WASHINGTON DC, KOMPAS — Pertumbuhan ekonomi negara-negara tujuan utama ekspor Indonesia menguat pada 2017 dan diproyeksikan berlanjut tahun 2018. Hal itu sejalan dengan volume perdagangan internasional yang diperkirakan tumbuh positif.
Ini menjadi kabar baik bagi performa ekspor Indonesia yang mulai pulih sejak triwulan IV-2016. Direktur Departemen Asia dan Pasifik Dana Moneter Internasional (IMF) Changyong Rhee, dalam keterangan pers di Washington DC, Amerika Serikat, Jumat (13/10) waktu setempat, menyatakan, pemulihan perekonomian global terjadi secara merata di sejumlah kawasan. Perekonomian Asia diperkirakan tumbuh 5,6 persen di 2017 dan 5,5 persen di 2018.
”Kunci penggerak pertumbuhan ekonomi di Asia adalah ekspor. Tidak hanya ekspor ke negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, tetapi juga negara-negara dengan perekonomian terbesar di Asia sendiri. Kenaikan ekspor ini berjalan seiring meningkatnya permintaan domestik dan impor,” kata Rhee, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Laksana Agung Saputra dari Washington DC.
IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global 3,6 persen di 2017 dan 3,7 persen di 2018. Pada 2016, pertumbuhan ekonomi dunia 3,2 persen. Pertumbuhan terjadi lebih merata, termasuk negara-negara tujuan utama ekspor Indonesia, seperti China, AS, Jepang, ASEAN, India, dan Eropa.
Menurut data perdagangan Januari-Agustus 2017 di Badan Pusat Statistik, China merupakan negara tujuan utama dengan porsi 12,84 persen dari total ekspor Indonesia. Berikutnya adalah AS (11,51 persen), Jepang (9,4 persen), dan India (9,19 persen).
Mengacu pada proyeksi IMF, pertumbuhan ekonomi China diperkirakan 6,8 persen di 2017 dan 6,5 persen di 2018. AS tumbuh 2,2 persen di 2017 dan 2,3 persen di 2018. Sementara Jepang tumbuh 1,5 persen dan 0,7 persen, sedangkan India tumbuh 6,7 persen dan 7,4 persen.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Hariyadi Sukamdani menyatakan, kalangan pengusaha telah memprediksi ekspor cenderung meningkat. Adapun impor mulai menurun seiring dengan pengendalian Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang makin ketat atas importir bermasalah.
Menjawab pertanyaan Kompas, Deputi Direktur Departemen Asia Pasifik IMF Kenneth Kang menyatakan, performa perekonomian Indonesia terus membaik. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan 5,2 persen di 2017 dan 5,3 persen di 2018. Untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi dan membuatnya semakin inklusif, fiskal menjadi salah satu instrumen kunci, terutama penerimaan pajak.