Indonesia melampaui tuan rumah Malaysia yang mengumpulkan 90 emas, 85 perak, dan 83 perunggu. Adapun Thailand di peringkat ketiga dengan 68 emas, 73 perak, dan 95 perunggu.
Koordinator pelatih renang Dimin BA mengatakan, latihan yang cukup dan motivasi untuk mengobati kegagalan Indonesia memperbaiki peringkat pada SEA Games 2017 menjadi kunci kesuksesan para atlet difabel di ASEAN Para Games 2017. Di SEA Games lalu, Indonesia berada di peringkat kelima.
Para atlet berkebutuhan khusus yang menjalani pelatnas di Solo, Jawa Tengah, itu tidak pernah mengeluh. Para atlet renang, misalnya, berlatih memakai peralatan yang sudah usang. Rencana menggelar uji coba kejuaraan ke Inggris dan Jerman pun batal karena tidak mendapat dukungan dana dari pemerintah.
Minimnya dukungan itu tidak membuat para atlet mudah menyerah. Untuk menjaga mental bertanding, para atlet renang melakukan uji coba kejuaraan dengan berlomba melawan atlet-atlet normal pada ajang Jateng Terbuka, Agustus lalu. Di kejuaraan itu, sejumlah atlet difabel mengalahkan para perenang normal. Jendi Pangabean, misalnya, meraih dua emas dan satu perak.
Di ASEAN Para Games 2017, Jendi menyapu bersih lima emas dari lima nomor yang ia ikuti. Dia juga menciptakan catatan waktu terbaik ASEAN Para Games di dua nomor perorangan dan dua nomor estafet.
Jendi finis terdepan di nomor 200 meter gaya ganti perorangan SM9 (2 menit 33,37 detik). Dia memecahkan rekor atas namanya sendiri, 2 menit 38,47.
Di nomor 100 meter gaya punggung, Jendi mengukir waktu 1 menit 6,54 detik, memperbaiki rekor 1 menit 07,12 detik (ASEAN Para Games Singapura 2015). Di tim estafet putra, Jendi juga mencetak dua catatan waktu terbaik. ”Setelah mendapat lima emas dan memecahkan rekor atas nama sendiri, tidur saya nyenyak sekali,” kata Jendi, dari Kuala Lumpur, Sabtu (23/9).
Motivasi berlimpah dan semangat pantang menyerah juga ditunjukkan oleh atlet-atlet difabel tenis meja. Mereka sedikit beruntung karena bisa uji coba kejuaraan ke Australia, Spanyol, dan Korea Selatan dengan dukungan dana dari negara-negara tersebut.
Rima Ferdiananto, pelatih nasional tenis meja difabel, mengatakan, kengototan para atletnya untuk tidak mau kalah muncul dalam kejuaraan. Hasilnya, tim tenis meja menyumbang 14 emas untuk Indonesia di Kuala Lumpur.
”Atlet tidak mau menyia-nyiakan waktu pelatnas tanpa hasil maksimal,” kata Rima.
Melampaui target
Untuk bersaing di Kuala Lumpur, kontingen Indonesia memberangkatkan 250 atlet dan ofisial. Atlet bertanding di 12 cabang olahraga. Target semula adalah mempertahankan prestasi di ASEAN Para Games Singapura 2015 sebagai peringkat kedua. Ketika itu, Indonesia meraih 81 emas, 74 perak, dan 63 perunggu. Thailand tampil sebagai juara dengan 95 emas, 76 perak, dan 79 perunggu.
Di Kuala Lumpur, cabang atletik dan renang mendominasi perolehan emas. Tim atletik mengumpulkan 40 emas, melebihi target 35 emas. Demikian juga tim renang meraup 39 emas, melewati target 30 emas. Dari 39 emas yang diraih, 28 emas merupakan pemecahan rekor. Cabang lain, yaitu catur, bulu tangkis, dan balap sepeda, juga meraih emas melebihi target. (DNA)