JAKARTA, KOMPAS — Warga DKI Jakarta dan kota-kota lain di sekitarnya masih mendatangi halaman Teater Imax Keong Emas Taman Mini Indonesia Indah untuk mendapatkan layanan pembuatan kartu tanda penduduk elektronik, Sabtu (21/10). Beberapa dari mereka kecewa karena tidak bisa mendapatkan kartu tanda penduduk elektronik secara langsung.
Direktorat Jenderal (Ditjen) Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) membuka layanan pembuatan kartu tanda penduduk elektronik (KTP-el) bagi seluruh warga dalam acara Nusantara Expo di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, 18-22 Oktober 2017. Pada tiga hari pertama, warga yang datang berkisar 2.000-3.000 orang (Kompas, 21/10). Memasuki hari keempat, antusiasme masyarakat untuk mendapatkan KTP-el dari acara itu pun masih tinggi.
Putri Ramadhanti (18), warga Jombang, Tangerang Selatan, datang ke Jakarta demi KTP-el. ”Setahun lalu saya buat KTP-el di kecamatan, diberi tahu jadwal pengambilan tiga bulan setelahnya, tetapi tidak ada sampai saat ini,” kata Putri. Menurut dia, pihak kecamatan mengeluh tidak memiliki blangko untuk mencetak KTP-el warga.
Ketika datang ke TMII, Putri tidak perlu mengantre panjang karena dapat langsung meletakkan surat keterangan pengganti KTP-el dari kelurahan dan fotokopi kartu keluarga (KK) di kotak kardus yang disediakan petugas Dukcapil. Ia diminta meninggalkan nomor telepon yang dapat dihubungi petugas agar mengambil KTP-el pada Minggu (22/10).
Sehari sebelumnya, warga yang akan menyerahkan dokumen perlu mengantre untuk mendapatkan nomor urut pengambilan KTP-el. Antrean mengular mengitari seluruh halaman Teater Imax Keong Emas TMII sepanjang 1 kilometer.
Harapan mendapatkan KTP-el secara langsung juga dirasakan Hadi (47), warga Cilincing, Jakarta Utara. Sudah satu semester belakangan ia selalu mengecek perkembangan pencetakan KTP-el di kelurahan setiap bulan. Namun, hasilnya nihil.
”Mudah-mudahan KTP-el saya bisa benar-benar jadi di sini,” ujar Hadi.
Kecewa
Di antara sebagian besar warga yang berharap, Bagas (20), warga Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Bersama dengan temannya Alfi (21) malah kecewa. Mereka sudah sampai di TMII bahkan sejak pukul 06.00. Namun, nama mereka berdua belum dipanggil oleh petugas di meja pengambilan KTP-el hingga sore tiba.
”Saya sudah tidak punya harapan kepada pemerintah. Membuat KTP-el di kecamatan gagal, di sini juga belum ada hasilnya,” ujar Bagas.
Direktur Jenderal Ditjen Dukcapil Zudan Arif mengatakan, permohonan pembuatan KTP-el di TMII pada 20 Oktober mencapai 1.868 orang. Sampai saat ini, Dukcapil sudah mencetak 1.794 KTP-el dan masih ada 74 KTP-el yang tidak bisa dibuat.
Zudan menjelaskan, salah satu masalah yang menyebabkan KTP-el gagal dicetak adalah persoalan data yang belum ditunggalkan. ”Kemungkinan mereka yang gagal masih memiliki data ganda,” kata Zudan.
Waktu yang dibutuhkan untuk menunggalkan data masyarakat belum dapat dipastikan. Menurut Zudan, setidaknya penunggalan menghabiskan waktu dua pekan, tetapi ada pula yang belum selesai meski sudah satu bulan.
”Kami sedang berusaha memperbaiki servernya. Cita-cita kami, penunggalan data itu bisa selesai dalam satu hari,” ujar Zudan. Ia memastikan, persoalan sistem itu dapat selesai tahun ini sehingga memasuki tahun 2018, penunggalan data hanya membutuhkan waktu satu hari.
Sebelumnya, Zudan mengatakan akan memperbanyak acara serupa melalui kerja sama dengan pemerintah di daerah-daerah untuk menambah pilihan akses warga dalam pelayanan KTP-el. Selain itu, masyarakat masih bisa membuat KTP-el di kelurahan terdekat.
”Ini adalah strategi jemput bola yang kami lakukan dan memberikan fasilitas yang mudah bagi masyarakat,” tutur Zudan.
Menurut dia, kemudahan warga untuk membuat KTP-el sudah dirancang sejak dua tahun yang lalu. Dukcapil memberlakukan pembuatan KTP-el secara gratis, mengganti persyaratan surat pengantar dari RT, RW, kelurahan, dan kecamatan menjadi hanya fotokopi KK.