Komoditas dan Kemudahan Usaha Penopang Ekonomi 2018
Oleh
Nikson Sinaga
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Wakil Presiden Jusuf Kalla meyakini kondisi ekonomi Indonesia akan membaik pada 2018. Perbaikan perekonomian ditopang harga komoditas sawit dan batubara yang terus naik, kemudahan usaha yang membaik ke peringkat ke-72, serta predikat layak investasi dari Standard and Poor’s. Pertumbuhan investasi dan industrialisasi diyakini akan meningkat.
”Banyak faktor yang menggembirakan dan memberi harapan. Upaya yang kita lakukan mulai mencapai hasil yang baik,” kata Kalla saat menjadi pembicara utama dalam diskusi bertajuk ”Prospek Ekonomi Indonesia 2018” yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia, di Jakarta Pusat, Kamis (2/11).
Kalla menuturkan, salah satu penopang utama pertumbuhan ekonomi adalah harga minyak sawit mentah (CPO) yang terus merangkak naik hingga 600 dollar AS per ton dan batubara mendekati 100 dollar AS per ton di akhir 2017 ini. Harga dua komoditas itu sudah mendekati harga tertingginya setelah terpuruk lima tahun belakangan. Perbaikan harga kedua komoditas utama Indonesia itu sudah diikuti peningkatan penerimaan pajak.
Menurut Kalla, tahun 2017 menjadi titik balik perbaikan ekonomi Indonesia. Indikator ekonomi yang menunjukkan perbaikan ini harus diikuti dengan mendorong pertumbuhan investasi untuk meningkatkan industrialisasi, baik investasi dalam negeri maupun luar negeri.
Wapres menyebutkan, ada sejumlah pihak yang masih curiga pada investasi luar negeri karena dikhawatirkan pemilik modal dari luar menguasai negara. Namun, Kalla menyatakan bahwa modal tidak mengenal kewarganegaraan.
Tahun 2017 menjadi titik balik perbaikan ekonomi Indonesia. Indikator ekonomi yang menunjukkan perbaikan ini harus diikuti dengan mendorong pertumbuhan investasi untuk meningkatkan industrialisasi, baik investasi dalam negeri maupun luar negeri.
Meskipun fundamen ekonomi menunjukkan perbaikan, Kalla menyatakan, Indonesia masih akan menghadapi sejumlah tantangan, yakni birokrasi yang lambat, pembangunan infrastruktur di daerah yang terkendala lahan, dan pola konsumsi yang beralih ke digital.
Laju investasi juga dapat terganggu karena stabilitas politik pada pemilihan kepala daerah, pemilihan legislatif, serta pemilihan presiden dan wakil presiden dalam dua tahun ini. Namun, menurut Kalla, di Indonesia, politik tidak terlalu memengaruhi ekonomi.
”Saya katakan, Indonesia selalu stabil. Banyak khawatir pada pilkada tahun depan. Selama ini, 95 persen pilkada aman. Hanya ada sedikit yang bergejolak,” kata Kalla.
Indonesia selalu stabil. Banyak khawatir pada pilkada tahun depan. Selama ini, 95 persen pilkada aman. Hanya ada sedikit yang bergejolak.
Kalla mengatakan, politik di Indonesia punya pola yang unik. Dukungan politik tidak diberikan dalam pola yang sama. Di pusat bisa dua partai bertempur sangat sengit, tetapi di daerah berkoalisi memenangkan calon kepala daerah, sementara di daerah lain bertarung pula. ”Tidak ada pola dukungan yang sama sehingga tidak ada segmen politik yang besar,” ujarnya.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan, fundamen ekonomi juga menunjukkan perbaikan yang ditandai pertumbuhan ekonomi yang menguat, nilai tukar rupiah yang stabil, inflasi terkendali rendah, serta surplus neraca pembayaran yang meningkat.
Bank Indonesia, ujar Agus, menetapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2018 berada di 5,1-5,5 persen. Ini sejalan dengan asumsi pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pemerintah dan disetujui DPR, yakni 5,4 persen. Inflasi juga diyakini akan terkendali rendah di kisaran 3 persen.
Agus menuturkan, tantangan ekonomi saat ini adalah bagaimana menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Selama ini, pertumbuhan ekonomi lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal, terutama harga komoditas di pasar dunia.
”Pertumbuhan industri manufaktur masih berpusat di Jawa. Sementara daerah lain, termasuk Sumatera, masih mengandalkan komoditas,” katanya.
Tantangan ekonomi saat ini adalah bagaimana menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Selama ini, pertumbuhan ekonomi lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal, terutama harga komoditas di pasar dunia.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso menyatakan, suku bunga kredit korporasi saat ini sudah satu digit atau berkisar 9 persen. Suku bunga ini juga dapat diturunkan lagi karena perbankan terus melakukan efisiensi.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan P Roeslani mengatakan, meskipun iklim menunjukkan perbaikan, perekonomian Indonesia masih akan menghadapi sejumlah tantangan, yakni kebijakan pemerintah yang tidak konsisten, pemerintah daerah yang tidak sejalan dengan pemerintah pusat, masalah ketenagakerjaan, dan perpajakan.
Meskipun iklim menunjukkan perbaikan, perekonomian Indonesia masih akan menghadapi sejumlah tantangan, yakni kebijakan pemerintah yang tidak konsisten, pemerintah daerah yang tidak sejalan dengan pemerintah pusat, masalah ketenagakerjaan, dan perpajakan.
Rosan mengatakan, Indonesia juga menghadapi ketidakseimbangan jumlah angkatan kerja baru yang mencapai dua juta orang per tahun, tetapi terserap hanya sekitar 500.000 per tahun. ”Ini menciptakan jurang yang sangat signifikan, yang harus kita atasi dari sekarang. Kalau tidak, ini menjadi masalah luar biasa yang meluas ke mana-mana. Tidak hanya masalah ketenagakerjaan, tetapi juga menjadi masalah sosial,” tuturnya.