Wilayah Kosambi Memang Rawan Kebakaran
TANGERANG, KOMPAS — Wilayah Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, rawan kebakaran. Warga tinggal di permukiman padat yang berada di kawasan pergudangan industri, pabrik-pabrik, dan instalasi pipa aliran gas dari laut menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Sofia (26), warga Desa Belimbing, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, di rumahnya, Minggu (29/10), mengatakan merasa terancam bahaya kebakaran setiap hari. Ia tinggal di permukiman padat di dalam kawasan pergudangan industri dan pabrik-pabrik yang berbatasan langsung dengan rumah warga.
Menurut Sofia, sejak awal 2000 terdapat tiga peristiwa kebakaran yang dapat ia ingat, yaitu terjadi di pabrik tong besi, pabrik bak plastik, dan pabrik karung plastik. Selain itu, pernah juga ada percikan api yang keluar dari kabel listrik yang menyambung ke pabrik plastik. ”Waktu ada percikan api itu saja semua warga sudah kalap. Kami langsung berkumpul di lapangan membawa pakaian yang sudah kami buntal,” kata Sofia. ”Selama tinggal di sini, ancaman kebakaran yang paling saya takutkan,” ujarnya.
Berdasarkan catatan Kompas, dalam 17 tahun terakhir kebakaran terjadi 10 kali di wilayah Kecamatan Kosambi. Kebakaran terakhir terjadi di pabrik kembang api PT Panca Buana Cahaya Sukses, Kamis lalu. Peristiwa itu mengakibatkan 48 orang tewas dan 46 orang mengalami luka bakar.
Korban yang menderita luka bakar dirawat di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) BUN dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Tangerang. Di RSIA BUN ada 16 orang yang dirawat karena mengalami luka bakar 20 persen-40 persen di tubuhnya, salah satunya Lina (49). Pada Jumat lalu, Lina menjalani operasi untuk pembersihan luka. Hingga saat ini hanya Lina yang masih dirawat di RSIA BUN, sedangkan korban lainnya sudah dipulangkan.
Mursan (55), warga Desa Belimbing yang sudah tinggal di wilayah itu selama 30 tahun, mengatakan, tidak pernah ada pencegahan kebakaran baik dari pihak pemilik pabrik dan gudang maupun pemerintah. Padahal, pabrik dan gudang yang ada di kecamatan itu kebanyakan berbatasan langsung dengan permukiman warga. Selain itu, pipa aliran gas ke Bandara Soekarno-Hatta juga ditanam di Desa Belimbing. Hanya ada beberapa papan peringatan bahaya kebakaran di bahu Jalan Salembaran Pipa, Desa Belimbing.
Pabrik kembang api
Fitriah (18), warga Desa Belimbing sekaligus salah satu korban kebakaran di pabrik kembang api PT Panca Buana Cahaya Sukses, mengatakan, tidak ada pengamanan khusus kebakaran di lokasi kerjanya. Karena itu, semua pegawai berhamburan tidak tentu arah saat kebakaran terjadi. Ia pun menyelamatkan diri dengan menceburkan diri ke dalam kolam lalu memanjat ke dinding dan menjebol atap pabrik.
Menurut Fitri, mekanisme kerja di pabrik kembang api itu tertutup. Ia tidak pernah mengetahui proses di pabrik itu selain bagian pekerjaannya sebagai pengepak kembang api. Bahkan, ia juga tidak mengetahui ke mana hasil produksi kembang api itu akan dijual.
”Saya hanya melihat mobil boks yang membawa kembang api-kembang api itu pergi dua kali sehari, yaitu pagi dan sore,” kata Fitri.
Titi (48), salah satu pegawai pabrik yang tidak menjadi korban kebakaran, mengatakan, setiap hari pabrik menghasilkan 9.000 pak kembang api dalam berbagai macam ukuran, dari ukuran 20 sentimeter hingga 1 meter. Setiap pak berisi 125 batang kembang api.
Kelaikan pabrik
Menurut Ame (50), warga Desa Belimbing, Kosambi, pabrik-pabrik mulai bermunculan di wilayah itu sejak akhir dekade 1990-an. Sebelumnya, Kecamatan Kosambi merupakan wilayah persawahan. Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai kuli tani.
Kepala Desa Belimbing Maskota mengatakan, hingga saat ini terdapat sekitar 75 pabrik dan 30 gudang di desanya. Oleh karena itu, sebagian warga berpindah mata pencarian dari petani menjadi buruh pabrik. Penduduk pendatang dari daerah lain pun berdatangan ke Kecamatan Kosambi yang ditandai dengan munculnya banyak rumah petak kontrakan.
Namun, keberadaan gudang industri dan pabrik-pabrik itu tidak memperhatikan urusan lingkungan. Salah satunya gudang pemilahan biji kopi yang berbatasan langsung dengan rumah Somi (70) di RT 030 RW 015, Desa Belimbing, Kosambi. Pipa-pipa pembuangan limbah gudang itu dialirkan langsung ke selokan di depan rumah Somi. (DD01)