logo Kompas.id
UtamaMenyikapi Ekonomi yang Berubah
Iklan

Menyikapi Ekonomi yang Berubah

Oleh
· 5 menit baca

Pengantar RedaksiHarian "Kompas" mengadakan diskusi panel ekonomi dengan tema "Menyikapi Ekonomi yang Berubah" pada 12 September 2017 di kantor Redaksi "Kompas". Para panelis adalah Prof Dr Ari Kuncoro dari Universitas Indonesia, Prof Dr Dwi Andreas Santoso dari Institut Pertanian Bogor, Faisal Basri dari UI, Prof Dr Kuntoro Mangkusubroto dari Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung, Mohammad Reza Hafiz dari Indef, dan Ketua Umum Perhimpunan Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia Pambudi Sunarsihanto. Moderator adalah Prof Dr A Prasetyantoko dari Unika Atma Jaya Jakarta. Laporan diskusi disajikan berikut ini serta di halaman 25 dan 26 oleh Ninuk M Pambudy, Dewi Indriastuti, Nur Hidayati, Mukhamad Kurniawan, dan peneliti Litbang "Kompas" Gianie.Sepanjang tahun 2017, sejumlah situasi tampak seolah bergeser dari pola biasa sehingga memerlukan penjelasan lebih mendalam. Situasi tersebut, antara lain, sejumlah indikator ekonomi tumbuh relatif baik, tetapi sektor konsumsi sumbangannya turun selama semester I. Ekonomi tumbuh 5,01 persen dengan inflasi Januari-Agustus 2017 sebesar 2,53 persen dan inflasi tahun ke tahun Agustus 2016 terhadap Agustus 2017 sebesar 3,82 persen. Konsumsi rumah tangga berkontribusi 55,61 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dan tumbuh 4,95 persen pada kuartal II-2017 atau naik 1,32 persen dari kuartal I-2017, tetapi pada kuartal II-2016 konsumsi tumbuh 5,07 persen.Pada sisi lain, Badan Pusat Statistik mencatat, dana pihak ketiga di perbankan meningkat 20,77 persen pada kuartal II-2017 dari 18,06 persen di kuartal II-2016. Konsumsi riil masyarakat tumbuh 5 persen dan secara nominal naik 8 persen yang memperlihatkan tidak terjadi penurunan daya beli. Ini terjadi di tengah keluhan industri tentang pelemahan permintaan sepeda motor dan barang kebutuhan sehari-hari.Situasi global tahun 2017 membaik, terlihat dari perkiraan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, Eropa, Jepang, India, dan ASEAN-5. Pertumbuhan industri manufaktur dan perdagangan yang dicerminkan oleh lalu lintas kontainer juga tumbuh baik. Pada sisi Indonesia, respons terhadap pertumbuhan ekonomi dunia tidak secepat harapan. Sisi baiknya, ekonomi Indonesia masih tumbuh positif saat dunia resesi.Cadangan devisa terus bertambah, sementara indeks saham mencapai titik tertinggi, 5.915, pada 25 Agustus meskipun jika dibandingkan dengan negara-negara dengan ekonomi bertumbuh, capaian Indonesia termasuk yang terendah.BerubahDi tengah berbagai indikator baik itu, sejumlah hal masih harus dipacu menjadi lebih baik.Struktur ekonomi nasional dapat dikatakan rapuh sebab sektor tradable, seperti produk manufaktur, tumbuh lebih rendah daripada sektor nontradable, antara lain, sektor jasa. Dengan kata lain, sektor manufaktur tumbuh lebih lambat dari pertumbuhan ekonomi, yaitu hanya 3,9 persen. Ini melanjutkan kecenderungan deindustrialisasi sejak 1997. Pengangguran terbuka turun, tetapi jumlah pekerja sektor informal naik, mengindikasikan perubahan investasi ke arah padat modal dan kebutuhan perbaikan sumber daya manusia untuk menunjang kenaikan produktivitas perekonomian. Perubahan besar dalam perekonomian Indonesia disebabkan meredupnya ekonomi komoditas sejak lima tahun terakhir. Harga minyak bumi dan batubara yang sebelumnya tinggi menciptakan kelas menengah yang lebih menghayati ekonomi jasa, terutama yang berhubungan dengan waktu luang. Itu menjelaskan pertumbuhan sektor pariwisata, seperti transportasi udara, hotel, dan restoran. Ketika era keemasan komoditas menyurut, tetapi tingginya kebutuhan akan jasa pada kegiatan waktu luang juga tetap tinggi dan menuntut tenaga kerja berpendidikan khusus yang tidak dapat dilayani lebih separuh tenaga kerja saat ini yang berpendidikan SMP.Perubahan besar juga terjadi ketika mulai memasuki ekonomi digital. Perubahan semakin cepat dan ketidakpastian yang meningkat menuntut kemampuan adaptasi dan membuat inovasi. Hal ini terjadi pada saat sebagian besar penduduk belum melek teknologi sehingga alih-alih menjadi pencipta atau inovator, menjadi konsumen yang melek teknologi informasi pun masih memerlukan edukasi. Perubahan besar yang diupayakan pemerintah adalah pembangunan infrastruktur secara masif. Pembangunan jalan tol dan penyediaan listrik tampak nyata mulai menunjukkan hasil.Pembangunan infrastruktur mengandalkan badan usaha milik negara dengan alasan pembangunan segera memberi hasil nyata. Namun, tuntutan cepat memberi hasil menuntut tata kelola yang ketat karena pembangunan infrastruktur bersifat jangka panjang. Di tengah kebutuhan nyata akan infrastruktur, pemerataan hasil pembangunan, dan sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi, ada juga persoalan keseimbangan fiskal. Pajak sebagai sumber pendapatan utama negara tahun 2017 diprediksi tidak akan mencapai target. Skenario optimistis, pendapatan dari pajak hanya akan mencapai 97,2 persen.Jika ditelisik lagi, rasio pajak sebagai nisbah terhadap PDB tahun 2017 sebesar 11,5 persen lebih baik daripada tahun lalu sebesar 10,8 persen, tetapi lebih rendah daripada capaian rasio pajak tahun 2012 dan 2013 sebesar 11,9 persen. Ekonomi berasMeski Indonesia ingin masuk menjadi negara kaya, satu hal yang tidak bisa ditinggalkan adalah sektor pangan, terutama ekonomi beras.Beras sampai saat ini masih menjadi salah satu penentu utama stabilitas sosial, politik, dan ekonomi. Namun, pemerintah tidak menggunakan pendekatan proteksi dan promosi secara proporsional sehingga menimbulkan distorsi harga akibat peraturan yang diterapkan di hilir sementara persoalan di hulu belum ditangani dengan baik.Di tengah sejumlah perubahan tersebut dan gaya pemerintahan Presiden Joko Widodo yang menginginkan segalanya terlaksana secara cepat dengan hasil konkret dan bersifat populis, tidak bisa tidak kelembagaan di pemerintahan harus diperkuat. Mengembalikan fungsi lembaga perencanaan pembangunan akan membuat perencanaan pembangunan menjadi lebih jelas dan membantu pucuk pemerintahan mengetahui segala persoalan di lapangan dengan lebih jernih untuk mencari solusi yang bukan tambal sulam.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000