Anak Rusun Pentaskan Drama Musikal tentang Keragaman
Oleh
Dian Dewi Punamasari
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 141 anak dari lima rumah susun sederhana sewa di Jakarta mementaskan drama musikal bertema kebersamaan dan keberagaman. Seni peran, musik, dan suara itu dikolaborasikan dengan apik bersama 20 penari, dua penyanyi, dan tiga orkestra profesional.
Sejak dua tahun lalu, Veronica Tan dan Happy Farida memiliki gagasan untuk mengasah bakat anak-anak yang tinggal di rusunawa. Gagasan itu kemudian didukung oleh Yayasan Artsip, Reachout Foundation, Indonesian Care, Yayasan MEEK, Sekolah Musik Gloriamus, Soundkestra Music Production, serta penulis naskah drama musikal anak Vanda Parengkuan. Program itu dijalankan dalam rangka pembinaan kreatif di rusun. Anak-anak dilatih secara intensif selama enam bulan sebelum pentas dalam konser musikal bertajuk ”Operet Aku Anak Rusun” ini dihelat di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta Selatan, Kamis (21/9).
Drama musikal berdurasi 1,5 jam itu dibuka dengan permainan sepak bola oleh 11 anak yang tinggal di rusunawa. Paduan suara anak-anak rusunawa berdiri di barisan paling belakang. Lalu di bagian tengah ada musik orkestra dari Sekolah Musik Gloriamus Soundkestra dan Taman Suropati Chambers. Tampilan panggung di desain dengan ornamen program unggulan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yaitu taman ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA). Sejenak, imajinasi penonton dibawa ke suasana halaman rusunawa milik pemerintah.
Anak-anak yang bersahabat dan tinggal di rusunawa itu terdiri atas berbagai suku. Ada yang berasal dari Betawi, Nusa Tenggara Timur, Jawa, Padang, dan sebagainya. Persahabatan itu diuji saat Munil, anak terkecil di antara mereka, ingin membeli boneka dengan harga yang sangat mahal. Teman-teman laki-laki yang merupakan anggota tim bola berjanji akan membelikan boneka jika mereka menang pertandingan sepak bola. Anak-anak ini percaya bahwa mereka akan menang karena memiliki jimat keberuntungan, yaitu gulali yang diberikan oleh kakek gulali.
Anak-anak rusunawa sangat percaya bahwa gulali yang diberikan oleh kakek gulali adalah jimat keberuntungan mereka. Namun, sesaat sebelum pertandingan, ternyata piala gulali yang mereka buat dicuri tim lawan, yaitu tim macan. Tim lawan mencuri gulali itu karena ingin menang. Meski gulali dicuri, ternyata tim sepak bola rusun tetap menang. Gulali diambil sebagai simbol dari keberagaman suku, budaya anak-anak yang tinggal di rusun. Perbedaan itu yang membuat persahabatan anak rusun kuat dan semanis gulali.
Representasi kebinekaan
Veronica Tan mengatakan, ide untuk mengasah bakat anak-anak rusunawa sudah ada sejak dua tahun lalu. Ide itu muncul setiap DKI merayakan hari ulang tahun. Ia memang ingin menampilkan drama musikal yang bertema kebersamaan dalam keberagaman seperti falsafah bangsa ini, Bhinneka Tunggal Ika. Tema drama musikal yaitu ”Ada Gulali di Hatiku” dipilih karena dinilai sangat merepresentasikan soal kebinekaan.
”Ini persembahan Bu Happy, saya, dan Pak Djarot kepada anak-anak Indonesia, serta anak-anak rusun. Kami mau Indonesia tetap bersatu,” ujar Veronica.
Ketua Penggerak PKK DKI Jakarta Happy Farida mengatakan, seusai dipentaskan, ia berharap opera anak rusun tetap akan terus berjalan. Menurut dia, memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk tampil adalah memberikan kepercayaan diri bagi mereka. Keyakinan bahwa siapa pun boleh berprestasi, siapa pun bisa meraih mimpi-mimpinya, asal dengan kesungguhan, komitmen, dan kerja keras yang ingin ditanamkan kepada anak rusun. Ia mengakui, anak-anak rusun memiliki bakat yang bagus terutama di bidang seni dan suara.
”Ini membanggakan bagi kita semua dan tentunya anak-anak rusun,” kata Happy.
Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat juga berkomitmen supaya program pemberdayaan anak-anak rusun itu dapat dilanjutkan. Ia sangat bangga dengan penampilan anak-anak rusun yang bagus walaupun baru pertama kali tampil di depan umum. Menurut dia, program pemberdayaan rusunawa merupakan cita-citanya bersama dengan mantan gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama. Selain itu, ia juga berharap manifestasi ideologi Pancasila, yaitu bersatu dalam perbedaan, bisa ditanamkan sejak dini.
”Fungsi pemerintah adalah mendidik, anak-anak yang dididik dengan benar pasti bisa mengembangkan talentanya. Anak rusun sudah terbukti berbakat dalam bermain sepak bola, menari, dan menyanyi,” kata Djarot.
Pertunjukan ini juga dihadiri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise serta Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf.