Penggantian Alat Tangkap untuk Bangun Ekonomi Kelautan
Oleh
Aditya Putra Perdana
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Kementerian Kelautan dan Perikanan terus berupaya mengganti alat tangkap cantrang dengan alat tangkap yang ramah lingkungan. Meski volume tangkapan tak akan langsung sama, penggantian itu merupakan upaya untuk membangun ekonomi kelautan.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, di sela-sela pembagian alat tangkap ramah lingkungan kepada nelayan, di Balai Besar Penangkapan Ikan Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (20/9), mengatakan, selain tak ramah lingkungan, alat tangkap cantrang juga menghabiskan ikan kecil yang sebenarnya berpotensi tumbuh besar.
”Dengan alat tangkap ramah lingkungan, ikan-ikan kecil tidak akan terjaring. Terkait hasil tangkapan, bersabarlah 3-6 bulan, ikan-ikan kecil tersebut akan tumbuh sehingga nantinya produktivitas dan mutu hasil penangkapan akan terus meningkat,” ujar Susi.
Adapun pelarangan penggunaan cantrang tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2/PERMEN-KP/2015. Namun, saat ini masih dalam masa transisi hingga 31 Desember 2017. Dalam masa transisi itu, pemerintah secara bertahap membagikan alat tangkap pengganti.
Susi juga membagikan 690 paket bantuan alat tangkap ramah lingkungan berupa jaring insang permukaan, jaring insang dasar, dan bubu lipat rajungan tipe kubah. Nelayan yang menerima bantuan antara lain berasal dari Kota Semarang, Kabupaten Brebes, Pemalang, dan Pekalongan.
Susi menambahkan, pemberian bantuan merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk menjaga kedaulatan laut sesuai dengan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. ”Jika penggunaan cantrang ditekan dan ikan-ikan kecil tidak dihabisi, ekonomi kelautan kita akan maju,” ucap Susi.
Adapun nelayan yang mendapat bantuan alat pengganti, yakni nelayan dengan kapal di bawah 10 gros ton (GT), memiliki kartu nelayan serta tergabung dalam koperasi bersertifikat. Dari 7.250 unit alat bantuan yang disiapkan pemerintah, hingga saat ini baru tersalurkan sekitar 2.000 unit.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menjelaskan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jateng serta setiap dinas di kabupaten/kota akan terus diberi pendampingan. ”Migrasi ke alat tangkap ramah lingkungan merupakan perjalanan panjang untuk mengelola laut dengan baik,” ujarnya.
Ke depan, Ganjar berharap nelayan tidak lagi mencari ikan, tetapi langsung menangkap ikan. Artinya, nelayan sudah mendapat informasi di mana tempat-tempat yang bisa didatangi nelayan untuk menangkap ikan. Itu antara lain dapat dilakukan dengan sentuhan teknologi lewat satelit.
Jamad (41), nelayan asal Tambaklorok, Kota Semarang, mengakui, selama ini cantrang memang mampu mengambil banyak hasil laut karena pengambilannya tidak spesifik. Namun, ia berharap, hingga akhir 2017, nelayan sudah dipastikan mendapat alat tangkap pengganti.