Magma Gunung Agung Kini 4 Kilometer Mendekati Kawah
Oleh
·2 menit baca
KARANGASEM, KOMPAS — Pos Pemantauan Gunung Agung di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, mencatat, pergerakan kegempaan seputaran Gunung Agung melemah sekitar 300 kali per hari, Sabtu (21/10). Namun, berkurangnya kegempaan itu mengindikasikan adanya pergerakan magma yang leluasa menuju puncak kawah.
Magma terdeteksi mendekati kawah berjarak sekitar 4 kilometer (km). Volume magma yang terkumpul sekitar 18,5 juta meter kubik. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani menjelaskan, terkumpulnya magma mendekati puncak kawah dengan volume itu memiliki kekuatan cukup untuk ke arah erupsi.
PVMBG mengimbau masyarakat di zona merah atau kawasan rawan bencana agar waspada serta mematuhi rambu dan informasi dari petugas. Selama pergerakan magma itu, bagian puncak kawah Gunung Agung kini mengalami deformasi (perubahan bentuk) tak kurang dari 6 sentimeter (cm).
Kasbani menjelaskan, deformasi gunung berapi dengan angka itu adalah besar dan menjadi perhatian. Saat ini, bersamaan dengan berkurangnya kegempaan, tubuh gunung mengalami pengempisan di bagian bawahnya. Pengempisan ini karena jalur magma terdorong ke atas puncak kawah.
Asap kawah teramati rata-rata per hari mencapai 200 meter dan bisa dilihat secara kasatmata jika cuaca cerah. Pada 18 Oktober lalu, asap kawah mencapai 1.500 meter dan sempat membuat panik masyarakat.
Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana, Sabtu, menambahkan, jika mengacu pada kegempaannya saja, status Gunung Agung bisa diturunkan. ”Namun, berdasarkan parameter lain, seperti GPS, masih terdeteksi ada pergerakan magma menuju permukaan,” katanya.
Indikasi adanya pergerakan magma ini, menurut Devy, teramati dari perubahan tubuh gunung, baik dari data GPS maupun tiltmeter. Berdasarkan data GPS, sejak pertengahan September 2017, Gunung Agung mengalami deflasi (pengempisan) untuk kantong magma yang dalam, tetapi inflasi pada yang dangkal atau sekitar 5 km. Stasiun GPS di Pegubengan dan Cegi merekam adanya inflasi (penggembungan) berupa uplift (pengangkatan) sekitar 6 cm dalam satu bulan terakhir.
”Kini tergantung apakah kekuatan tekanan ini bisa menjebol sumbat lava di puncak gunung atau tidak. Jika tekanannya lebih besar, akan terjadi letusan. Jika tidak, kemungkinan aktivitasnya bisa diturunkan,” kata Devy.
Hingga Sabtu, jumlah pengungsi terdata 133.000 orang. Pengungsian berada di 390 lokasi yang tersebar di sembilan kota/kabupaten di Bali. Namun, aktivitas pengambilan pasir galian C di zona merah, sekitar 5 km dari puncak gunung, di Desa Sebudi, masih berjalan.
Kasbani mengatakan, aktivitas manusia direkomendasikan tidak dilakukan dalam radius 12 km dari puncak. (AYS/CHE/aik)