”Kami pernah merasakan era pahit seusai reunifikasi (Jerman) di 1990-an. Seusai juara di Italia, sepak bola kami mengalami periode buruk. Namun, inilah pelecut (dari kebangkitan),” ujar Karl-Heinz Riedle (52), mantan pemain Jerman yang ikut menjuarai Piala Dunia Italia 1990 dalam wawancara di Jakarta, Selasa (10/10).
Mantan striker yang pernah diasuh legenda Jerman, Franz Beckenbauer, itu hadir di Jakarta dalam kunjungannya sebagai duta klub Jerman, Borussia Dortmund. Mantan pemain yang pernah mengangkat hampir semua trofi sepak bola bergengsi di dunia, termasuk ”si kuping lebar” Liga Champions, itu berbagi cerita soal rahasia di balik kebangkitan tim Jerman, termasuk tips untuk Indonesia.
Der Panzer, julukan tim Jerman, kini seolah tidak pernah lagi kehabisan stok talenta sepak bola berbakat meski sempat didera krisis. Belum habis era Toni Kroos dan Mario Goetze—pahlawan Jerman di final Piala Dunia Brasil 2014—kini telah bermunculan bintang-bintang baru Der Panzer, seperti Leon Goretzka (22) dan Timo Werner (21).
Kombinasi pemain matang pengalaman dan para yunior haus prestasi membuat Jerman terus gemilang. Saat Belanda—negara kelahiran total football—harus terseok-seok akibat masalah regenerasi, Jerman melangkah ke Piala Dunia Rusia 2018 mulus tanpa kendala.
Setelah menjuarai Piala Konfederasi Rusia 2017, mereka selalu menang di 10 laga kualifikasi Grup C zona Eropa. Tak hanya itu, mereka bahkan surplus 39 gol. Ini rekor baru. Belum ada negara lain di jagat ini, sekalipun Spanyol atau Brasil, yang mampu menyamai capaian ini.
Tak ayal, Riedle meyakini negaranya punya kans berjaya lagi di Rusia. Berikut petikan wawancara dengan Riedle:
Bagaimana Anda melihat peluang Jerman di Piala Dunia Rusia 2018?
Tim Jerman saat ini terlihat sangat bagus. Mereka lolos ke Rusia dengan capaian (babak kualifikasi) terbagus yang pernah saya ketahui. Sepuluh kemenangan di 10 laga. Jelas ini sangat menjanjikan. Kami punya peluang bagus di Rusia. Jika tidak juara, minimal tim ini bisa mencapai semifinal.
Sejarah berbicara, tim yang menjuarai Piala Konfederasi selalu gagal meraih Piala Dunia di tahun berikutnya. Itu dialami tim seperti Perancis dan Brasil sebelumnya. Ini seolah seperti ”kutukan”. Bagaimana Anda melihat ini?
Saya tidak percaya dengan mitos, kutukan, atau apa pun itu namanya. Kita semua tahu, memang sungguh tidak mudah untuk memenangi Piala Dunia dua kali beruntun. Ini adalah kejuaraan yang sulit. Namun, dengan kepercayaan diri dan ditambah keberuntungan, saya kira Jerman berpeluang (juara) kembali.
Tim-tim mana yang Anda kira bisa menjadi pesaing berat Jerman di Rusia? Apakah Spanyol?
Tentu saja Spanyol salah satunya. Mereka sangat kuat dan telah menunjukkan kebangkitan akhir-akhir ini. Lalu, masih ada Brasil dan Argentina. Namun, sayangnya, Argentina kini masih harus berjuang untuk lolos (ke Piala Dunia Rusia). Padahal, saya sempat meyakini mereka bakal (kembali) menjadi pesaing berat (Jerman).
Tim Jerman masih terlihat kuat meskipun telah ditinggal banyak pemain penting seperti Philipp Lahm dan Miroslav Klose. Apa yang menurut Anda jadi kunci dari konsistensi dan kekuatan Der Panzer saat ini?
Tim Jerman saat ini diisi banyak pemain muda seperti Timo Werner. Mereka ini sungguh pemain muda yang bagus. Di sisi lain, masih ada Toni Kroos, pemain yang punya banyak pengalaman. Kombinasi antara pemain muda dan mereka yang telah banyak pengalaman ini saya kira menjadi kekuatan dari tim Jerman saat ini.
Apa yang Anda lihat dari Timo Werner, striker yang kini mulai disejajarkan dengan legenda Jerman, Gerd Mueller?
Dia bisa jadi adalah tipe nomor 9 (striker murni) yang selama ini Jerman cari. Ia berbeda dengan striker kebanyakan Jerman saat ini. Ia sangat cepat. Jelas, ia adalah masa depan dari tim ini. Namun, selain dia, masih ada penyerang (Jerman) lainnya yang bisa bersinar di Rusia, seperti Thomas Mueller dan Lars Stindl.
Setelah menjuarai Piala Dunia 1990, ketika Anda menjadi bagian di dalamnya, Jerman sempat kesulitan kembali berprestasi tinggi, bahkan terpuruk di akhir 1990-an dan awal 2000-an. Namun, sepak bola Jerman kini kembali bangkit. Apa yang menjadi rahasianya?
Kami memang sempat mengalami periode buruk seusai reunifikasi Jerman di 1990-an. Saat itulah, kami mengganti total sistem sepak bola. Matthias Sammer (mantan Direktur Teknik Federasi Sepak Bola Jerman) meminta kami lebih banyak menghasilkan pemain-pemain muda berkualitas. Sejak itu, kami berinvestasi besar di pembinaan usia dini. Akademi lahir di seluruh penjuru negeri dan klub-klub profesional, termasuk Dortmund. Saat ini, kami mulai menikmati buahnya.
Indonesia juga tengah merintis hal yang sama, yaitu fokus ke pembinaan usia dini. Ada saran soal ini?
Saya tidak tahu banyak soal sepak bola di Indonesia. Yang saya tahu, negeri ini pernah dijatuhi sanksi FIFA. Namun, kalian kini telah bebas dari sanksi itu. Saya kira penting untuk menghadirkan banyak kompetisi usia muda yang berkualitas agar mereka bisa bermain di level tinggi. Ini penting supaya mereka menjaga konsistensi sejak level muda hingga senior.