China Siap Pimpin Masa Depan Perdagangan Global
DANANG, JUMAT — Para pemimpin senior ekonomi di kawasan Asia Pasifik disajikan dua visi yang kontras dari Presiden AS dan China, dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, ketika mereka membawakan pidato kunci pada pertemuan puncak Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Danang, Vietnam, Jumat (10/11) siang ini.
Bertajuk ”Menciptakan Tenaga Pendorong Baru, Memupuk Masa Depan Bersama”, Pekan Pemimpin Ekonomi APEC 2017 ini telah dimulai pada Rabu (8/11) dan akan berakhir pada Sabtu (11/11).
Ada beberapa isu utama KTT APEC 2017, antara lain perekonomian berkelanjutan, integrasi ekonomi regional, penguatan daya saing UMKM, perdagangan global, serta keamanan makanan.
Trump dan Xi memaparkan visi yang kontras tentang masa depan perdagangan global. Trump mengusung ”nasionalisme” kebijakan ekonomi dan perdagangan, sedangkan Xi mendukung globalisasi perdagangan bebas.
Presiden Donald Trump dari AS dan Presiden Xi Jinping dari China memaparkan visi yang kontras dan bertentangan satu sama lain tentang masa depan perdagangan global.
Xi menyebut globalisasi sebagai ”tren historis yang mustahil dihindari”. Komentarnya itu bertolak belakang dengan doktrin yang digaungkan Trump untuk mendahulukan Amerika atau ”America First”.
Trump menggunakan doktrin ”America First” saat dia berbicara dengan para pemimpin APEC dan chief executive officer (CEO) yang ingin menanamkan modal di 21 negara anggota APEC.
Presiden ke-45 AS itu mengulangi lagi kegelisahannya terhadap kondisi perdagangan global yang dinilainya ”tidak adil” karena menurut dia menyedot habis tenaga kerja di AS.
Trump mengatakan, Washington ”tidak lagi menoleransi” perdagangan yang tidak adil, pasar tertutup, dan pencurian kekayaan intelektual. Karena itu, ia berusaha untuk menulis ulang peraturan perdagangan global.
Ketika berada di Beijing, Trump memuji Xi, memanggil tuan rumahnya itu sebagai ”orang yang sangat spesial”. Namun, menurut para pengamat, ia kurang memiliki hasil nyata untuk mengatasi krisis di Semenanjung Korea dan ketidakseimbangan perdagangan yang mengganggu pemimpin AS itu.
Siap ambil alih
Xi membawa pesan yang berbeda. Ia melipatgandakan komitmennya, seperti yang telah dia sampaikan pada Kongres Partai Komunis, pekan ketiga Oktober lalu. Ia mengatakan, China sangat siap dan bisa mengambil alih kepemimpinan di era perdagangan bebas global yang ditinggalkan AS.
Pemimpin China paling berkuasa setelah Mao Zedong itu mengakui, filosofi di balik perdagangan bebas perlu diposisikan ulang agar ”lebih terbuka, lebih seimbang, lebih adil, dan lebih bermanfaat bagi semua”.
Kita harus mendukung rezim perdagangan multilateral dan mendorong regionalisme terbuka.
Namun, Xi mempertahankan kesepakatan perdagangan multinasional yang, menurut dia, membantu negara-negara miskin mendapatkan keuntungan dari perdagangan global.
”Kita harus mendukung rezim perdagangan multilateral dan mendorong regionalisme terbuka untuk memungkinkan anggota lebih berkembang memperoleh keuntungan lebih dari perdagangan dan investasi internasional,” ujarnya dalam sebuah pidato yang diselingi tepuk tangan para delegasi.
Ketika AS mundur untuk lebih mengutamakan ”nasionalisme ekonomi” atau mendahulukan kepentingan nasionalnya, China justru melangkah maju, kata Ian Bremmer, konsultan politik Eurasia.
”Sangat jelas bahwa kekosongan komparatif yang Anda alami di dunia, terutama di halaman belakang China di sini, di APEC, adalah sesuatu yang dilihat Xi Jinping sebagai peluang,” lanjutnya.
Defisit perdagangan
Masuknya Trump ke Gedung Putih membuat tercabutnya diplomasi ekonomi yang puluhan tahun dipimpin AS, yang mampu menyatukan ekonomi global dengan pakta perdagangan bebas dan tarif rendah.
Trump telah berjanji untuk menghasilkan deal yang lebih baik dengan negara-negara di mana Amerika Serikat mengalami defisit perdagangan yang sangat besar, termasuk dengan China.
Dengan kebijakan ”America First”, Trump memberi penekanan besar bahwa kepentingan yang didahulukan adalah kepentingan AS sendiri.
Trump memberikan penekanan yang lebih besar, bahwa kepentingan yang didahulukan adalah kepentingan AS sendiri.
Hal itu berarti, kepentingan AS tidak selalu sama dengan kebijakan global. Kebijakan perdagangan, investasi luar negeri, dan kebijakan lainnya dikembalikan untuk mendahulukan kepentingan AS.
Hal itu jelas menjadi peluang besar China untuk memimpin perekonomian dunia. Xi mendapat peluang untuk memimpin kebijakan perekonomian global.
Trump telah menarik dukungan Washington dari Pakta Perdagangan Trans-Asia (TPP) dan berjanji untuk menegosiasi ulang NAFTA, sebuah kesepakatan perdagangan antara AS, Kanada, dan Meksiko.
Pada Jumat ini, para menteri Asia-Pasifik tentu saja berjuang untuk menyelamatkan kesepakatan TPP, dengan Kanada membantah laporan bahwa sebuah kesepakatan telah dicapai di antara 11 anggota lainnya untuk terus maju tanpa AS. (AFP/REUTERS/AP)