”Walk Out” Ananda Tidak Mewakili Alumni dan Kolese Kanisius
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum Persatuan Alumni Kolese Kanisius Jakarta Sharief Natanagara mengatakan, PAKKJ mengapresiasi kehadiran Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang diundang dalam acara ulang tahun ke-90 Kolese Kanisius. Sebagai bentuk klarifikasi, pihak penyelenggara, yaitu PAKKJ, orangtua siswa, dan sekolah akan mengirimkan surat kepada Anies Baswedan, Selasa (14/11). Surat itu berisi penjelasan terkait masalah Sabtu lalu, bahwa itu tidak berhubungan sama sekali dengan penyelenggara.
Apalagi, di Kanisius, Sharief dan alumni lainnya diajarkan untuk menghargai tamu. ”Itu bagian dari ajaran kami, compassion. Kami harus menghargai tamu,” ucapnya.
Bahkan, menurut Sharief, penonton bertambah saat Anies menyampaikan kata sambutan yang dimulai sekitar pukul 19.30. Ia menepis kebenaran dari siaran pers yang mengatasnamakan alumni.
”Berita itu tidak benar. Orang yang keluar ruangan saat sambutan hanya dua atau tiga orang, salah satunya Ananda (Sukarlan). Tidak benar bahwa ada ratusan,” ujarnya Senin (13/11), saat ditemui di Kolese Kanisius, Menteng, Jakarta Pusat.
”Kami menyesalkan walk out dan adanya pernyataan yang tidak pada tempatnya. Itu sikap personal dan tidak mewakili PAKKJ dan Kolese Kanisius,” lanjut Sharief.
Kami menyesalkan ”walk out” dan adanya pernyataan yang tidak pada tempatnya. Itu sikap personal dan tidak mewakili PAKKJ dan Kolese Kanisius.
Mengenai pengundangan Anies, Sharief pun tidak ambil pusing. Ia mengatakan, konteks pengundangan adalah pemimpin Jakarta. Jadi, siapa pun gubernurnya, ia akan diundang.
Sudah tepat
Sementara itu, Franz Magnis-Suseno yang juga hadir untuk menerima penghargaan pada Sabtu lalu juga memberi komentar. Ia setuju dengan Sharief. Romo Magnis mengatakan, panitia tepat mengundang Gubernur karena Kanisius adalah sekolah ternama yang hampir satu abad.
Menurut Romo Magnis, panitia tidak bisa disalahkan, begitu juga dengan Ananda Sukarlan. Panitia mengundang Gubernur untuk bisa menjalankan misinya dengan DKI Jakarta. Sementara Ananda sebagai seorang Muslim juga berhak keluar tanpa dicurigai bersikap sektarian. Akan tetapi, sikap Ananda itu tetap tidak disetujui oleh Romo Magnis.
Panitia tidak bisa disalahkan, begitu juga dengan Ananda Sukarlan. Panitia mengundang Gubernur untuk bisa menjalankan misinya dengan DKI Jakarta. Sementara Ananda sebagai seorang Muslim juga berhak keluar tanpa dicurigai bersikap sektarian.
Romo Magnis menyebutkan, Ananda dan siapa pun harus menghargai pilihan demokratis warga Jakarta. Sebab, siapa pun gubernurnya, mereka yang akan memimpin selama lima tahun ke depan.
Sikap personal
Komposer ternama Ananda Sukarlan yang merupakan alumnus Kolese Kanisius menyatakan, sikap walk out-nya saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berpidato merupakan sikap personal. Ananda tidak mewakili sikap alumni, terlebih sekolahnya.
Ananda merupakan undangan dalam acara ulang tahun ke-90 Kolese Kanisius, Sabtu (11/11) lalu, di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat. Ia hadir guna menerima penghargaan atas komitmennya untuk karya kemanusiaan dalam bidang seni musik. Ketika Anies memulai kata sambutan baru lima menit, Ananda memutuskan walk out, keluar dari ruangan sejenak.
”Ya, memang saya walk out. Itu sikap personal saya,” ucap Ananda saat dihubungi, Senin.
Ananda menyebutkan, sikapnya untuk keluar sejenak pada saat Gubernur memberikan kata sambutan itu tidak mewakili siapa pun, baik sekolah maupun perkumpulan alumni.
Ya, memang saya ”walk out”. Itu sikap personal saya.
Sebagai undangan, Ananda mengatakan berhak untuk tidak menyaksikan acara yang tidak dia inginkan. ”Saya undangan di sana. Jadi, tidak wajib menjamu Anies,” ujarnya.
Menurut Ananda, alasannya keluar karena tidak setuju dengan panitia yang mengundang Anies. Ananda menilai, cara-cara yang dilakukan Anies saat Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta tidak mencerminkan nilai kanisian yang mengutamakan pluralisme.
Ananda mencontohkan, dirinya seorang Muslim; dan di Kanisius yang merupakan sekolah Katolik diajarkan untuk saling menghargai sesama.
Kejadian itu sempat menghebohkan dunia media sosial. Sebab, ada beberapa pesan berantai yang menyebarkan kehebohan itu. Salah satunya, siaran pers yang menamakan ”alumni tahun 86”. (DD06)