Seekor Kucing Besar Diduga Harimau Jawa Tertangkap Kamera di Ujung Kulon
Oleh
dian dewi purnamasari
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Baru-baru ini, petugas harian lepas Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, melihat seekor kucing besar yang sedang memakan bangkai banteng di padang penggembalaan Cidaon. Dari gambar yang terekam kamera, kuat dugaan kucing besar itu adalah harimau jawa (Panthera tigris sondaica) yang dinyatakan sudah punah sejak 1989.
Kepala TUNK Mamat Rahmat, Rabu (13/9), mengatakan pada 25 Agustus petugas pemantauan padang penggembalaan Cidaon melihat seekor kucing besar yang memakan bangkai banteng. Sekitar pukul 17.20, seekor kucing besar yang sedang makan itu tertangkap kamera di pos pemantauan.
Dari gambar kamera terlihat kucing tersebut bermotif loreng, berbeda dengan macan tutul yang memang hidup di hutan di Ujung Kulon itu. Perut kucing besar itu terlihat berwarna putih dengan loreng sangat mirip dengan harimau jawa. Untuk menindaklanjuti temuan itu, Balai TNUK menurunkan tim ekspedisi harimau jawa yang terdiri atas delapan orang guna meneliti keberadaan kucing besar itu.
”Sebelumnya memang sudah banyak laporan dari masyarakat bahwa mereka melihat sosok lodaya (harimau jawa), tetapi kami tidak percaya karena tidak ada bukti. Baru kali ini kamera dari tim pemantau benar-benar menangkap sosok kucing besar ini,” ujar Rahmat.
Menurut Rahmat, harimau jawa suka tinggal di goa-goa yang ada di pegunungan. Pada pagi dan sore hari, mereka akan berjemur di bebatuan. Saat musim kemarau, ada kemungkinan harimau akan turun mencari sumber air minum dan mengikuti pergerakan mangsa. Apalagi, di padang penggembalaan ada banyak banteng yang setiap pagi dan sore merumput. Petugas penelitian kucing besar akan menyisir sekitar Gunung Payung dan Bukit Talanca.
Kami akan kumpulkan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh kucing besar ini. Nantinya, jejak-jejak itu akan kami bawa ke laboratorium untuk dites DNA. Kami berharap ini benar-benar harimau jawa.
”Kami akan kumpulkan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh kucing besar ini. Nantinya, jejak-jejak itu akan kami bawa ke laboratorium untuk dites DNA. Kami berharap ini benar-benar harimau Jawa,” kata Rahmat.
Koordinator Spesies WWF Ridwan ”Podol” Setiawan yang masuk dalam tim ekspedisi harimau jawa itu mengatakan akan menindaklanjuti temuan dari petugas pos pemantauan padang penggembalaan Cidaon. Ia akan mengambil sampel kotoran, air, ataupun jejak cakaran kucing besar. Sungai menjadi target utama karena saat ini sedang musim kering. Jejak yang ditinggalkan di air diharapkan jelas dan bisa diteliti DNA-nya.
”Kami akan ambil jejak-jejak yang ditinggalkan kucing besar ini, baik cakaran, kotoran, maupun urine. Kami akan menyisir area sekitar 4 kilometer melingkar dari pantai,” kata Iwan.
Ekspedisi harimau jawa ini telah mengantongi sejumlah sampel, di antaranya air dan tanah jejak cakaran. Mereka akan bekerja selama 10 hari. Delapan orang itu dibagi untuk menyisir area Bukit Talanca dan Gunung Payung. Area Gunung Payung diduga kuat sebagai habitat harimau karena memiliki banyak goa. Adapun di sekitar bukit Talanca terdapat banyak pegunungan kapur yang disukai harimau untuk tinggal.
”Kalau kami lihat dari foto yang tertangkap, usia harimau itu masih remaja kira-kira empat tahun. Kuat dugaan masih ada induknya. Jadi, sekarang ini, ya, kita harap-harap cemas menunggu hasil penelitian,” kata Rahmat.
Dugaan ini juga diperkuat dengan hasil penglihatan dari petugas harian lepas M Ganda Saputra (31). Petugas harian lepas di padang penggembalaan Cidaon itu mengaku melihat dua individu kucing besar di lokasi berbeda. Sayangnya, pada saat ia melihat kucing besar dewasa di dalam hutan, ia tidak membawa kamera. Baru pada saat pengamatan di pos pantau Cidaon, ia dan tim berhasil menangkap dengan foto kamera kucing besar remaja yang sedang memangsa banteng.
Temuan ini cukup mengagetkan karena sejak 1989, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan spesies harimau jawa telah punah karena rusaknya habitat. Namun, sejumlah peneliti masih menaruh harapan harimau tersebut masih ada meski tidak didukung oleh temuan dan fakta ilmiah.