RI-Korsel Pacu Industrialisasi
BOGOR, KOMPAS — Dalam pertemuan bilateral yang digelar pada Kamis (9/11) di Istana Bogor, Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in sepakat membentuk kemitraan strategis khusus. Implementasi dari kemitraan itu adalah akselerasi industrialisasi di Indonesia.
Menandai kesepakatan itu, Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto dan mitranya, Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi Korea Selatan Paik Un-gyu, menandatangani nota kesepahaman terkait kerja sama industri di antara kedua negara.
Saat menyampaikan keterangan pers bersama, Kamis petang, Presiden Jokowi mengatakan dirinya menghargai kedatangan Presiden Moon yang memilih Indonesia sebagai tujuan pertama dari perjalanannya ke negara-negara Asia Tenggara. "Ini menunjukkan komitmen kuat Presiden Moon untuk meningkatkan hubungan bilateral kedua negara," kata Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi menghargai dan menyambut baik peningkatan investasi Korsel yang hampir dua kali lipat pada semester I-2017 serta peningkatan nilai perdagangan yang mencapai lebih dari 19,3 persen pada periode yang sama. Presiden ingin pencapaian itu terus ditingkatkan demi kepentingan rakyat kedua negara.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Moon menyebut dirinya dan Presiden Jokowi memiliki kesamaan, yakni mengutamakan kepentingan rakyat dan mengembangkan ekonomi yang bersifat toleran. Oleh karena itu, dia menilai kunjungan ini menjadi kesempatan bagus untuk menumbuhkan kepercayaan bersama.
"Saya yakin kepercayaan seperti ini akan menjadi fondasi kuat untuk hubungan bilateral kedua negara," ujarnya. Kemitraan strategis khusus ini, menurut Presiden Moon, sesuai dengan visi perlindungan hak asasi manusia, demokrasi, dan pertumbuhan ekonomi. Presiden Moon menyatakan, kedua negara telah menyepakati peningkatan jumlah perdagangan yang ditargetkan mencapai 30 miliar dollar AS sampai 2022. Kerja sama infrastruktur, baik dalam pengelolaan air, transportasi, listrik, otomotif, pariwisata, industri konten, energi ramah lingkungan, maupun lingkungan hidup, juga akan ditingkatkan.
Sebelum bertemu Presiden Jokowi di Istana Bogor, Presiden Moon menyempatkan diri bertemu dengan 18 personel Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) di sebuah hotel berbintang di Jakarta. Ke-18 anggota Paspampres tersebut sebelumnya pernah digembleng di Pusat Pelatihan PSS ROK Gimpo, sejenis pasukan elite khusus di Korsel, pada Juli lalu. Pertemuan ini berlangsung atas inisiatif Direktur Perlindungan PSS ROK Mr Ryu.
"Korsel merasa terkesan dengan profesionalisme prajurit Paspampres, terutama saat melaksanakan latihan di Gimpo, Korsel," kata Letnan Kolonel (Mar) Freddy Ardianzah, seorang perwira Paspampres.
Cakrawala baru
Sebelumnya, saat hadir dalam acara Indonesia-Korea Business Roundtable di Jakarta, Presiden Moon menempatkan Indonesia pada posisi sangat penting, baik di kawasan maupun dalam percaturan global. "Diplomasi Korea selama ini fokus dengan Jepang, China, dan Rusia. Namun, saya melihat diplomasi harus memasuki cakrawala baru dan Indonesia adalah target yang berprospek baik," kata Presiden Moon.
Ia menuturkan, ada beberapa alasan memajukan hubungan kerja sama dengan ASEAN, terutama Indonesia. Korsel melihat, dalam krisis global, ternyata Indonesia yang berpopulasi terbesar keempat di dunia mampu mencatatkan prestasi pertumbuhan ekonomi mencapai 5 persen.
"Selain itu, di ASEAN, Indonesia berperan besar. Oleh karena itu, bagi Korea, kami ingin lebih cepat dari negara lain untuk merayu Indonesia," ujar Presiden Moon. Meskipun saat ini ada yang melihat lebih banyak kesuksesan di Korea, Presiden Moon mengatakan, mereka hanya selangkah lebih maju dibandingkan dengan Indonesia. Indonesia, katanya, bisa meraih pencapaian lebih baik.
"Kami mengharapkan kunjungan ini bisa menjadi basis hubungan baik sehingga bisa mempercepat kemajuan ekonomi kedua negara dan kita bisa menciptakan booming," kata Presiden Moon yang memimpikan kedua negara bersama-sama memasuki pasar internasional.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pelita Harapan Aleksius Jemadu menilai, langkah yang diambil Presiden Moon sangat mudah dipahami. "Korsel amat bergantung pada perdagangan internasional karena tidak punya sumber daya memadai. Indonesia bisa menjawab masalah itu," kata Jemadu.
"Indonesia pasar terbesar di Asia Tenggara, sekaligus punya banyak sumber daya. Wajar Indonesia dipilih sebagai negara Asia pertama yang dikunjungi," ujarnya.
Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Adriana Elisabeth, mengatakan, selain ingin produk otomotif mereka dibeli oleh lebih banyak warga Indonesia, Korsel juga membutuhkan pasokan minyak sawit untuk industri kosmetika mereka. Selain itu, Korsel dinilai berminat memperluas investasi di Indonesia. Selama bertahun-tahun, Korsel masuk 10 besar daftar investasi asing di Indonesia. Sepanjang tahun 2016, investor Korsel menanamkan 1,1 miliar dollar AS ke Indonesia.
Selain itu, menurut Adriana dan Jemadu, Korsel tengah mencari dukungan untuk politik luar negeri mereka. Adriana menilai, Korsel membutuhkan dukungan untuk upaya reunifikasi dua Korea. Sebagaimana diketahui, berbeda dari pendahulunya, Presiden Moon cenderung mengedepankan dialog untuk mengatasi masalah di Semenanjung Korea. (RAZ/CAS/INA/HAR/JOS)