Presiden Jokowi Melepas Bantuan Tahap Pertama untuk Pengungsi asal Rakhine
Oleh
Nina Susilo
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bantuan kemanusiaan seberat 34 ton diberangkatkan dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (13/9) pagi. Presiden Joko Widodo menegaskan bantuan tahap pertama ini dikirimkan untuk pengungsi asal Rakhine, Myanmar, yang berada di Banglades. Bantuan tahap berikutnya segera dikirimkan pekan berikutnya.
”Ini pemberangkatan tahap pertama. Minggu depan akan diberangkatkan bantuan yang kedua, ketiga, dan seterusnya,” kata Presiden Joko Widodo dalam sambutannya.
Sebelumnya, Presiden juga memantau pemuatan materi bantuan yang terdiri dari beras, makanan, selimut, tenda, dan tangki air. Bantuan ini dikirimkan menggunakan pesawat Hercules C-130 TNI AU. Secara keseluruhan, total muatan bantuan yang dikirimkan seberat 34 ton.
Pesawat ini akan transit di Aceh untuk mengisi bahan bakar sebelum melanjutkan ke Chittagong, Banglades. Setiba di Chittagong, bantuan akan dikirim menggunakan truk. Diperkirakan bantuan tiba Jumat pagi.
Menurut Retno, sambil berjalan, pengurusan izin ataupun pengecekan kebutuhan berikutnya tetap dilakukan. Akses dari Pemerintah Myanmar untuk bantuan ke Rakhine juga sudah diperoleh. Namun, Pemerintah Indonesia menunggu daftar barang-barang yang diperlukan dari Pemerintah Myanmar.
Kendati demikian, persiapan barang-barang yang diduga dibutuhkan tetap dilakukan. Dalam persiapan ini, pemerintah juga bersinergi dengan masyarakat, organisasi masyarakat, dan pengusaha yang ingin membantu masyarakat Rakhine.
Saat melepas para petugas yang membawa bantuan kemanusiaan ini, Presiden didampingi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei, Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Kepala Staf TNI AU Marsekal Hadi Tjahjanto.
(Sebuah kendaraan mengangkut bahan bantuan ke dalam pesawat Hercules milik TNI AU, Rabu (13/9), di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta. Kompas/B Josie Susilo Hardianto)