Manajer Manchester United Jose Mourinho tersenyum kecut saat wasit Anthony Tailor meniup peluit akhir di Stadion Stamford Bridge, London, Senin (6/11) dini hari. Seusai menyalami beberapa ofisial Chelsea, ”Si Spesial” bergegas meninggalkan tribune. Sementara Antonio Conte meluapkan kegembiraan bersama anak asuhnya di lapangan.
Tandukan Alvaro Morata pada menit ke-55 melenyapkan hasrat Manchester United untuk mendulang poin di kandang Chelsea hari itu. Menyambut umpan lambung yang begitu presisi dari Cesar Azpilicueta, Morata menyundul bola menyasar sisi kiri gawang dan memperdaya kiper David de Gea.
Stamford Bridge langsung bergemuruh lewat teriakan pendukung tuan rumah. Kedudukan 1-0 untuk Chelsea bertahan hingga akhir laga. Kekalahan tersebut membuat MU yang berada di posisi kedua tertinggal delapan poin dari Manchester City, penguasa klasemen Liga Inggris, yang mengantongi 31 poin.
Meskipun kalah, Jose Mourinho menilai Manchester United masih di dalam jalur perebutan menuju tangga juara Liga Inggris. ”Kami memang tertinggal delapan poin (dari City), tetapi kami berada di posisi kedua, bukan kelima, keenam, ketujuh, atau kedelapan,” kata Mourinho seusai laga.
Kami memang tertinggal delapan poin (dari City), tetapi kami berada di posisi kedua, bukan kelima, keenam, ketujuh, atau kedelapan.
Manajer Chelsea Antonio Conte mengakui, kemenangan atas MU ini penting bagi Chelsea setelah dihantam kekalahan 0-3 dari AS Roma di Liga Champions pekan lalu. ”Bertanding melawan Manchester United selalu merupakan permainan yang masif. Kemenangan ini pun jadi penting untuk meningkatkan kepercayaan diri pemain,” ucap Conte.
Pragmatis
Dari lima kali pertemuan terakhir dengan Chelsea, ”Setan Merah” hanya menang satu kali, dua kali imbang, dan merasakan dua kali pil pahit kekalahan. Manchester United bahkan pernah dihajar empat gol tanpa balas di Stamford Bridge pada Liga Inggris musim lalu. Seusai laga, Mourinho meradang dan menuding Conte mempermalukan dirinya di hadapan pendukung mantan klubnya tersebut.
Mourinho menyebutkan, laga melawan Chelsea kali ini bagian dari fase tersulit karena Manchester United tidak diperkuat sejumlah pemain penting. Absennya Paul Pogba, Zlatan Ibrahimovic, dan Marcos Rojo karena cedera membuat Mourinho harus berpikir keras meredam agresivitas permainan Chelsea.
Dari lima kali pertemuan terakhir dengan Chelsea, ”Setan Merah” hanya menang satu kali, dua kali imbang, dan merasakan dua kali pil pahit kekalahan.
Mark Ogden, analis sepak bola di ESPN, menilai, Manchester United di bawah Mourinho berorientasi pada pendekatan safety-first (mengutamakan selamat), yang sudah menjadi konsep kuno. Mourinho juga dijuluki ”Machiavelli Sepak Bola Modern” karena pragmatisme yang dianutnya itu. Apa pun akan dilakukan demi meraih tujuan, yakni menang.
Ya, Mourinho akan berbuat apa pun agar menang, termasuk dengan bermain total defensif dan mengabaikan estetika sepak bola. Si Spesial tidak akan malu untuk menerapkan sistem pertahanan ”parkir bus” seperti ketika Manchester United melawan Liverpool dan Tottenham Hotspur. Itulah kenapa Mourinho menjadi lekat dengan permainan sepak bola negatif.
Pragmatisme Mourinho ini yang membuat permainan Setan Merah begitu kontras dengan Manchester City yang melibas Arsenal 3-1 pada laga lanjutan Liga Inggris kemarin. City di bawah asuhan Josep ”Pep” Guardiola bermain cukup impresif dengan serangan yang efektif.
Mourinho lebih berhasrat untuk tidak kalah dibandingkan merumuskan determinasi tim untuk bermain apik. Ian Macintosh, penulis Liga Inggris di ESPN, bahkan menyebut Mourinho layaknya Sun Tzu yang berbuat apa saja agar menang perang.
Kendati demikian, apa yang diterapkan pada klub asuhannya tersebut membuat Mourinho juga disebut sebagai pelatih dengan jaminan trofi. Ini telah terbukti ketika Mou membesut Real Madrid, Inter Milan, dan Chelsea. Lalu, apakah Mourinho berhasil membawa Manchester United juara dengan caranya itu pada musim ini...? Yang pasti, ini menjadi pertaruhan Si Spesial. (AFP/REUTERS/ESPN)