JAKARTA, KOMPAS — Seniman Benyamin Sueb dinilai menginspirasi masyarakat Betawi melalui karya-karyanya yang menghibur banyak orang. Keceriaan dan semangat Benyamin Sueb akan diangkat oleh kelompok Teater Abang None dalam pementasan konser teatrikal bertajuk ”Babe, Muka Kampung Rezeki Kota”.
Pementasan konser teatrikal ini akan digelar pada Jumat (15/9) dan Sabtu (16/9) di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dengan dukungan Bakti Budaya Djarum Foundation. Pementasan ini disutradarai oleh Agus Noor dan diproduseri oleh Maudy Koesnaedi.
Produksi kesepuluh Teater Abang None ini akan mengangkat kisah hidup Benyamin Sueb untuk pertama kali di atas panggung teater. Selain untuk mengangkat kembali budaya Betawi, kata Maudy, pementasan ini juga bertujuan meningkatkan ketertarikan anak muda terhadap seni teater.
”Kami coba mengangkat kembali karya Benyamin dan mengajak anak muda cinta seni pertunjukan. Target audiens kami memang generasi muda,” kata Maudy dalam konferensi pers yang digelar di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Rabu (30/8). Konferensi pers ini dihadiri perwakilan dari keluarga Benyamin Sueb, yakni Benny Pandawa Benyamin, putra Benyamin.
Agus Noor mengatakan, tujuan pertunjukan ini bukanlah untuk mengenang, melainkan untuk merayakan kembali Benyamin Sueb melalui jejak-jejak kegembiraan yang diwariskannya.
”Benyamin Sueb dikenal karena humornya yang spontan dan merakyat, seakan mengajak kita untuk hidup dengan rasa riang dan gembira,” kata Agus.
Buku Muka Kampung Rezeki Kota karya Ludhy Cahyana dan Muhlis Suhaeri tahun 2005 menjadi basis skenario teater ini. ”Dalam buku itu kami menemukan titik-titik peristiwa penting dalam hidup Babe Benyamin kemudian mengangkatnya ke atas panggung dalam bentuk adegan dan lagu yang akan dinyanyikan,” ujar Maudy.
Lima sketsa
Kisah hidup Benyamin Sueb akan ditampilkan dalam lima pembagian. ”Akan ada lima sketsa, Benyamin masa kecil, remaja, dewasa bagian pertama, dewasa bagian kedua, dan hingga beliau wafat,” ujar Maudy. Penyiar televisi Tommy Tjokro akan memerankan Benyamin Sueb dalam salah satu sketsa ini.
Tommy mengaku bangga dapat memerankan seniman legendaris Benyamin Sueb. ”Saya tidak menyangka pada awalnya karena saya tidak mendapat peran sebesar ini pada produksi Teater Abang None sebelumnya,” ujar Tommy yang akan menyanyikan 6-7 lagu dalam pertunjukan ini.
Ifa Fachir, penata musik dalam pertunjukan ini, mengatakan, konsep konser teatrikal ini sebenarnya patut disebut sebagai sebuah komedi musikal.
”Kata musikal berkesan seperti Broadway, tetapi pertunjukan ini masih bernuansa Betawi,” kata Ifa.
Ia juga menjelaskan, musik gambang kromong dan orkestra akan berkolaborasi dalam pertunjukan ini. Bahkan, setiap sketsa akan memiliki genre musiknya masing-masing.
Jumlah genre musik yang bermacam-macam menyebabkan pertunjukan ini mempunyai koreografi tarian yang kompleks. Koreografer Atien Kisam mengatakan, ada 200 gerakan koreo dalam produksi kali ini. Sebagai perbandingan, Ifa menjelaskan, produksi Teater Abang None pada 2011, ”Sangkala 9/10”, memiliki 21 gerakan koreo. ”Ini disebabkan para pemeran selain harus memperagakan gerakan teatrikal, tetapi juga gerakan-gerakan musikal,” kata Atien.
Benny Pandawa Benyamin mengatakan, ia mengapresiasi upaya Teater Abang None mengangkat sosok ayahnya dalam bentuk seni peran. ”Saya optimistis Teater Abang None akan sukses membawakan kisah hidup Babe Benyamin Sueb. Kita tahu kelas Mpok Maudy dan Teater Abang None dalam berkarya,” kata Benny.
Tiket pertunjukan ”Babe, Muka Kampung Rezeki Kota” pada Jumat dan Sabtu di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, itu dijual seharga Rp 500.000 untuk kursi VIP, Rp 300.000 untuk kelas 1, dan Rp 200.000 untuk kelas 2. (DD17)