Lagi-lagi kereta anjlok. Seperti sejumlah kejadian sebelumnya, wesel rel menjadi penyebab peristiwa terbaru anjloknya kereta. Kali ini kejadian bertempat di wesel Stasiun Jakarta Kota yang mengarah ke rel layang, Kamis (14/9) pagi.
Peristiwa ini membuat lalu lintas kereta rel listrik (KRL) menjadi terhambat hampir seharian. Sejumlah 14 perjalanan dibatalkan sebagai imbas KRL yang anjlok itu dan sebagian rute perjalanan lainnya dipotong.
Berdasarkan catatan Kompas, anjlok akibat wesel rel telah berulang. Setidaknya ada empat kejadian kereta anjlok di wilayah Jakarta.
Pada 2 Mei 2015, KRL rute Bekasi-Jakarta Kota anjlok di antara Manggarai-Jatinegara. Lokasi anjlok juga di sekitar wesel.
Pada 9 Mei 2015, lokomotif yang baru saja menarik KA Majapahit anjlok di sekitar wesel di kawasan Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur. Enam roda lokomotif ini keluar dari rel.
Dua roda KRL 1347 relasi Bekasi-Jakarta Kota keluar dari rel sekitar 50 meter dari wesel masuk jalur 3 Stasiun Manggarai, 27 Oktober 2015.
KRL rute Bogor-Jatinegara anjlok di jalur lengkung Kilometer 5,4, selepas Stasiun Manggarai menuju Stasiun Sudirman, 18 Mei 2016. Lokasi kejadian berada di wesel yang berjarak sekitar 500 meter dari emplasemen Stasiun Manggarai. Kereta yang anjlok adalah kereta kedua dari depan. Ada dua pasang roda yang keluar dari rel.
Wesel
Dalam sistem perkeretaapian, wesel memegang peran penting. Kamus Umum Transportasi yang diterbitkan Masyarakat Transportasi Indonesia mendefinisikan wesel sebagai konstruksi pertemuan atau percabangan beberapa jalur sepur yang dapat dioperasikan dengan memindahkan elemen konstruksi khusus menuju arah yang dituju.
Untuk mudahnya, wesel inilah yang menentukan arah kereta, dengan memindahkan elemen konstruksi khusus menuju arah yang dituju.
Dulu, perpindahan wesel diatur secara manual. Petugas harus memindahkan tuas dan menguncinya agar wesel tidak bergerak-gerak manakala kereta lewat.
Saat ini, wesel sudah elektronik sehingga perpindahan jalur bisa diatur dari ruang kendali. Tentu saja, ini memudahkan pengaturan perjalanan kereta yang semakin hari semakin padat.
Sebagai sebuah sistem yang penting, perawatan wesel juga harus dilakukan berkala. Pemeriksaan dilakukan baik harian, bulanan, maupun setiap semester. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kereta, terutama kereta anjlok.
Senior Manajer Humas PT KAI Daerah Operasional I Suprapto, Kamis, mengatakan, fungsi wesel harus dipastikan selalu baik. Pemeriksaan dan perawatan dilakukan setiap hari. Pemeriksaan bisa dilakukan dengan memberikan pelumas, mengecek fungsi wesel, serta memastikan tidak ada benda asing yang mengganjal. ”Kalau ada yang mengganjal, sekecil apa pun, benda itu bisa membuat rongga di wesel. Itu yang berbahaya. Jadi, harus dicek terus,” ujarnya.
Memang belum dipastikan wesel ini sebagai penyebab kereta itu anjlok. Namun, menilik lokasinya, keandalan wesel menjadi penting. Tentu saja, kereta yang digunakan juga mesti dalam kondisi yang prima.
Panjang buntutnya
Perawatan yang prima penting untuk pencegahan. Sebab, meskipun tidak ada korban jiwa akibat kejadian di atas, peristiwa anjlokan menghambat seluruh perjalanan kereta api hampir seharian. Apalagi, jadwal perjalanan KRL saat ini tergolong padat, yakni 918 perjalanan per hari. Jumlah itu belum lagi ditambah dengan perjalanan KA antarkota dan KA barang, sementara alternatif rute perjalanan sangat terbatas.
Saat kejadian pada 14 September 2017, misalnya, meskipun KRL yang anjlok sudah selesai diangkat dan dipindahkan ke Depo Bukit Duri pada pukul 15.50, keruwetan perjalanan KRL masih terus berlanjut hingga malam.
Stasiun Manggarai masih dipadati penumpang yang mencari kereta. Perjalanan kereta tersendat lantaran harus mengantre masuk dari stasiun ke stasiun.
Karenanya, ke depan, keandalan sarana dan prasarana termasuk wesel ini amat penting. Apalagi, jumlah penumpang KRL saat ini sudah sering menembus angka 1 juta penumpang per hari dan akan menuju 1,2 juta penumpang di tahun 2019. Jangan sampai kepercayaan orang menurun karena keretanya ”terpeleset” dari rel. (DD04)