KARANGASEM, KOMPAS — Pengungsi yang berasal dari luar zona bahaya meminta jaminan keamanan dari pemerintah. Mereka tak keberatan pulang asal ada kejelasan informasi. Selama ini banyak berita sesat yang meresahkan mereka.
Di Pos Pengungsian Ulakan, Kecamatan Manggis, Karangasem, Bali, sejumlah pengungsi telah mengemasi barang untuk pulang ke rumah. Wayan Karyana (52), warga Desa Adat Jasri, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, siap pulang karena mendapat informasi dari petugas jika desanya tidak masuk zona terkena erupsi. Namun, ia dan keluarganya masih menunggu instruksi pengurus desa.
Wayan Depin (50), warga Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem, juga siap pulang jika pemerintah memberikan jaminan wilayah desanya aman.
Kepala Desa Duda I Gusti Agung Ngurah Putra belum meminta sekitar 700 warganya untuk pulang karena masih ragu. Alasannya, desanya terkena lahar saat erupsi Gunung Agung 1963.
Doa bersama
Doa bersama lintas agama digelar di halaman Monumen Perjuangan Rakyat Bali Badjra Sandhi, Renon, Kota Denpasar, Sabtu (30/9) petang. Mereka berdoa bersama untuk keselamatan dan ketenangan rakyat Pulau Bali dari ancaman erupsi Gunung Agung.
Sejumlah tokoh hadir, di antaranya Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta, Wakil Kepala Polda Bali Brigadir Jenderal (Pol) I Gede Alit Widana, Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama Bali Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet, Ketua Majelis Utama Desa Pakraman Jro Gde Putu Suwena, dan Ketua Persatuan Hindu Dharma Indonesia Pusat Wisnu Bawa Tenaya.
Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa mengatakan, pemulangan pengungsi dari zona aman ditargetkan selesai dalam seminggu ke depan. ”Kami siap memfasilitasi kendaraan untuk pengungsi dari zona aman yang ingin kembali ke rumah,” kata Dipa seusai rapat koordinasi dengan kepala desa se-kabupaten.
Menyikapi permintaan jaminan keamanan dari pengungsi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana memasang enam sirene tanda peringatan jika terjadi erupsi. Rambu-rambu peringatan juga akan dipasang di 54 lokasi kawasan rawan bencana.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menugaskan tim sosialisasi beranggotakan lima orang untuk memberikan penjelasan mengenai status terkini Gunung Agung ke sejumlah lokasi pengungsian. Hal itu karena makin banyak kabar bohong mengenai aktivitas Gunung Agung.
Setelah delapan hari di pengungsian, kesehatan sebagian warga mulai terganggu. Mereka mengalami gangguan saluran pernapasan, hipertensi, reumatik, dan penyakit kulit. Di GOR Swecapura, 13 pengungsi, termasuk anak-anak, terkena gigitan serangga tomcat. Tim kesehatan, yang dikoordinasi Dinas Kesehatan Bali, segera memberikan pengobatan dan menyemprotkan insektisida di tenda pengungsian.
Dinkes Bali mencatat, 98 pengungsi dirawat inap di RSUP Sanglah, RSUD Gianyar, dan RSUD Klungkung. Sebanyak 4.456 orang rawat jalan di pos kesehatan pengungsian.
Berdasarkan pengamatan di Pos Pemantauan Gunung Agung, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, aktivitas magma terpantau melemah. Jumlah kegempaan tak sesering beberapa hari lalu. Namun, jumlah gempa vulkanik dangkal yang merupakan barometer pergerakan magma ke permukaan gunung konsisten naik dari 139 kali menjadi 166 kali. Kenaikan itu terpantau selama enam jam dari pukul 00.00 Wita kemarin.
Asap putih tebal terdeteksi menipis sekitar 50 meter. Beberapa hari sebelumnya mencapai 500 meter.