YOGYAKARTA, KOMPAS — Setelah sempat tertunda beberapa waktu, ratusan warga yang terkena dampak pembangunan bandar udara di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, siap mengosongkan rumah. Menurut rencana, warga akan pindah ke rumah baru di lahan relokasi pada akhir pekan ini.
”Menurut rencana, Sabtu besok, warga akan bedol desa,” ujar Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo saat ditemui seusai rapat kerja pengendalian pembangunan DIY, Kamis (19/10), di Yogyakarta.
Warga yang akan pindah adalah mereka yang sudah menerima ganti rugi pembebasan lahan sekaligus mendaftar untuk mengikuti program relokasi mandiri di tanah kas desa. Sejak September lalu, mereka telah diminta pindah oleh PT Angkasa Pura (AP) I selaku pelaksana proyek bandara Kulon Progo.
Meski demikian, warga belum bersedia pindah karena rumah mereka di lahan relokasi belum selesai dibangun. Hasto menyatakan, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah berkomunikasi dengan warga terdampak yang juga peserta program relokasi mandiri.
Menurut Hasto, para warga bersedia pindah pada Sabtu karena rumah mereka di lahan relokasi sudah siap ditempati. Rumah-rumah warga itu juga sudah dilengkapi listrik dan sarana air bersih. ”Sejak beberapa hari lalu kami telah menyiapkan acara bedol desa ini,” ujarnya.
Ia menambahkan, ratusan warga yang akan mengikuti bedol desa itu berasal dari tiga desa di Kecamatan Temon, Kulon Progo, yakni Glagah, Palihan, dan Kebonrejo. Warga dari dua desa lain yang terdampak bandara, yakni Sindutan dan Jangkaran, tidak mengikuti bedol desa.
Hasto mengatakan, permukiman warga di lahan relokasi memang sempat tergenang air saat hujan turun deras beberapa hari lalu. Namun, kondisi itu tidak akan menghambat proses perpindahan warga ke permukiman di area relokasi.
Project Manager Pembangunan Bandar Udara Internasional Yogyakarta PT AP I Sujiastono menyatakan, pihaknya memberi waktu hingga 25 Oktober 2017 kepada warga terdampak bandara yang mengikuti program relokasi mandiri untuk mengosongkan rumah mereka. Setelah itu, PT AP I akan melakukan pembersihan lahan di area yang sudah dikosongkan.
Bersinergi
Secara terpisah, Garuda Indonesia Group menyatakan komitmennya untuk bersinergi memaksimalkan potensi Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kabupaten Majalengka. Sinergi strategis itu diharapkan mendongkrak pertumbuhan ekonomi khususnya di Jawa Barat.
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Nugraha Mansury mengatakan, Garuda Indonesia Group memiliki banyak anak perusahaan, seperti Aerowisata, Sabre Travel Network Indonesia, Garuda Maintenance Facility Aero Asia, Aero Systems Indonesia, Citilink Indonesia, dan Gapura Angkasa. Melalui beragam anak perusahaan ini, Garuda Indonesia Group berkomitmen bersinergi memaksimalkan potensi BIJB menjadi bandara terbesar kedua di Indonesia.
”Kami yakin kemitraan ini dapat membantu mempercepat proses mewujudkan BIJB menjadi perusahaan holding yang bertaraf internasional,” kata Direktur PT BIJB Virda Dimas Ekaputra. (HRS/DMU)