JAKARTA, KOMPAS — Keputusan Komite Pasar Terbuka Federal dari bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, mempertahankan tingkat suku bunga di kisaran 1 persen-1,25 persen dinilai bisa menjadi momentum penguatan nilai tukar rupiah. Sebab, hal itu bisa menahan peningkatan permintaan pertukaran rupiah dengan dollar AS untuk dibawa dan disimpan di Amerika Serikat.
Di sisi lain, indikator ekonomi makro Indonesia saat ini sedang positif. Cadangan devisa Indonesia sampai dengan September mencapai 129,40 miliar dollar AS (Rp 175,49 triliun) dan neraca perdagangan sampai dengan September juga surplus sebesar 1,76 miliar dollar AS (Rp 23,76 triliun).
”Semua kondisi ini bisa menjadi pemicu momentum penguatan nilai tukar rupiah,” ujar Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada A Tony Prasetyantono yang dihubungi pada Kamis (2/11).
Semua kondisi ini bisa menjadi pemicu momentum penguatan nilai tukar rupiah.
Ia menjelaskan, dengan bertahannya tingkat suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) atau Fed Rate, para pemegang uang menahan untuk menukarkan uangnya, termasuk rupiah menjadi dollar. Jumlah uang dollar AS di Indonesia tidak akan pergi kembali ke AS. Maka, tidak ada tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
Seandainya Fed Rate naik, pemegang uang jadi lebih tertarik untuk mendepositokan uangnya dalam bentuk dollar ke AS. Artinya permintaan dollar meningkat dan permintaan rupiah menurun. Apabila ini terjadi, nilai rupiah pasti mengalami penurunan. Namun, Fed Rate tidak naik, tekanan pelemahan rupiah pun tidak terjadi.
”Sementara itu, indikator ekonomi makro sedang positif. Dengan berkurangnya tekanan pelemahan rupiah dan indikator ekonomi makro sedang positif, maka ini adalah momentum penguatan nilai tukar rupiah,” ujar Tony.
Ia juga merekomendasikan kepada Bank Indonesia (BI) untuk tetap mempertahankan tingkat suku bunga BI 7 days (reverse) Repo Rate saat ini pada level 4,25 persen. Meskipun inflasi stabil per Oktober di level 3,07 persen, bukan berarti bisa memberikan relaksasi penurunan bunga.
”Kalau BI 7 days Repo diturunkan, nanti pemegang uang jadi kehilangan fokusnya dan tidak tertarik menyimpan deposito dan bisa berpindah ke instrumen lain. Ini bisa mengganggu stabilitas ekonomi,” ujar Tony.
Pada Rabu (1/11) malam, The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 1 persen-1,25 persen. Namun, Fed masih membuka peluang kenaikan suku bunga pada Desember mendatang. Keputusan ini berkaca dari kondisi perekonomian di AS.
The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 1 persen-1,25 persen.
Dalam keterangan resminya, The Fed menjelaskan, pasar tenaga kerja terus menguat dan aktivitas ekonomi tersebut telah meningkat pada tingkat yang solid meskipun ada gangguan terkait badai. Meski angin topan menyebabkan penurunan pekerjaan penggajian pada September, tingkat pengangguran menurun lebih lanjut.
Belanja rumah tangga telah berkembang pada tingkat yang moderat dan pertumbuhan bisnis investasi di Indonesia telah meningkat di kuartal terakhir.
Harga bensin naik setelah badai, meningkatkan inflasi secara keseluruhan pada September. Namun, inflasi untuk barang selain makanan dan energi tetap lembut. Pada basis 12 bulan, kedua inflasi tersebut. Langkah-langkah telah menurun tahun ini dan berjalan di bawah 2 persen.