UNGARAN, KOMPAS — Warung ndeso kopi di Dusun Sirap, Kecamatan Jambu, Jawa Tengah, menyediakan kopi luwak alami untuk penikmat kopi. Kopi luwak berkualitas ini didapat dari biji alam di kebun kopi, hasil dari proses pencernaan binatang luwak liar.
”Untuk kopi luwak secangkir dengan ukuran 210 mililiter-240 mililiter di kedai kopi Sirap, cukup seharga Rp 25.000 per cangkir. Kalau mau arabika kopi luwak dengan ukuran sama, agak mahal dikit, jadi Rp 30.000 per cangkir. Jika dibandingkan dengan secangkir kopi luwak di kafe di kota besar, harga kami lebih murah 60 persen,” tutur Muh Rosyid, barista yang juga pengelola warung ndeso kopi Sirap, Selasa (3/10), di Kelurahan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Berdiri sejak April 2017, warung atau kedai kopi di Dusun Sirap itu mudah dijangkau. Mereka yang melintas di jalan utama jalur Semarang-Magelang, jika melintasi tikungan di kawasan Kalimalang, Jambu, yang punya tikungan jalan menanjak cukup tajam, dengan ciri banyak penjual buah-buahan di kanan dan kiri jalan, segera akan membaca tulisan besar di dinding perbukitan jalan, yaitu wisata kopi warung ndeso Sirap.
Menuju kedai kopi itu masuk sekitar 1 kilometer, melintasi jalur rel kereta api bergerigi rute Stasiun Ambarawa-Stasiun Bedono. Ke kedai tersebut, pengunjung akan melintasi perkampungan petani kopi dengan jalan berkelok, naik turun, terus masuk perkebunan kopi rakyat di kawasan Gunung Kelir. Kedai itu berada di petak lembah yang dikelilingi perbukitan penuh tanaman kopi yang sedang berbunga.
Muh Rosyid mengatakan, kedai itu menyediakan kopi robusta dan kopi arabika selain kopi luwak. Kedai tersebut tidak hanya sebagai tempat untuk nongkrong sambil minum kopi dengan suasana sejuk, tetapi juga sudah menjadi destinasi wisata edukasi untuk mengenal kopi.
Menu lain
Pihaknya juga menyediakan menu pendamping, seperti nasi jagung goreng, singkong rebus ala ndeso, dan singkong rebus. ”Di kedai ini, pengunjung yang maniak kopi dengan selera tertentu boleh meracik sendiri minumannya. Mulai dari memilih biji ose kopi, menggiling, sampai meracik dan meramu jadi minuman,” ujar M Rosyid.
Ia menyebutkan, saat proses meracik sendiri, tentu ada petugas berpengalaman yang akan mendampingi. Pihak kedai memiliki 4-5 barista yang terlatih dan pernah magang bekerja di kafe-kafe di Semarang dan Yogyakarta.
Ketua Gabungan Kelompok Tani Kopi Gunung Kelir, Jambu, Ngadiyanto menuturkan, biji kopi yang tersedia di kedai itu merupakan hasil pilihan kopi dari panen petani setempat. Kopi daerah kawasan Gunung Kelir terkenal dengan sebutan kopi varian Mocha Java. Kopi varian ini sudah lama diekspor ke Australia, China, dan sejumlah negara Asia.
Kopi varian Mocha Java memiliki aroma khas moka. Ini tiada lain hasil pengaruh dari banyaknya tanaman cokelat semasa dulu. Ketika tanaman kopi tumbuh pada musim yang bagus, hasil kopi pilihan akan memunculkan aroma cokelat yang kuat saat tersaji di cangkir.
Salah seorang barista di warung kopi ndeso, M Hafis, mengatakan belajar jadi barista di kafe di Kota Semarang. Dia berkeinginan ikut pelatihan barista lanjutan, tetapi masih terkendala biaya.
Pelatihan barista lanjutan butuh biaya minimal Rp 20 juta. Sambil menunggu tabungannya cukup, dia kini menjadi barista utama di kedai kopi Sirap.
Selama proses meracik kopi, Hafis akan bercerita dengan lugas dari mana asal biji kopi, proses pemilihan biji berkualitas, hingga kopi siap saji. Bahkan, dia juga bercerita tentang menjaga konsistensi dari rasa kopi varian Mocha Java di setiap cangkir.
Penikmat kopi tulen yang ingin menikmati rasa kopi yang jujur, belajar tentang perbandingam rasio air dan kopi, dengan istilah komparasi 1:16 atau komparasi konservatif 1:12 agar menghasilkan cita rasa sejati kopi, jangan ragu mampir di kedai kopi Dusun Sirap.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.