NUSA DUA, KOMPAS — Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memaparkan keberhasilan program tol laut di depan 251 delegasi Transport Senior Official Meeting atau TSOM yang hadir dalam rangkaian acara Asia Eropa Meeting Transport Ministers Meeting di Bali, Selasa (26/9).
”Wujud sinergi konektivitas transportasi laut dapat dilakukan melalui penguatan sektor maritim dengan program tol laut. Program tol laut merupakan sistem distribusi logistik yang tujuan utamanya adalah mengurangi disparitas harga di Kawasan Timur,” kata Budi dalam pembukaan TSOM.
Budi menyampaikan, program tol laut yang digagas pemerintahan Jokowi-JK telah berhasil menurunkan harga bahan-bahan pokok di kawasan timur Indonesia. Dengan keberhasilan program tol laut sebagai konektivitas maritim, Menhub mengharapkan program ini dapat dijadikan contoh untuk meningkatkan dan memperkuat konektivitas di negara-negara yang tergabung dalam Asia-Europe Meeting (ASEM).
Menurut Menhub, hal ini sejalan dengan tema yang diusung dalam pertemuan ASEM ke-4, yaitu ”Menjembatani Asia dan Eropa Melalui Konektivitas Transportasi Terpadu dan Sinergi Rencana Strategis Regional”.
Di samping memaparkan program tol laut, Budi minta agar TSOM mematangkan pembahasan Deklarasi Bali yang akan ditetapkan dalam pertemuan tingkat menteri pada 27 September 2017. ”Saya minta agar TSOM mematangkan naskah Bali Deklarasi yang akan ditetapkan pada pertemuan tingkat menteri besok,” kata Menhub.
Bali Deklarasi adalah output dari pertemuan ASEM-TMM yang diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi negara-negara anggota dalam membahas program-program yang akan dilaksanakan secara bersama-sama. Secara garis besar, Bali Deklarasi memuat butir-butir sebagai berikut: (1) menekankan pada konektivitas untuk semua dimensi, (2) ASEM sebagai wadah strategis untuk meningkatkan kerja sama negara Asia dan Eropa, (3) meningkatkan partisipasi swasta/lembaga keuangan dalam melakukan investasi di sektor transportasi, (4) mewujudkan pengembangan transportasi berkelanjutan melalui penggunaan teknologi yang lebih efektif dan efisien, (5) mendorong kerja sama yang lebih kuat dalam mengatasi tantangan yang dihadapi oleh negara anggota ASEM (negara kepulauan/negara dengan mayoritas wilayah lautan dan negara dengan mayoritas wilayah daratan, termasuk wilayah terpencil), (6) membangun sinergi di antara rencana strategis regional di bawah kerangka: Uni Eropa, ASEAN, UNECE, UNESCAP, IMO, ICAO, WCO, OSJD, dan OTIF.
Pada kesempatan itu Menhub menyampaikan bahwa Indonesia memacu peran BUMN dan swasta dalam pengembangan dan pembangunan infrastruktur transportasi melalui beberapa skema pendanaan. Untuk itu, Pemerintah Indonesia mengundang semua pemangku kepentingan agar ikut serta dalam kerja sama pembangunan transportasi yang akan dilanjutkan melalui studi kelayakan yang akan diimplementasikan dalam form kerja sama tersebut. ”Pada kesempatan ini Indonesia mengundang seluruh pemangku kepentingan untuk ikut serta dalam kerja sama pengembangan sektor transportasi,” kata Menhub.
Selain TSOM, Menhub juga sekaligus membuka pameran transportasi dan logistik yang diikuti oleh perusahaan yang berasal dari Indonesia dan beberapa negara dari luar, yaitu Uni Eropa, Jepang, Rusia, Italia, Polandia, India, dan Jerman.
Pameran ini dapat menjadi peluang investasi kerja sama secara khusus melalui ekspose gambaran perkembangan insfrastruktur Indonesia di udara, laut, dan kereta api.
Ada 30 booth dalam pameran yang terdiri atas 17 exhibitor dari Dinas Pariwisata Provinsi Bali, PT Angkasa Pura 1, PT Angkasa Pura 2, PT Pelindo 1, PT Pelindo 2, PT Pelindo 3, PT Pelindo 4, PT Garuda Indonesia, PT Airnav Indonesia, PT Len Industri, PT Pindad, PT INKA, DPP INSA, DPP ALFI, Kadin, BKPM, dan lembaga keuangan.