logo Kompas.id
UtamaSabtu, Batas Akhir...
Iklan

Sabtu, Batas Akhir Penyanderaan

Oleh
· 4 menit baca

JAYAPURA, KOMPAS — Tim Satuan Tugas Gabungan TNI dan Polri menetapkan batas waktu hingga Sabtu (11/11) ini kepada kelompok bersenjata untuk membuka akses menuju Kampung Banti dan Kimbely di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua. Pembukaan akses itu diperlukan agar sekitar 1.300 warga yang disandera dalam dua pekan terakhir bisa segera dievakuasi ke Timika, ibu kota Mimika.Kepala Kepolisian Daerah Papua Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar di Tembagapura, saat dihubungi dari Jayapura, Papua, kemarin, mengatakan, tenggat yang diberikan polisi bagi kelompok bersenjata hanya sampai Sabtu sore. "Kami bersama tokoh masyarakat setempat masih berupaya bernegosiasi agar para warga dievakuasi dari Banti dan Kimbely. Apabila cara tersebut gagal, kami akan menggunakan cara berikutnya untuk menyelamatkan mereka," kata Boy.Ia juga mengatakan, persediaan barang kebutuhan pokok di kedua kampung tersebut terus menipis. Warga tidak dapat keluar kampung untuk membeli barang-barang kebutuhan pokok karena dilarang penyandera."Jalan dari Banti dan Kimbely ke Tembagapura telah ditutup KKB (kelompok kriminal bersenjata). Kami tak bisa memasuki kawasan tersebut karena mereka (KKB) bersembunyi di bukit, dipersenjatai sekitar 30 pucuk senjata api," kata Boy.Sekretaris Daerah Kabupaten Mimika Ausilius You mengatakan, pihaknya telah mengirimkan bantuan makanan ke Tembagapura. Namun, bantuan belum dapat disalurkan kepada warga di Banti dan Kimbely."Pemerintah Kabupaten Mimika juga masih melakukan negosiasi dengan KKB agar warga bisa mendapatkan bantuan bahan pokok. Kami juga telah menyiapkan tiga tempat lokasi penampungan warga Kimbely dan Banti di kota Timika," ujar Ausilius.Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal George Elnadus Supit mengatakan, pihaknya telah menyiapkan strategi untuk membebaskan warga jika upaya negosiasi tak berhasil. "Kami akan mengambil langkah tegas apabila proses evakuasi warga berjalan buntu. Saat ini anggota kami sudah dalam posisi bersiaga di Tembagapura," katanya. Warga tewasMartinus Beanal, pegawai PT Pangan Sari yang menjadi penyedia jasa katering PT Freeport Indonesia, ditemukan tewas pada Kamis lalu. Sebelumnya, Martinus menghilang dalam perjalanan dari Tembagapura menuju Kampung Banti, Selasa lalu.Boy mengatakan, berdasarkan keterangan warga, jenazah Martinus ditemukan di Kampung Utikini yang berdekatan dengan markas KKB. "Jenazahnya telah dimakamkan pada Kamis kemarin," ujarnya.Boy mengatakan, pada awalnya, Martinus kembali ke rumahnya di Kampung Banti pada pukul 05.00 WIT. Ia pulang untuk menyelamatkan istrinya dari aksi teror KKB. "Sekitar pukul 08.00 WIT, korban masih berkomunikasi via telepon dengan keponakannya. Tiba-tiba terdengar suara tembakan dan komunikasi terputus," ujar Boy.Ia pun mengimbau agar warga untuk sementara waktu tidak melakukan perjalanan ke sejumlah kampung, seperti Banti dan Kimbely, yang masih dikuasai kelompok bersenjata.Ketua Lembaga Masyarakat Adat Amungme Nerius Katagame mengatakan, dirinya juga menerima laporan warga bahwa Martinus ditemukan tewas di atas bukit di daerah Banti, Kamis lalu. "Kemungkinan ia tewas dibunuh dalam perjalanan dari kantornya di Tembagapura menuju ke rumahnya di Banti untuk menyelamatkan sang istri," kata Nerius. Dari Jakarta, Polri mengalami kendala untuk melakukan langkah persuasif kepada kelompok bersenjata di Tembagapura, Mimika, Papua, yang menyandera sekitar 1.300 warga di Kimbely dan Banti. Sebab, pemimpin kelompok bersenjata masih menutup diri untuk berkomunikasi dan bernegosiasi dengan aparat keamanan.Di kedua desa itu terdapat 1.000 warga lokal dan 300 pendatang. Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengatakan, masyarakat di kedua desa itu dilarang bepergian oleh pemimpin kelompok bersenjata, kecuali perempuan.Dari komunikasi dengan masyarakat yang diperbolehkan keluar desa, ujarnya, kondisi sekitar 1.300 warga di kedua desa masih baik dan tidak mendapatkan kekerasan fisik dari kelompok bersenjata. Kebutuhan sehari-hari dipasok para perempuan yang diberi akses keluar desa. Namun, kelompok bersenjata menutup diri dari tim gabungan TNI-Polri dan pemerintah daerah yang ingin melakukan dialog."Tim gabungan Polri dan TNI sudah mencoba menghubungi pemimpin kelompok bersenjata itu, tetapi mereka tidak membuka ruang (negosiasi)," ujar Setyo, Jumat, di Markas Besar Polri, Jakarta.Lebih lanjut Setyo mengatakan, senjata api kelompok penyandera didapat dari dua sumber, yaitu pasokan senjata secara ilegal dari wilayah perbatasan dan senjata rakitan dari pembuat yang berada di Papua.(FLO/SAN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000