Menteri Pariwisata Arief Yahya menunjukkan penghargaan dari Dive Magazine yang menobatkan Indonesia sebagai destinasi wisata selam terbaik di dunia 2017.
LONDON, KOMPAS — Indonesia dinobatkan sebagai tempat wisata selam terbaik di dunia 2017 oleh Dive Magazine, majalah selam yang berkantor pusat di London, Inggris. Penghargaan itu diharapkan semakin memperkuat posisi Indonesia di kancah percaturan industri pariwisata global.
Piagam penghargaan The World’s Best Diving Destination diberikan langsung oleh Penerbit Dive Magazine Graeme Gourlay kepada Menteri Pariwisata Arief Yahya di Paviliun Indonesia di World Trade Market (WTM) London, Senin (6/11). WTM merupakan salah satu pameran industri pariwisata terbesar di dunia.
”Tolong jaga kekayaan alam bawah laut Indonesia karena di sana banyak titik (spot) penyelaman yang cantik dan menarik,” ujar Graeme.
Tolong jaga kekayaan alam bawah laut Indonesia karena di sana banyak titik (spot) penyelaman yang cantik dan menarik.
Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengucapkan terima kasih kepada semua orang di seluruh dunia yang sudah berpartisipasi dengan memberikan suaranya kepada Indonesia sehingga berhasil dinobatkan sebagai tempat wisata selam terbaik di dunia 2017.
Penghargaan The World’s Best Diving Destination ini merupakan yang kedua kali diterima Indonesia. Penghargaan pertama diterima pada 2016. Dengan dinobatkannya Indonesia sebagai tempat wisata selam terbaik dunia, semua pihak terutama para pemangku kepentingan diharapkan memberikan perhatian terhadap upaya pelestarian semua sumber daya alam bawah laut.
Kompas/Ichwan Susanto
Titik selam Melissa Garden atau orang lokal mengenal lokasi ini dengan Kowor atau Batu Hanyut menjadi destinasi wisata bawah laut favorit di Raja Ampat. Keindahan aneka jenis karang dan ikan serta kejernihan air menjadikannya hampir setiap hari dikunjungi banyak penikmat bawah air. Foto diambil di Melissa Garden, 8 Desember 2016.
”Pelestarian kekayaan alam penting sebab ikan-ikan yang ada di bawah laut Indonesia jauh lebih mahal harganya apabila bisa dinikmati dalam arti dilihat hidup-hidup sebagai obyek wisata dibandingkan apabila dijual atau dijadikan sebagai bahan pangan,” kata Arief Yahya.
Pelestarian kekayaan alam penting sebab ikan-ikan yang ada di bawah laut Indonesia jauh lebih mahal harganya apabila bisa dinikmati dalam arti dilihat hidup-hidup sebagai obyek wisata dibandingkan apabila dijual atau dijadikan sebagai bahan pangan.
Arief menambahkan, potensi wisata bahari Indonesia sebenarnya tidak bisa dikalahkan oleh negara lain seperti Thailand dan Malaysia. Sebab, 85 persen spesies terumbu karang terbaik di dunia ada di Tanah Air. Kelebihan lain, Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 100.000 km atau terpanjang kedua di dunia setelah Kanada serta 17.000 pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.
Kompas/Heru Sri Kumoro
Wisatawan menikmati terumbu karang di Sombu, Wango-Wangi, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Selasa (21/6/2016). Selain menyelam, keindahan bawah laut Waktaobi juga bisa dinikmati dengan snorkling.
”Indonesia memiliki banyak atraksi terutama di tempat-tempat penyelaman. Hampir semua tempat menyelam terbaik di dunia ada di Indonesia, seperti Wakatobi, Raja Ampat, Labuan Bajo, dan masih banyak lagi,” ujar Arief Yahya.
Indonesia memiliki banyak atraksi terutama di tempat-tempat penyelaman. Hampir semua tempat menyelam terbaik di dunia ada di Indonesia, seperti Wakatobi, Raja Ampat, Labuan Bajo, dan masih banyak lagi.
Deputi Bidang Pemasaran Mancanegara Kementerian Pariwisata Profesor I Gde Pitana mengatakan, wisata bahari merupakan salah satu segmen yang diunggulkan. Perkembangan pasar wisata bahari menunjukkan tren meningkat setiap tahunnya. Wisata bahari dibagi dalam tiga kategori, yakni pantai, eksplorasi di atas air seperti memancing, berselancar, dan wisata bawah air seperti menyelam.
Pengembangan wisata bahari didasarkan beragam pertimbangan, seperti kelestarian alam. Contohnya, wisata selam di Raja Ampat dikembangkan hanya untuk wisatawan minat khusus, sedangan wisata kapal pesiar bisa dilakukan secara massal melalui sejumlah pelabuhan, seperti Tanjung Emas di Semarang, Tanjung Perak di Surabaya, dan Tanjung Belawan di Medan. (RUNIK SRI ASTUTI dari London, Inggris)
