Ruas Tol di Jakarta Ini Akan Dibuat Layang
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu atau Becakayu, dengan sistem elevated atau layang, telah beroperasi setelah diresmikan Presiden Joko Widodo, pekan lalu. Sistem sama juga akan dilakukan pada enam proyek tol di DKI, diawali seksi Kelapa Gading-Pulogebang.
Enam proyek tol dalam kota itu meliputi Semanan-Sunter (20,23 km), Sunter-Pulogebang (9,44 km), Duri Pulo-Kampung Melayu (12,65 km), Ulujami-Tanah Abang (8,70 km), Kemayoran-Kampung Melayu (9,60 km), dan Pasar Minggu-Kasablanka (9,15 km). Fokus pembangunan saat ini ialah koridor timur barat, Semanan-Sunter dan Sunter-Pulogebang.
Sistem elevated diterapkan pada sebagian besar ruas tol tersebut, salah satunya agar proyek tidak berlarut-larut dalam pembebasan lahan. Selama ini, proyek pembangunan tol kerap terkendala masalah pembebasan lahan. Biaya penggantian hasil pengukuran kerap kali ditolak warga karena dianggap tidak sesuai. Kesepakatan sulit tercapai.
Apalagi, biaya harga lahan di Jakarta terus melonjak. ”Di Jakarta nyaris tidak mungkin (membuka jalan baru). Bisa saja, tetapi harganya sangat mahal. Jadi, kami gunakan ruang yang ada. Artinya, dibangun di atas jalan yang sudah ada,” kata Kepala Subbidang Pengawasan Konstruksi Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bambang Yudo, Rabu (8/11).
Kami gunakan ruang yang ada. Artinya, dibangun di atas jalan yang sudah ada.
Adapun pembebasan lahan, lanjut Bambang, diperlukan hanya pada sebagian kecil ruas tol, yakni untuk keluar-masuk kendaraan dari jalan raya ke tol dan sebaliknya. Namun, bagaimanapun, pembangunan dengan sistem elevated dapat menekan biaya hingga sekitar 70 persen.
Menurut Bambang, tujuan pembangunan enam ruas tol dalam kota tersebut untuk menambah kapasitas jalan. Saat ini, lalu lintas di Jakarta semakin padat karena kendaraan terus bertambah, sedangkan jalan stagnan. ”Jaringan jalan yang bertambah diharapkan bisa mengurangi kemacetan dan mengurangi waktu tempuh,” katanya.
Jaringan jalan yang bertambah diharapkan bisa mengurangi kemacetan dan mengurangi waktu tempuh.
Badan Usaha Jalan Tol yang menangani keenam proyek yang dibangun bertahap tersebut ialah PT Jakarta Tollroad Development. Nilai investasi sekitar Rp 41 triliun.
Kelapa Gading-Pulogebang
Lantaran dibangun bertahap, saat ini pembangunan fokus pada ruas Semanan-Sunter dan Sunter-Pulogebang, total sepanjang 31,16 km. Pembangunannya dibagi dalam tiga seksi, yakni Kelapa Gading-Pulogebang (Seksi A), Semanan-Grogol (B), dan Grogol-Kelapa Gading. Saat ini baru Seksi A yang telah memulai konstruksi, dengan kemajuan 3,5 persen.
Berdasarkan pantauan di kawasan Kelapa Gading, Rabu, sejumlah alat berat sudah dioperasikan untuk mengangkat benda-benda konstruksi. Bagian tengah jalan, dari arah barat ke timur atau sebaliknya, ditutup bagi kendaraan.
Bambang mengatakan, pengerjaan konstruksi Seksi B dan C belum dilaksanakan karena Seksi A merupakan ruas yang paling siap. Menurut dia, seksi tersebut ditargetkan rampung pada 2019. Adapun Seksi B dan C, meski saat ini belum mulai konstruksi, sudah diprogramkan.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Jakarta Tollroad Development Frans S Sunito mengatakan, ruas Semanan-Sunter dan Sunter-Pulo Gebang merupakan pembangunan tahap pertama. ”Saat ini sedang berlangsung konstruksi untuk fondasi di daerah Kelapa Gading. Dari enam ruas tol itu, kami prioritaskan koridor timur-barat dan semoga akan selesai pada 2019,” kata Frans (Kompas, 19/6).
Berdasarkan Perpres Nomor 3 Tahun 2016 dan Perpres Nomor 58 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, enam ruas tol dalam kota Jakarta termasuk dalam Proyek Strategis Nasional. Setelah Tahap 1 (Semanan-Pulogebang), pembangunan berlanjut ke Tahap II (Duri Pulo-Kampung Melayu dan Kemayoran-Kampung Melayu), lalu Tahap 2 (Ulujami-Tanah Abang dan Pasar Minggu-Kasablanka). Tahap 1 dijadwalkan rampung 2021.
Ciawi-Sukabumi
Salah satu proyek strategis nasional lainnya ialah Tol Ciawi-Sukabumi atau Bogor-Ciawi-Sukabumi (Tol Bocimi) sepanjang 54 kilometer. Proyek tersebut dilaksanakan bertahap, dalam empat seksi, yakni Ciawi-Cigombong (Seksi I), Cigombong-Cibadak (Seksi II), Cibadak-Sukabumi Barat (Seksi III), dan Sukabumi Barat-Sukabumi Timur (Seksi IV).
Saat ini, pengerjaan baru dilakukan pada Seksi I, dengan kemajuan pembebasan lahan mencapai 95,57 persen dan realisasi 56,06 persen. Seksi I pun terbagi dua, yakni Ciawi-Caringin (ditargetkan beroperasi Desember 2017) dan Caringin-Cigombong (ditargetkan beroperasi Maret 2018).
Bambang mengatakan, sesuai arahan Presiden Jokowi, ruas tol yang sudah bisa gate to gate diharapkan dioperasikan lebih dulu. ”Karena itu, Ciawi-Caringin akan kami upayakan bisa mulai beroperasi Desember tahun ini,” kata Bambang. Adapun seluruh ruas Tol Bocimi ditargetkan beroperasi pada triwulan keempat 2019.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan bahwa tol tersebut dibangun untuk mengurangi jarak tempuh Jakarta-Sukabumi. ”Sekarang Jakarta-Sukabumi atau sebaliknya memakan waktu 5-7 jam. Nanti, diharapkan waktu tempuh bisa jauh berkurang. Konstruksi untuk Seksi II dan seterusnya diupayakan bisa dimulai awal 2018,” ucapnya.
Sekarang Jakarta-Sukabumi atau sebaliknya memakan waktu 5-7 jam. Nanti, diharapkan waktu tempuh bisa jauh berkurang.
Sebelumnya, Presiden Jokowi dalam kunjungan kerja di Sukabumi, Jumat (1/9), mengatakan, selama ini perjalanan Jakarta-Sukabumi selalu memakan waktu 6-7 jam. Perjalanan dari Bandara Soekarno-Hatta ke Sukabumi bahkan butuh waktu sembilan jam. (Kompas, 2/9).
”Kemacetan ini akan kita selesaikan. Kemarin saya perintahkan (Jalan) Tol Bocimi (Bogor-Ciawi-Sukabumi) dipercepat penyelesaiannya. Kedua, kita putuskan membangun double track (jalur rel ganda) dari Bogor-Sukabumi sehingga arus mobilitas orang dari Jakarta, Bogor, ke Sukabumi semakin cepat,” kata Presiden Jokowi.