JAKARTA, KOMPAS — Tersangka Zulkifli (38), otak pembunuh dan perampok pengusaha garmen Husni Zarkasih (58) dan istrinya, Zakiyah Husni (53), tewas ditembak tim gabungan Polda Metro Jaya dan Polda Jawa Tengah, Selasa (12/9) malam, dalam perjalanan ke Grobogan, Purwodadi, menuju Kudus, Jawa Tengah.
”Saat hendak kami bawa dari Grobogan ke satu penadah di Kudus, tersangka sempat hendak merebut senjata api anggota dan kabur. Karena membahayakan keselamatan anggota, tersangka kami tembak dan tewas dalam perjalanan ke Rumah Sakit Bhayangkara, Semarang, Jawa Tengah,” ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Nico Afinta, Rabu.
Sebelumnya, Zulkifli dan tersangka lainnya, Engkus Koswara (33) dan Sutarno (46), ditangkap di salah satu kamar Hotel Harmoni Indah di Grobogan. ”Seusai berkaraoke di hotel tersebut, mereka masuk kamar dan kami tangkap. Mereka kami bawa ke Polda Jawa Tengah,” ujar Nico.
Ia mengatakan, ketiga tersangka membunuh Zakiyah, lalu membunuh Husni. Sebelum membunuh keduanya, tangan dan kaki korban diikat, sedangkan mulut mereka diplakban.
Setelah membunuh, mereka mengambil harta benda korban. Peristiwa terjadi di rumah korban di Jalan Pengairan Nomor 21, Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (10/9) malam. Kedua jenazah yang masih memakai pakaian shalat kemudian dibungkus bed cover, lalu dimasukkan ke bagasi mobil korban, Toyota Altis B-2161-SBE warna perak. Dengan mobil tersebut ketiganya kabur ke Pekalongan, Jawa Tengah.
”Menurut rencana, mereka akan memarkir mobil berisi dua jenazah itu di depan rumah Husni-Zakiyah lainnya di Pekalongan. Alasan mereka, agar keluarga korban lekas tahu. Namun, niat tersebut urung. Mereka meluncur ke Purbalingga, Jawa Tengah, dan membuang kedua jenazah di Sungai Klawing, Dusun Penisihan RT 001 RW 001, Desa Palumbungan, Bobotsari,” tutur Kasubdit Reserse Kendaraan Bermotor Ditreskrimum Polda Metro Ajun Komisaris Besar Antonius Agus.
Motif
Nico dan Antonius mengatakan, kasus ini bermotif dua. ”Motif balas dendam karena sakit hati dan motif ekonomi. Output-nya, pembunuhan berencana dan perampokan,” kata Nico.
Rencana pembunuhan dan perampokan ini, lanjut Antonius, berawal saat ketiga tersangka berkumpul di sebuah rumah di Kreo, Petukangan Selatan, Minggu (10/9) pagi.
Di sana Zulkifli dan Sutarno mengeluh, keduanya diberhentikan tanpa pesangon oleh majikan mereka. Padahal, Zulkifli sudah bekerja 30 tahun sebagai sopir, sementara Sutarno sudah 20 tahun sebagai pemotong kain. Zulkifli diberhentikan karena sering melakukan tindakan tak terpuji, sedangkan Sutarno diberhentikan karena salah satu usaha garmen Husni-Zakiyah tutup.
Mereka kemudian berencana datang untuk merampok jika tuntutan uang pesangon bagi mereka diabaikan korban. Dua potong besi disiapkan selain juga plakban, sarung tangan, penutup muka, dan kabel. Ketiganya kemudian berangkat menggunakan sepeda motor.
Zulkifli awalnya memohon agar Zakiyah memberikan pesangon. Karena ditolak, Zulkifli lalu memohon agar Zakiyah meminjaminya uang. Karena tetap ditolak, Zakiyah pun dibunuh. Jenazahnya dibawa ke kamar pembantu.
Beberapa saat setelah maghrib, ketiganya sampai di rumah korban di Jalan Pengairan. Zulkifli menyapa Zakiyah yanng baru saja selesai shalat Maghrib dan masih mengenakan mukena.
Zulkifli awalnya memohon agar Zakiyah memberikan pesangon. Karena ditolak, Zulkifli lalu memohon agar Zakiyah meminjaminya uang. Karena tetap ditolak, Zakiyah pun dibunuh. Jenazahnya dibawa ke kamar pembantu.
Tak berapa lama, Husni datang. Ia baru saja shalat di sebuah mushala dekat rumahnya. Ketiganya menagih uang pesangon. Husni menolak. Husni pun dibunuh. Jenazahnya dibawa ke kamar pembantu. Di kamar tersebut, kedua jenazah dibungkus bed cover.
Setelah itu, mereka mengambil harta benda korban, lalu kabur menggunakan Toyota Altis setelah memasukkan jenazah kedua korban ke bagasi. Mobil pun meluncur ke Pekalongan, kemudian ke Purbalingga.
Setelah membuang kedua jenazah, ketiganya menginap di Hotel Harmoni Indah. Di sana mereka menghubungi seorang penadah di Kudus untuk menjual hasil perampokan mereka. Tak berapa lama, perantara penadah datang.
Setelah bertransaksi, sang perantara pun pulang. Ketiga tersangka kemudian berkaraoke di hotel tempat mereka menginap dari Senin siang sampai pukul 19.00.
Lelah berkaraoke, mereka berkumpul di kamar hendak membagi sisa uang dan harta korban yang mereka rampok. Saat itulah, tim gabungan yang dipimpin Antonius dan Kasubdit Reserse Mobil Polda Metro Ajun Komisaris Besar Aris Supriyono membekuk ketiga tersangka.
”Senin dini hari, kami, 25 personel, berangkat dari Polda Metro ke Grobogan dengan tujuh mobil. Sebelum 2 x 24 jam, ketiga tersangka sudah kami tangkap,” ungkap Aris.