logo Kompas.id
UtamaOpera Cinta Indonesia di Rumah...
Iklan

Opera Cinta Indonesia di Rumah Susun

Oleh
· 6 menit baca

Chelsea (6), anak pengemudi ojek, dan Dimas (11), anak buruh pengaspal jalan. Warga rumah susun itu tampil dalam Operet Aku Anak Rusun: Ada Gulali di Hatiku, Kamis (21/9), di Ciputra ArtPreneur. Di gedung teater yang terletak di Jalan Prof Satrio, Jakarta Selatan, itu pernah digelar pertunjukan kelas Broadway, termasuk musikal The Sound of Music. Sementara di peta pertunjukan, anak-anak penghuni rusun itu "bukan siapa-siapa". Nama-nama mereka tidak pernah disebut, apalagi terpikirkan. Namun, dalamOperet Aku Anak Rusun: Ada Gulali di Hatiku, mereka digarap serius, dengan latihan disiplin. Dan,jreng! Mereka tampil menawan serta mengharukan di depan tokoh-tokoh seperti Addie MS, Titiek Puspa, Triawan Munaf, Ciputra yang "kebetulan" pemilik gedung, Martha Tilaar yang membantu tata rias, serta "bapak-ibu" mereka, yaitu Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat dan Happy Djarot serta Veronica Basuki Tjahaja Purnama sebagai penggagas pergelaran. KeberagamanMereka adalah anak-anak berusia 6-20 tahun dari lima rusun di Jakarta, yaitu Rusun Albo, Tipar Cakung, Tambora, Pulo Gebang, dan Marunda. Di luar itu, ada bintang tamu penyanyi Naura dan pianis tunanetra Fira Christianto. Sekitar 100 anak kebagian peran menyanyi dan 50 anak lain kebagian peran menari. Cukup "kolosal". Opera bercerita tentang kehidupan anak-anak di rumah susun yang mempunyai tokoh panutan bernama Pak Gulali. Dia adalah pejuang yang menanamkan pemahaman bahwa rumah susun itu ibarat sebuah Indonesia kecil yang tersusun dari warga dengan beragam latar belakang. Rumah akan kokoh dan tegak berdiri jika anak-anak itu ikut menjaga dan merawat keberagaman penghuninya serta saling menghargai keberagaman. Tema dasar yang digagas Veronica itu diterjemahkan ke dalam bahasa panggung yang ringan, renyah, menghibur, dan meriah. Musik digarap oleh Andre Lizt bersama Soundkestra; paduan suara anak asuhan Kwee Pao Tjoe dari Sekolah Musik Gloriamus; Cerita dirangkai oleh Vanda Parengkuan; dan tari sederhana tapi karya koreografer Elza Simanungkalit. Elemen-elemen penting operet dijahit oleh sutradara Rita Dewi Saleh dalam suguhan yang komunikatif untuk anak-anak dan menghibur untuk penonton segala usia. Kemasan musik, misalnya, digarap cukup cerdik oleh Andre Lizt. Ia sengaja memilih beragam genre musik agar pertunjukan sekitar 70 menit tidak monoton. Simak, misalnya, lagu daerah Aceh "Bungong Jeumpa" itu disuguhkan dengan gaya-gaya musikal ala Broadway. Bahkan, pada bagian tertentu terdengar seperti musik tema ala James Bond-nya John Barry. Lagu rakyat Sulawesi Utara, "Sipatokaan", dikemas dengan musik rasa antara fusion dan soul ala James Brown. Garapan terasa segar dan rasa daerah tidak terkesan menipis. Lagu anak "Naik Becak" karya Ibu Sud disuguhkan dengan gaya pop jazz. Lagu "Dakocan" karya Pak Kasur ditampilkan dengan kesan musik Disneyland. Sementara rasa dangdut muncul pada lagu "Pelangi"-nya AT Mahmud yang membuat penonton serasa ikut bergoyang.Mengapa muncul rasa dangdut, karena lagu dangdutlah yang banyak dinyanyikan anak-anak rusun dalam proses audisi. "Waktu audisi ada yang nyanyi lagunya Ayu Ting-Ting \'Sambalado\'," kata Dovieke Angsana, ketua pelaksana pergelaran ini. Lagu tersebut digarap dengan apik, tanpa jatuh sebagai lagu dangdut, tetapi tidak mengajak orang bergoyang, termasuk, anak-anak di panggung. "Pelangi" rasa dangdut ini menjadi salah satu bagian menarik Operet Aku Anak Rusun. "Bu Vero berpesan untuk mengangkat lagu anak-anak dan lagu-lagu daerah di Indonesia. Panitia pesan musik dibikin mewah," kata Andre tentang ide penggarapan musik. Andre berani menggarap musik dengan lebih bebas setelah ditantang panitia. "Saya tanya sejauh mana saya boleh menggenjot mereka dengan musik. Mereka bilang keluarin saja ide kamu, nanti akan kami latih anak-anak itu," kata Andre menirukan ucapan penyelenggara. Percaya diriSeusai pergelaran, Veronica bercerita tentang ide membuat operet. Suatu kali ia dan Happy Djarot menyaksikan serangkaian acara di lapangan Monas. Mereka teringat anak-anak penghuni rusun yang perlu diberi ruang aktivitas, termasuk dalam berkesenian. Tergagas untuk membuat pergelaran bagi anak-anak untuk menumbuhkan rasa kebersamaan, keberagaman, dan persatuan anak-anak di rumah susun. Gagasan kemudian diolah tim kreatif menjadi semacam drama musikal atau operet. "Bu Vero ingin acara ini seiring program pembinaan dan pemberdayaan anak-anak rumah susun lewat aktivitas positif," kata Dovieke. Dovieke dan tim lalu menyiapkan pertunjukan sejak November 2016. Orang di belakang pentas ini harus bekerja keras dan cerdas untuk menyiapkan anak-anak yang belum punya pengalaman nyanyi."Beberapa di antara mereka pitch-nya tidak karuan. Ada juga yang tone deaf (buta nada), tak bisa mengikuti nada. Tetapi sebenarnya mereka itu bisa kalau diajari," kata Kwee Pao Tjoe dari yang bertugas menggarap paduan suara anak-anak rusun.Maka tiga guru vokal dikerahkan untuk mengajar nyanyi anak-anak di lima rumah susun. Hasilnya, di antara mereka ditemukan sejumlah bakat, termasuk Gaby, yang kemudian terpilih sebagai solois operet. "Mereka layak pendapat kesempatan yang sama seperti anak-anak lainnya," kata Dovieke. Operet itu menjadi bagian awal dari upaya pembinaan warga rumah susun. Dari proses latihan, anak-anak itu juga belajar hidup tertib, disiplin, menghargai waktu, menghormati orang lain, dan menghargai perbedaan. Juga menumbuhkan rasa perasaan berharga dan percaya diri anak-anak. Misalnya, ada peserta datang latihan telat, satu sampai dua jam. "Kami kasih tahu kalau kamu telat, kasihan yang lain yang datang tepat waktu," kata Dovieke. Dan benar, mereka mulai belajar budaya tertib. "Saya sudah datang dari pukul sebelas untuk geladi resik," ujar Ildan (12), anak Rusun Albo. Padahal, geladi resik baru dimulai sekitar pukul 14.00. Ada rasa bangga dan merasa berharga bisa tampil dalam pertunjukan. "Senang sekali besok akan tampil (di Operet). Besok ditonton orangtua, banyak orang jadinya senang," ujar Dimas, anak Rusun Albo. "Belum tentu semua orang bisa main di tempat seperti ini. Jadi, ini kesempatan yang sangat berharga," kata Ferdian (15). Suasana cinta Tanah Air dibangun dan terasa tebal di pentas ini. Addie MS didaulat maju mengaba lagu "Garuda Pancasila", "Rayuan Pulau Kelapa", dan "Gebyar-Gebyar". Di akhir pergelaran, sebagai semacam ekstensa, Veronica Tan mengalunkan lagu "Ibu Pertiwi" lewat gesekan selo bersama putrinya, Nathania, yang bermain biola."Ini adalah spirit kita bersama karena kita mau Indonesia bersatu dengan keragaman yang ada," kata Veronica sebelum menggesek selo.Dan aura rasa cinta Tanah Air itu terasa menaungi arena.... (DD16/XAR)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000