logo Kompas.id
UtamaTeripang Nyaris Habis Dicuri
Iklan

Teripang Nyaris Habis Dicuri

Oleh
· 3 menit baca

SAUMLAKI, KOMPAS — Teripang (Holothuroidea) di perairan sekitar Pulau Seira, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku, nyaris habis karena dicuri. Padahal, teripang di perairan itu saat ini sedang di-sasi atau dilarang diambil secara adat, sesuai dengan kearifan lokal. Warga kecewa dan meminta para pencuri diproses hukum.Para pencuri diduga mengambil teripang pada malam hari. Mereka difasilitasi oknum petugas keamanan dan pengusaha yang menampung hasil curian. Informasi itu dihimpun dari sejumlah pihak di Pulau Seira dan beberapa pulau sekitarnya, seperti Pulau Ngolin, Tatunarwatu, Wariaru, dan Tamdalan Nawa. Kompas mendatangi lima pulau itu hingga Minggu (27/8). Sejak Jumat (25/8) petang, pergerakan para pelaku ditelusuri, termasuk penadah.Djat W (60), warga Pulau Tamdalan Nawa, menyebutkan, pencurian dilakukan sejumlah pemuda dengan menggunakan alat bantu pernapasan yang terhubung dengan kompresor karena teripang atau timun laut biasanya ada di dasar laut. Kompresor disediakan pihak yang memanfaatkan mereka. "Kami mau tegur, tapi kami takut," kata Djat.Keterlibatan oknum petugas keamanan diakui pula oleh seorang warga Seira lain. Dia bahkan pernah ditawari orang yang mendatanginya itu dan memberikan satu kompresor baru seharga sekitar Rp 5 juta. Selama satu bulan, dia menggunakan kompresor itu dan hasilnya dibagi bersama. Harga 1 kilogram teripang paling murah Rp 245.000 dan paling mahal Rp 1,8 juta. Setelah ditegur tokoh masyarakat, dia tidak melakukan lagi.Terkait dengan keterlibatan pengusaha diakui pula oleh Elat R (59), warga yang tinggal di Pulau Tatunarwatu. Pengusaha memodali beberapa anak muda dengan kompresor. "Setelah teripang diolah, mereka kemudian menjual kepada pengusaha itu di Saumlaki, ibu kota Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Dua minggu mereka bisa dapat sekitar Rp 30 juta," katanya.Imer Matuty, tokoh warga di Pulau Ngolin, menambahkan, teripang di perairan dekat Pulau Ngolin kini hampir habis. Saat ini, para pencuri bergeser ke wilayah lain. "Sekarang dalam satu malam kami hanya dapat setengah kilogram. Sebelum dicuri, kami bisa dapat lebih dari 10 kilogram per malam," katanya.Padahal, sejak Juli 2016, teripang di perairan dengan luas sekitar 150 kilometer persegi itu dilarang diambil atau dalam kearifan lokal dinamakan sasi. Menurut kebiasaan mereka, dua tahun setelah itu atau pada Juli 2018 larangan dicabut dan warga bisa memanen teripang dengan cara memungut ketika air laut sedang surut. Selain membantu ekonomi warga, larangan juga bertujuan menjaga keberlanjutan populasi teripang.Melecehkan adatKetua Forum Peduli Masyarakat Lima Seira, Pendeta Devi Paulus Lopulalan, mengatakan, Mei lalu, seorang anggota TNI berinisial E tertangkap ketika menjual teripang. Dia diadili dalam forum adat di Pulau Seira.Dari tangannya disita teripang seberat 25 kilogram. Warga pun marah karena saat diadili E beralasan bahwa pengambilan teripang tidak melanggar hukum. Bagi E, kata Devi, sasi atau larangan adat tidak diakui dalam aturan hukum formal. "Saat menyampaikan hal itu, warga langsung menyoraki dia. Ini bentuk pelecehan terhadap hukum adat dan kearifan lokal," kata Devi. Meskipun sudah ada pihak yang diadili secara adat, pengambilan teripang menggunakan kompresor tetap terjadi. "Mereka tidak mau mendengarkan kami," kata Devi. Ia memperkirakan, lebih dari 100 ton teripang hilang dari perairan itu.Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XVI/Pattimura Letnan Kolonel (Arm) Sarkitansi Sihaloho, saat dihubungi terkait pencurian itu, mengatakan, pihaknya belum mendapatkan laporan. Dia berjanji, Kodam akan menelusuri hal itu. "Kami akan cek secepatnya. Ini berbahaya karena melanggar kearifan lokal," kata Sarkitansi. (FRN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000