Seorang ibu rumah tangga ditahan oleh Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara RI terkait aktivitasnya di media sosial. Dia mengunggah beberapa konten pada 21-22 Juli 2016 yang dianggap masuk dalam kategori ujaran kebencian dan menyinggung SARA.
Yang membuatnya jadi pembicaraan adalah dugaan keterlibatan dengan aktivitas Saracen, sebuah nama dari industri kebencian dan hoaks di media sosial yang dibongkar kepolisian pada akhir Agustus lalu. Saat itu polisi menahan beberapa orang yang diduga menjadi otak dari aktivitas ini dan dipastikan bisa mengakses klien ataupun aliran dana dari para donor.
Berdasarkan artikel di harian Kompas, 12 September 2017, berjudul ”Sumber Dana Saracen Mulai Terungkap”, sang tersangka yang disebut dengan inisial AD memberikan dana kepada kelompok Saracen dengan nominal Rp 75 juta. Dari keterangan yang dihimpun kepolisian, uang tersebut ditransfer beberapa kali hingga sampai ke R yang ditunjuk sebagai bendahara Saracen oleh JAS selaku pemimpin.
”Kami masih mendalami peran AD, apakah ia pemesan konten hoaks atau donor dana kelompok Saracen. Penyidik juga sedang mendalami apakah uang itu murni berasal dari AD atau ia hanya kaki tangan pihak tertentu,” ujar Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, Senin (11/9).
Penangkapan ini membuat Saracen kembali diperbincangkan di linimasa media sosial ataupun pencarian di Google. Tanpa kesulitan, para warganet bisa mengupas sosok ibu rumah tangga yang diketahui bernama lengkap Asma Dewi itu.
Semua tidak lepas dari rekam jejak digital AD yang cukup aktif di media sosial yang kemudian dikumpulkan oleh sejumlah warganet. Yang mereka dapatkan ternyata cukup banyak dan melimpah, mulai dari kaitan dengan gerakan 212 atau kerap disebut Aksi Bela Islam yang digelar 2 Desember 2016 sebagai bentuk tekanan kepada pihak yang berwajib untuk memproses dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama.
Selain itu, mereka juga mendapatkan beberapa arsip yang digunakan untuk memojokkan AD. Salah satunya kumpulan foto yang menampilkan AD berpose dengan sejumlah politisi yang memiliki posisi politik berseberangan dengan pemerintah.
Foto-foto tersebut untuk saat ini memang tidak menunjukkan korelasi yang tegas dengan kasus yang membelit AD.
Dukungan terhadap AD juga digalang warganet dengan membangun narasi bahwa polisi tidak segan untuk memperkarakan seorang ibu rumah tangga dengan agenda yang merugikan bagi umat Muslim.
Penanganan AD oleh kepolisian memang jadi pekerjaan panjang mengurai industri kebencian yang sedang marak di Tanah Air. Satu demi satu, sulur dari Saracen yang menggurita di media sosial Tanah Air akan terungkap dan ujungnya bisa jadi akan menjadi kejutan untuk semua.
Satu saran untuk seluruh warganet, berhati-hatilah dengan segala unggahan di media sosial. (ELD)