Tak Gentar dengan Gertak Sanksi AS, Iran Bertekad Akan Terus Produksi Rudal
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
DUBAI, MINGGU — Iran tak akan menghentikan produksi rudal untuk kepentingan pertahanan diri. Mereka yakin, langkah itu tidak melanggar kesepakatan nuklir Iran tahun 2015. Sikap tegas Iran ini muncul tiga hari setelah DPR Amerika Serikat menyepakati sanksi baru terhadap Iran terkait program rudalnya.
Presiden Iran Hassan Rouhani menegaskan sikap Iran itu dalam pidato yang disiarkan televisi nasional, Minggu (29/10). ”Kami tetap akan mengembangkan rudal. Kami juga akan tetap memproduksi persenjataan apa saja yang dibutuhkan dan akan kami gunakan kapan saja untuk mempertahankan diri. Program ini tak melanggar kesepakatan internasional apa pun,” kata Rouhani saat berpidato di parlemen Iran.
Keputusan sepihak AS menjatuhkan sanksi baru bagi Iran didasarkan atas tuduhan Washington bahwa uji coba-uji coba rudal yang dilakukan Teheran telah melanggar resolusi PBB. Resolusi ini berisi desakan agar Iran tidak melakukan kegiatan terkait pengembangan rudal yang bisa membawa senjata nuklir.
Tuduhan AS itu dibantah Iran. Pengembangan nuklir yang mereka lakukan tidak bertujuan untuk membuat senjata nuklir. Iran menegaskan, tidak ada rencana mengembangkan rudal nuklir.
Rouhani juga mengecam sikap Presiden AS Donald Trump yang tak mau secara formal mengakui bahwa Teheran benar-benar mematuhi kesepakatan tahun 2015 tentang program nuklir Iran. Padahal, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA)—badan pengawas nuklir internasional yang diakui resmi untuk memantau program nuklir Iran—mengakui bahwa Iran selama ini mematuhi kesepakatan internasional itu.
Pada 13 Oktober lalu, Trump juga mengancam akan membatalkan kesepakatan itu. Langkah Trump ini bisa menjadi pintu masuk kongres untuk kembali memberlakukan sanksi kepada Iran dengan rentang 60 hari. Sesuai kesepakatan 2015, sanksi terhadap Iran seharusnya dicabut.
”Anda itu justru mengabaikan, tidak memedulikan kesepakatan dan perjanjian yang disetujui Dewan Keamanan PBB. Dengan sikap begitu, Anda berharap orang lain mau berunding denganmu?” kata Rouhani merujuk pada langkah pemerintahan Trump.
Karena AS memilih sikap seperti itu, lanjut Rouhani, AS tidak akan mungkin bisa berunding atau menyepakati apa pun lagi dengan negara lain. Negara lain yang dimaksud Rouhani diduga merujuk pada Korea Utara.
Hasil voting sanksi terkait rudal Iran di DPR AS menunjukkan, 423 suara mendukung dan dua suara menolak. Tak ada langkah serupa dari Senat AS. Agar sah jadi undang-undang, putusan DPR AS harus disahkan Senat dan ditandatangani Trump.
Penegasan IAEA
Minggu kemarin, Kepala IAEA Yukiya Amano menegaskan kembali, Iran menjalankan komitmennya sesuai dengan kesepakatan nuklir 2015. ”Hingga hari ini, saya bisa menyatakan bahwa komitmen-komitmen terkait nuklir yang dibuat Iran di bawah JCPOA (kesepakatan nuklir) terus dijalankan,” kata Amano dalam jumpa pers di Teheran.
Di ibu kota Iran itu, Amano bertemu dengan Presiden Hassan Rouhani, Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif, dan Kepala Organisasi Energi Atom Iran Ali Akbar Salehi.
Menurut laman Pemerintah Iran, Rouhani mengatakan kepada Amano, Iran ingin ”bekerja sama dengan IAEA untuk jangka waktu yang panjang”. ”Kami ingin melanjutkan kesepakatan nuklir dan mencegah (Amerika Serikat) mengganggunya. Jika kesepakatan nuklir itu buyar, akan terjadi konsekuensi yang tidak bisa diprediksi,” kata Rouhani. (REUTERS/AP/AFP/SAM)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.