Puluhan Orang Tewas saat Perahu Mereka Terguling di Laut Menuju Banglades
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·2 menit baca
COX’S BAZAR, JUMAT -- Sebanyak 23 warga etnis Rohingya tewas dan lebih dari 40 lainnya hilang saat perahu yang mereka tumpangi dari daratan Myanmar menuju wilayah Banglades diduga menabrak batu karang dan terbelah menjadi dua, Kamis (28/9). Peristiwa terbaru itu menjadikan sedikitnya 130 warga Rohingya tewas dalam upaya mereka menyeberang ke Banglades sejak gelombang terakhir pengungsian terjadi dalam sebulan terakhir.
”Sebanyak 23 orang telah dipastikan tewas, 40 orang hilang dan diperkirakan tenggelam,” kata juru bicara Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), Joel Millman, di Geneva, Swiss. ”Jadi, total korban dalam peristiwa itu lebih dari 60 orang.”
Millman, mengutip salah satu korban selamat, menyatakan, perahu naas itu diperkirakan mengangkut lebih dari 80 orang, termasuk 50 anak-anak. Mereka meninggalkan wilayah Myanmar untuk mengungsi ke Banglades.
”Para warga yang selamat itu bercerita harus berada di tengah lautan itu sepanjang malam tanpa makanan,” kata Millman.
Sejumlah saksi dan warga yang selamat mengatakan, para pengungsi itu sebenarnya hampir mencapai pantai di wilayah Banglades. Namun, perahu yang mereka tumpangi tiba-tiba terhambat ketika ombak tinggi menghadang. Hujan dan angin kencang juga terjadi malam itu di lokasi terbaliknya perahu naas itu.
”Teluk Bengal menjadi daerah mematikan selama beberapa tahun terakhir,” kata Millman menekankan bahaya yang harus dihadapi warga Rohingya ketika memilih mengungsi lewat perairan.
Ia menambahkan, nakhoda perahu juga hilang. Nakhoda itu diduga merupakan penjual jasa penyeberangan pengungsi Myanmar. Sang nakhoda tidak dihitung dalam jumlah korban tewas ataupun hilang dalam peristiwa itu.
Shona Miah adalah salah satu korban selamat dalam peristiwa itu. Namun, keselamatannya harus dibayar mahal. Ia kehilangan tiga anak perempuannya. Mereka tewas tenggelam. Dengan tertunduk lesu, ia mengatakan berasal dari Desa Mwai Daung. Bersama puluhan warga desa itu, ia dan tiga anaknya berjalan dua hari untuk mencapai pesisir Rakhine dan menyeberang ke Banglades.
Evakuasi sekenanya
Sejumlah korban selamat lain bercerita bahwa kejadian terbaliknya perahu yang mereka tumpangi berlangsung sangat cepat. Perahu itu tidak dibekali dengan pelampung penyelamat. Proses evakuasi pun berlangsung sekenanya.
Abdus Salam, salah satu penumpang selamat, bercerita ombak tinggi mengadang di sepanjang pesisir Bangladesh. Hal itu mempersulit nakhoda perahu dalam mengendalikan perahunya yang dijejali penumpang.
”Sang nakhoda tidak mampu mengendalikan perahu itu. Dia tidak melihat batu yang ada di bawah perahu itu dan menabraknya,” kata Salam.
Pengungsi dan warga setempat di daratan tidak dapat berbuat banyak akibat tingginya ombak. Menurut penjaga pantai setempat, Nasir Uddin, para korban terhempas ombak. Mereka yang bisa berenang berhasil menepi. Namun yang tidak bisa, besar kemungkinan langsung tenggelam. (AP/REUTERS)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.