Penggunaan Limbah Diperluas
BEKASI, KOMPAS — Pemerintah berencana memperluas penerapan penggunaan campuran limbah plastik kresek sebagai campuran aspal. Campuran limbah plastik kresek dan aspal itu bisa menjadi terobosan dalam pemeliharaan 46.000 kilometer jalan nasional.
Perluasan penggunaan limbah plastik kresek (low density polyethylene) menjadi peluang bisnis baru bagi masyarakat. "Yang perlu dipikirkan sekarang rantai pasoknya karena akan menjadi bisnis tersendiri. Saya tidak tahu mulai dari mana, tetapi perlu dipikirkan model bisnis yang berkesinambungan. Jangan sampai pengusaha kaya yang masuk, tetapi pengusaha kecil yang masuk," kata Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dalam uji coba penerapan limbah plastik dalam campuran aspal di Kota Bekasi, Jawa Barat, bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono akhir pekan lalu.
Dalam uji coba, setiap 1 kilometer jalan yang terdiri atas 4 lajur yang masing-masing selebar 7 meter dan setebal 5 sentimeter memerlukan limbah plastik sebanyak 3 ton. Adapun limbah plastik untuk campuran aspal sekitar 6 persen dari aspal. Pada Juli lalu, uji coba telah dilakukan di lingkungan Universitas Udayana, Bali.
Selama ini limbah plastik kresek belum dimanfaatkan. Limbah yang telah dimanfaatkan adalah jenis high density polyethylene seperti tutup botol air kemasan, polyethylene terypthalate seperti botol minuman, dan polypropylene seperti pembungkus deterjen atau biskuit. Data pada 2015 menunjukkan, dari 3,32 juta metrik ton limbah plastik di Indonesia yang belum dikelola, sekitar 0,48-1,29 juta metrik ton merupakan limbah plastik yang dibuang ke laut. Adapun sekitar 80 persen sampah plastik di laut berasal dari darat.
Menurut Luhut, jika pemanfaatan limbah plastik semakin meluas, jumlah sampah yang tidak terkelola akan semakin berkurang. Hal itu meningkatkan kebersihan lingkungan, membuat masyarakat lebih sehat, serta berdampak pada pariwisata. Peluang ekonomi baru dari limbah plastik pun akan muncul.
Mesin pencacah
Basuki mengatakan, Kementerian PUPR siap mendanai sekolah menengah kejuruan (SMK) yang dapat membuat mesin pencacah limbah plastik kantong kresek menjadi ukuran kecil, yakni 9 mm x 9 mm. Selama ini, pasokan serbuk limbah plastik tersebut didapatkan dari sebuah industri di Bandung.
"Kalau SMK bisa membuat mesin pencacahnya, Kementerian PUPR akan mendanai. Mesin itu lalu dibagi dan dimanfaatkan karena Kementerian PUPR punya 18 balai pemeliharaan jalan, bisa dimulai dari situ. Lalu, dinas-dinas pekerjaan umum di provinsi dan kabupaten pasti akan ikut," kata Basuki.
Menurut Basuki, dengan jumlah jalan nasional sepanjang 46.000 kilometer yang harus dipelihara setiap tahun, kebutuhan limbah plastik akan sangat besar. Ke depan, pemanfaatan limbah plastik akan diperluas antara lain akan diterapkan di Medan, Surabaya, serta tempat istirahat di Tol Tangerang-Merak.
Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR Danis H Sumadilaga, limbah plastik berfungsi sebagai perekat. Jika campuran plastik terlalu banyak, jalan yang diaspal bisa retak. Komposisi idealnya adalah 6 persen dari aspal. (NAD)