”Mobil Hantu” Segera Gentayangan
AJANG pameran mobil terbesar dunia, Frankfurt Motor Show 2017, memberikan sinyal kuat akan terjadinya perubahan wajah mobilitas urban secara dramatis dalam waktu dekat. Kehadiran mobil bertenaga listrik, hidrogen, hibrida, saling terhubung, terintegrasi dengan internet, dan swakemudi (autonomous driving) akan mengubah sistem mobilitas dan regulasi di sejumlah negara.
Frankfurt Motor Show atau Internationale Automobil-Ausstellung (IAA) adalah ajang pameran mobil terbesar di dunia yang digelar setiap tahun di Jerman. Pergelaran yang berlangsung pertama kali pada 1897 ini menjadi barometer penting bagi industri mobil dunia. Pameran yang berlangsung pada 14-24 September itu diikuti 994 peserta dari 39 negara di arena pamer seluas 230.000 meter persegi di kota Frankfurt.
Tak cukup tiga hari penuh untuk mengarungi seluruh arena secara khusyuk satu per satu. Terdapat 11 hall yang masing-masing begitu luas yang menampung mobil-mobil keluaran terbaru dari berbagai produsen mobil sedunia. Di setiap hall terlihat kehadiran mobil-mobil bertenaga listrik, hibrida, dan hidrogen. Desain yang ditawarkan terlihat kompak futuristik sekaligus membumi dan cocok beredar di kawasan urban. Mobil-mobil semacam itu sebenarnya lebih mengunci perhatian walaupun mobil-mobil dengan performa tinggi dan fashionable terlihat flamboyan dan menggoda.
Ajang IAA 2017 menyuarakan slogan ”Future Now”, yang menembak fokus utamanya pada digitization, digitasi dalam industri mobil. Semua mobil di masa depan akan serba terhubung (connected) dan otomatis (automated). Mobil terhubung (connected cars) berarti setiap mobil akan terintegrasi dengan jaringan internet sehingga memungkinkan antarmobil terkoneksi dan fungsi-fungsinya bisa dikendalikan dengan perangkat teknologi mobile lainnya, seperti ponsel pintar, tablet, dan komputer.
Sementara mobil otomatis lebih kurang gambarannya adalah mobil swakemudi yang dapat beroperasi sendiri tanpa setir, tuas transmisi, pedal gas, dan rem. Mobil mampu memindai kondisi lingkungan sekitar sehingga dapat menentukan sendiri perilaku dalam beroperasi.
Semua itu bukan lagi sekadar imajinasi, melainkan kini nyata dan bisa disaksikan di pameran dengan kehadiran berbagai mobil konsep atau prototipe, dan mobil-mobil listrik yang sudah diproduksi komersial.
”Tak ada ajang pameran otomotif lain yang terfokus kuat pada digitasi seperti IAA ini. Banyak perusahaan besar dunia di bidang teknologi, termasuk teknologi informasi, juga hadir,” kata Presiden German Association of the Automotive Industry (VDA) Matthias Wissmann dalam jumpa pers.
Tenaga listrik
Produsen mobil asal Jerman, Mercedes Benz, misalnya, memproduksi pengembangan lebih lanjut dari mobil Smart menjadi Smart Vision EQ Fortwo yang berkonsep CASE, yaitu connected, autonomous, shared, and electric. Smart mewakili model mobilitas urban masa depan ketika mobil bertenaga listrik dapat saling terhubung dan berkomunikasi dengan mobil lainnya, saling berbagi tumpangan, dan swakemudi.
Penampilan grill muka dihiasi panel display yang dapat memberi salam kepada orang yang dijemput untuk berbagi tumpangan. Pengendara dapat mengontak mobil melalui aplikasi dan dapat memilih untuk menerima atau menolak orang untuk berbagi tumpangan.
Dengan demikian, pengendara mobil sebenarnya berlaku sebagai penumpang saja, yang cukup duduk manis di dalam mobil tanpa perlu mengendalikan mobil. Ketika sedang tidak digunakan, mobil seperti Smart Vision EQ Fortwo dapat secara independen mengisi baterai sendiri ke stasiun pengisian terdekat.
Dalam isu mobil listrik ini, teknologi kemampuan baterai, lama pengisiannya, serta daya jelajah terus membaik dan kian menjanjikan. Mercedes Benz Generation EQ, misalnya, kapasitas baterai diproyeksi mencapai 300 kW yang dapat diisi ulang selama 5 menit untuk jarak tempuh 100 kilometer. Toyota Motor Corp juga menyebut, pada 2022 akan mulai menjual mobil listrik dengan tipe baterai baru yang secara signifikan meningkatkan daya jelajah, dengan waktu isi ulang baterai dalam hitungan menit saja.
Pelaku industri mobil tradisional kian bergairah berinvestasi untuk memproduksi mobil listrik, bersaing dengan kiprah kendaraan-kendaraan listrik garapan Silicon Valley, seperti Tesla Inc. Kendati secara global di Amerika Serikat dan Eropa permintaan pasar masih sekitar 1 persen, proyeksi penjualan mobil-mobil listrik dari berbagai perusahaan terlihat impresif.
Roelof Lamberts, Presiden Direktur dan CEO PT Mercedes Benz Distribution Indonesia, misalnya, memastikan pada 2025 mendatang 25 persen dari portofolio produk yang mereka produksi akan sepenuhnya bertenaga listrik. Smart sendiri adalah merek pertama dari Daimler AG (korporasi otomotif yang membawahkan Mercedes Benz, Smart, dan lain-lain) yang akan diproduksi hanya versi yang bertenaga listrik.
Bagaimana rasanya menaiki mobil listrik? Kesan pertama tak lain adalah sangat sunyi, tanpa deru mesin sama sekali. Pengunjung pameran bisa menjajal menumpangi mobil-mobil listrik ini di arena luar pameran. Banyak mobil bertenaga listrik, hidrogen, dan hibrida berseliweran yang bisa kita tumpangi sesuka hati. Mobil listrik dan hidrogen tentu saja banyak diminati penjajal.
”Pejalan kaki sering tidak menyadari di belakangnya ada mobil melaju karena tak terdengar deru mesin sama sekali,” kata sopir yang menyetir mobil listrik keluaran Volkswagen, perusahaan mobil asal Jerman.
Sementara itu, mobil bertenaga hidrogen seperti Toyota Mirai juga amat minim deru suara mesin walau tak sesunyi mobil listrik. Sopir tetap harus beberapa kali menekan lembut klakson demi membuat pengunjung yang hilir mudik di arena luar pameran menyadari kehadiran mobil yang tengah dilajukan.
Kehadiran Facebook
Dalam IAA kali ini, forum penting yang digagas adalah New Mobility World (NMW), yaitu forum lintas industri yang menghimpun berbagai perusahaan mobil, perusahaan teknologi, perusahaan rintisan, dan para perusahaan ”disruptor” (model bisnis inovatif yang mengubah signifikan segala aspek bisnis lama, contohnya Uber dan AirBnB). Oleh karena itu, tak heran dalam IAA kali ini sederet perusahaan teknologi turut hadir, yakni Facebook, Google, BlaBlaCar, Harman, IBM, Siemens, MyTaxi, Car2Go, dan sebagainya.
Sheryl Sandberg, Chief Operating Officer Facebook, menegaskan, dalam pidatonya di pembukaan pameran, Facebook tidak tertarik membuat mobil. Peran Facebook adalah bermitra dengan pelaku industri mobil dan perusahaan teknologi lainnya untuk mewujudkan kendaraan listrik, komunikasi antarmobil, dan mobil swakemudi.
Perwujudan platform bentuk mobilitas baru tersebut dijembatani produksi mobil-mobil listrik dan hibrida yang kian bergairah oleh berbagai pelaku industri mobil. Indonesia sendiri kini tengah mempersiapkan regulasi penunjang, seperti struktur perpajakan terhadap mobil listrik dan hibrida (plug in hybrid). Regulasi tersebut diproyeksikan dapat tuntas dalam satu tahun mendatang.
Roelof sebagai pihak dari pelaku industri menyatakan sangat mengapresiasi proses kebijakan relaksasi pajak bagi mobil-mobil berbahan bakar bersih. Apalagi sejumlah negara, termasuk negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia, telah menerapkan regulasi yang mendukung penuh mobil-mobil semacam itu.
”Segera setelah regulasi itu berlaku, kami juga berniat melakukan perakitan mobil (listrik/hibrida) di Wanaherang, (Bogor, Jawa Barat),” kata Roelof.
Gambaran dari Frankfurt Motor Show mungkin terdengar terlalu fantastis. Namun, ingatlah, pergerakan dan perubahan wajah dunia akibat revolusi teknologi saat ini kecepatannya seperti melesat melampaui kesadaran kita untuk mencernanya pelan-pelan. Lebih baik siapkan mental menghadapi mobil-mobil hantu swakemudi bergentayangan. Karena bisa jadi akan menjadi bentuk disruption berikutnya yang mengubah segala tatanan.