terbaik dunia dalam 1.937 bingkai ikut dipamerkan dalam ajang itu.
Ajang ini tak mengenal perbedaan. Beberapa perwakilan hadir meski negaranya tengah terlibat masalah dengan negara lain. Prangko dan beragam benda pos lainnya menjadi jembatan. Berada di ruang yang sama, benci tak diberi tempat, yang ada hanya damai.
Salah satu negara yang menjadi primadona adalah Korea Utara. Minim kisah, kehadirannya mengejutkan. Tak heran, antrean di depan gerainya menjadi salah satu yang terpanjang di pameran itu.
Dilihat dari rupa kartu pos yang dijual, koleksi asal Korut mungkin tak terlalu istimewa. Gambarnya kartun. Modelnya jadul. Sedikit tema pemandangan, hampir semua kartu pos bergambar personel militer. Sedingin penjaga gerai yang pelit bicara, kartu pos itu lebih mirip poster propaganda.
Akan tetapi, semuanya tak penting lagi. Lewat beragam kejadian, Korut kerap menjadi buah bibir. Kisah negara di Semenanjung Korea ini seperti tak pernah habis didengar meski sulit digali. Kesempatan langka mendapatkan benda pos Korut langsung dari perwakilan negaranya menjadi motivasi utama bagi mereka yang rela antre.
Salah seorang yang penasaran adalah Prantona Jasera (25), filatelis asal Cibiru, Kota Bandung. Sudah lama ia ingin melengkapi koleksi prangko pemimpin dunianya dengan tokoh dari Korut.
”Harganya memang lebih mahal daripada yang lain, tetapi kapan lagi bisa dapat asli dari negeri asalnya,” kata Prantona. Satu kartu pos mirip propaganda dijual Rp 15.000-Rp 30.000 per lembar. Kartu pos lain biasanya dijual kurang dari Rp 10.000 per lembar.
Tak sulit menemukan tetangga Korut di ajang itu. Koleksi prangko asal Korea Selatan hanya berjarak sepelemparan batu. Populer di Indonesia lewat musik dan sinetron, koleksi prangkonya juga didesain unik sehingga menarik minat pengunjung.
Salah satunya adalah kumpulan prangko berjudul ”Air Mail Stamps of Korea” milik Nam Sangwook. Gambarnya didominasi berbentuk pesawat tempo dulu. Koleksi Lee Jongsuk yang berjudul ”Korean Provisional Postal Cards” yang beredar tahun 1945 hingga 1953 atau bersamaan dengan berakhirnya perang Korea.
Sejuk
Ketua Umum Perkumpulan Filatelis Indonesia Soeyono mengatakan, walau mungkin di kalangan peserta ada konflik antarnegara, filatelis tetap bersahabat. Filateli memupuk perdamaian. Perbedaan seakan bukan hal utama saat punya cinta pada bidang yang sama.
”Peserta yang datang dalam pameran ini tak memandang suku, agama, ras, dan antar golongan, ataupun dari negara mana. Meski berbeda, filatelis tetap bersahabat,” ujar Soeyono.
Dia tidak asal bicara. Konflik yang terjadi di Laut China Selatan tak menghalangi negara, seperti China, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei, ikut serta. Bahkan, panas di Timur Tengah yang baru-baru ini ramai dibicarakan dunia tampak begitu sejuk di Bandung.
Perwakilan Israel, misalnya. Mereka memamerkan dengan damai koleksi prangko berjudul ”Israel: The Road to Jerusalem” karya Shlomo Shtern. Selain itu, ada juga prangko berjudul ”For Siege Cities, Rishon leZion, Safad, Nahariya, Jerusalem”, milik filatelis Henry Nogid.
Benda pos asal Palestina juga tak canggung memperlihatkan kecantikannya. Salah satu yang menarik adalah ”Postal Stationery of the Palestine Mandate” (1920-1948) milik Claire Natik. Gambarnya memperlihatkan sisi revolusi dan religius warga Palestina.
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar menuturkan, mencermati kondisi dunia yang rentan gesekan antarbangsa, filatelis membuktikan diri dapat berperan aktif meningkatkan persahabatan bangsa-bangsa. Lewat prangko dan benda pos lainnya, banyak negara bisa indahnya damai.
Hal serupa juga dikatakan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara. Saat membuka acara itu, dia mengatakan, filateli punya sejumlah dimensi penting, salah satunya diplomasi. Sejak lama, hal itu terus tumbuh menembus beragam perbedaan. ”Filateli bisa menjadi jembatan mewujudkan perdamaian. Tahun ini, pesan itu disampaikan dari Indonesia,” katanya.
Semangat Nusantara
Akan tetapi, peran besar Indonesia tak sekadar hadir menjadi tuan rumah. Beragam prangko dan benda pos asal Tanah Air punya banyak pesan. Semangat tangguh bangsa ini keluar dari penindasan lalu bangkit di pentas dunia juga ditularkan.
Prangko bergambar banteng lepas dari rantai kekang, misalnya, dibuat di Yogyakarta pada 1 Desember 1945. Teknik pembuatannya masih sangat sederhana, dengan metode warna tunggal. Prangko itu tercatat menjadi generasi pionir yang diterbitkan Indonesia.
Diterbitkan untuk memperingati setengah tahun Indonesia merdeka, prangko itu penuh semangat. Pembuatnya seperti ingin memberi kabar eksistensi negara baru, Republik Indonesia. Lepas dari penjajahan, ingin mengguncang dunia.
Kini, jelang kemerdekaan ke-72 Republik Indonesia, prangko tak kehilangan daya magisnya. Pesonanya hadir saat prangko bergambar bunga anggrek Coelogyne marthae kembali diperkenalkan dalam ajang itu.
Coelogyne marthae adalah spesies anggrek anyar dari hutan Kalimantan. Keberadaannya ditemukan peneliti Leiden University, Belanda, tujuh tahun lalu.
Sosok Martha Tilaar, orang Indonesia pendiri Martha Tilaar grup, sangat kuat. Ia ada di balik penamaan anggrek dan kehadiran prangko yang diterbitkan terbatas oleh PT Pos Indonesia itu.
The National Herbarium of the Netherlands, organisasi herbarium di Belanda, mengabadikan nama Martha sebagai identitas anggrek itu. Martha dianggap berjasa besar bagi penelitian dunia herbarium dunia saat mendirikan Martha Tilaar Professional Chair di Leiden University.
”Saya berharap anggrek dan prangko ini menjadi kebanggaan Indonesia. Tak berhenti di sini, semoga manfaatnya terus digali untuk kesejahteraan semua orang,” kata Martha.
Creative and Innovation Director Martha Tilaar Group Kilala Tilaar mengatakan tengah meneliti manfaat anggrek ini bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Tekologi. Akar, batang, daun, dan bunganya tengah dicari manfaatnya. Apabila sudah diketahui khasiatnya, dia yakin nama Indonesia akan semakin harum ke segala penjuru dunia.
Begitulah prangko dan benda pos. Meski keberadaannya dihajar perkembangan teknologi, dia tetap hidup menularkan inspirasi. Tak sekadar menjadi pengirim warta, tetapi juga pemberi damai dan menjadi kebanggaan warga dunia.