Presiden: Target Pembangunan Infrastruktur Harus Ambisius
Oleh
Aditya Putra Perdana
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Presiden Joko Widodo kembali mengingatkan pentingnya pembangunan infrastruktur di segala penjuru Tanah Air. Selain untuk membuka akses bagi daerah-daerah terpencil, pembangunan itu juga untuk meningkatkan daya saing. Presiden mengakui, target pembangunan infrastruktur dalam era pemerintahannya memang ambisius. Menurut Presiden, ambisi pembangunan infrastruktur harus besar agar Indonesia tak tertinggal dari negara lain.
Presiden Joko Widodo dalam orasi ilmiah pada peringatan Dies Natalis Ke-60 Universitas Diponegoro di Stadion Undip, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (17/10), mengatakan, pemerintahannya fokus dan konsentrasi pada pembangunan infrastruktur. Ada alasan mengapa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditingkatkan.
”Pada 2014, anggaran infrastruktur sebesar Rp 177 triliun, sedangkan pada 2017 sebesar Rp 401 triliun. Kenapa kami lakukan? Karena negara kita merupakan negara kepulauan. Fondasi perekonomian berbasis maritim adalah keharusan. Ini penting agar daya saing tak semakin ketinggalan dari negara-negara lain,” kata Presiden.
Target harus besar. Jika tidak, tingkat daya saing kita akan terus tertinggal.
Adapun sejumlah pembangunan infrastruktur yang menjadi fokus pemerintah di antaranya jalan tol, pelabuhan dan bandara di daerah terpencil, serta pembangkit listrik. Menurut Presiden, ongkos transportasi di Indonesia jauh lebih mahal dari negara-negara lain. Karena itu, infrastruktur untuk pemerataan pembangunan sangat diperlukan.
Ini penting agar daya saing tak semakin ketinggalan dari negara-negara lain.
Presiden mencontohkan pembangunan pembangkit listrik guna mencapai 35.000 watt dalam lima tahun (2014-2019), setelah 72 tahun hanya bisa mencapai 53.000 watt. ”Banyak yang bilang ambisius, padahal ambisi memang harus seperti itu. Target harus besar. Jika tidak, tingkat daya saing kita akan terus tertinggal,” katanya.
Adapun tingkat daya saing Indonesia, menurut Forum Ekonomi Dunia (WEF), meningkat dari posisi ke-41 menjadi ke-36 dari 137 negara pada 2017. Menurut Presiden, peningkatan peringkat tingkat daya saing tersebut harus terus ditingkatkan.
Banyak yang bilang ambisius, padahal ambisi memang harus seperti itu.
Rektor Undip Yos Johan Utama menuturkan, perguruan tinggi memiliki peran dalam pembangunan melalui riset dan inovasi yang dihilirisasi hingga tingkat masyarakat. Dengan demikian, segala permasalahan yang ada di tengah masyarakat dapat teratasi.