YOGYAKARTA, KOMPAS — Keberhasilan pemain tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung dan ganda campuran Rinov Rivaldy/Phita Haningtyas Mentari meraih gelar juara dunia yunior untuk Indonesia adalah awal kerja keras untuk mengukir prestasi yang lebih tinggi di level senior. Tampil pada laga terakhir Kejuaraan Dunia Yunior BWF 2017, Minggu (22/10), Gregoria mengalahkan pemain China, juara Asia Yunior 2017, Han Yue, 21-13, 13-21, 24-22.
Adapun Rinov/Phita menjadi juara setelah memenangi all Indonesian final melawan Rehan Naufal Kusharjanto/Siti Fadia Silva Ramadhanti, 21-23, 21-15, 21-18. "Hasil kejuaraan dunia yunior ini bukan tujuan akhir. Justru, ini menjadi awal kerja keras untuk bisa menjadi lebih baik lagi. Ke depan, pembinaan atlet harus berjalan lebih baik lagi. Percepatan regenerasi atlet juga harus terus diupayakan," kata Susy Susanti, Manajer Tim Indonesia.
Susy menambahkan, hasil Kejuaraan Dunia Yunior juga menggambarkan peta persaingan bulu tangkis dalam beberapa tahun ke depan. Negara-negara yang dulunya punya pemain bulu tangkis menonjol, seperti China, Jepang, dan Korsel, kini justru tidak terlalu dominan.
Sebaliknya, Indonesia mempunyai potensi untuk berkembang, terutama pada tiga nomor pertandingan yang dijalani di final, yaitu tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran.
Laga final perseorangan yang bergulir di GOR Among Rogo, Yogyakarta, menjadi puncak perjuangan 23 atlet Indonesia, berusia di bawah 19 tahun, yang bersaing dengan 488 pemain dari 64 negara demi gelar juara dunia yunior.
Terkait pencapaian para pemain yunior di Yogyakarta, Susy merasa puas. ”Sejak awal kami memang menargetkan dapat meraih setidaknya satu medali emas. Harapan itu akhirnya terwujud. Hal yang membuat senang, atlet bisa termotivasi tampil lebih baik setelah kalah pada kategori beregu campuran,” ujar Susy yang juga menjadi Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI.
Bangga
Rasa bangga, bahagia, dan haru menyelimuti hati Gregoria, pelatih tunggal putri Jeffer Rosobin, serta Susy, dan sekitar 2.000 pendukung Indonesia yang menonton secara langsung di kursi tribune. Suporter ”Merah Putih” tak henti-hentinya memberikan semangat kepada Gregoria, terutama ketika saling mengejar poin terjadi pada akhir gim ketiga.
Ketika itu, Gregoria punya kesempatan menang saat unggul 21-20, tetapi Han Yue menyamakan kedudukan menjadi 21-21. Gregoria kemudian unggul lagi 22-21, tetapi Han Yue yang tak mau kalah begitu saja memepet perolehan poin menjadi 22-22. Saat kedudukan 23-22, pukulan tunggal putri terbaik China yang keluar lapangan menjadi tanda kemenangan bagi Gregoria.
Ini merupakan pertemuan kedua Gregoria dengan Han Yue. Dalam dua pertemuan, Gregoria selalu menang. Terakhir kali, mereka berjumpa pada semifinal kejuaraan dunia kategori beregu campuran, pekan lalu.
Dengan hasil menjadi juara di Yogyakarta, Gregoria mencatatkan sejarah sebagai tunggal putri pertama Indonesia yang menjadi juara dunia yunior setelah 25 tahun berlalu. Terakhir kali Kristin Yunita menjadi juara dunia tunggal putri pada 1992.
Nomor lain yang pernah mendapat gelar juara dunia adalah ganda putra (1992) dan ganda campuran (2011 dan 2012).
Gregoria mengatakan sangat gembira bisa menjadi juara dunia. ”Saya sudah menunggu momen ini sejak pertama kali ikut kejuaraan pada 2014. Meski sangat senang, saya tak boleh cepat puas. Ini merupakan langkah awal untuk perjalanan karier bulu tangkis saya selanjutnya,” katanya.
Tampil sebagai harapan terakhir China di laga final memberi beban bagi Han Yue. ”Saya sudah berusaha melakukan yang terbaik, tapi ternyata lawan jauh lebih baik,” katanya.
Pada nomor ganda campuran, Rinov/Phita menjadi juara dunia setelah menjalani pertandingan melawan rekan senegaranya, Rehan/Fadia. Setelah melalui laga ketat selama 58 menit, Rinov/Phita, yang baru dipasangkan hanya dua pekan menjelang kejuaraan, menang 21-23, 21-15, 21-18. Begitu laga usai, Fadia mendapat perawatan medis karena mengalami sesak napas.
Selain mendapat medali emas dari tunggal putri dan medali emas dan perak dari ganda campuran, tim Merah Putih juga mengantongi perak dari ganda putri melalui Jauza Fadhila Sugiarto/Ribka Sugiarto. Pasangan ini harus mengakui keunggulan ganda putri Korsel, Ha Na Baek/Yu Rim Lee, 18-21, 21-11, 21-3.
Indonesia juga mengantongi medali perunggu dari ganda putra melalui Rinov Rivaldy/Yeremia Erich Yoche Yacob yang sudah tampil pada babak semifinal. Di nomor ini, pasangan Jepang, Mahiro Kaneko/Yunosuke Kubota, tampil sebagai juara. Di partai puncak, Kaneko/Kubota mengalahkan ganda putra China, Di Zijian/Wang Chang, 21-14, 15-21, 21-13.
Sementara di tunggal putra, Kunlavut Vitidsarn (Thailand) menjadi juara. Pada laga final, Kunlavut berhasil mengatasi pemain Malaysia, Jun Hao Leong, 17-21, 21-15, 21-9. Pertandingan Kunlavut, pemain berperingkat pertama dunia yunior, melawan Hao Leong, juara Asia yunior, berlangsung sengit selama 65 menit. Pada gim pertama, Kunlavut sempat keteteran, tetapi bangkit pada dua gim berikutnya dan menjadi juara. (DNA)