MIMIKA, KOMPAS — Dalam dua pekan terakhir, sekitar 1.300 warga di tiga kampung yang disandera kelompok kriminal bersenjata di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, tidak memperoleh layanan kesehatan. Tak mengherankan, sejumlah warga yang sakit tidak mendapat pengobatan.
Para tenaga medis di Rumah Sakit Waa Banti, Tembagapura, dievakuasi sejak 27 Oktober guna menghindari teror. Fakta ini diungkapkan sejumlah warga, Senin (13/11). Kelompok kriminal bersenjata yang dipimpin Sabinus Waker menyandera sekitar 1.300 warga Kampung Kimbely, Banti, dan Utikini.
Seorang warga Kimbely melalui telepon mengatakan, mereka dilarang meninggalkan rumah. ”Banyak yang sakit, terutama perempuan dan anak-anak, tetapi tidak bisa berobat. Kami juga kelaparan. Harus berhemat karena bahan makanan menipis,” ujarnya.
Ia mengatakan, warga sangat membutuhkan bantuan obat-obatan, makanan, selimut, dan susu untuk anak-anak. ”Kaum perempuan juga membutuhkan sejumlah barang khusus, seperti pembalut,” katanya.
Warga lain di Banti mengatakan, Yuliance Murib, bayi perempuan berusia lima bulan, meninggal karena kelaparan, Sabtu lalu. ”Ibu korban tak bisa memproduksi ASI karena tubuhnya lemah. Sebab, dua hari terakhir ia belum makan,” ujarnya.
Polda Papua juga menyatakan, seorang ibu hamil sembilan bulan dari Banti bernama Alina Kogoya harus berjalan kaki dua jam menuju Tembagapura, Minggu lalu. Alina kemudian dibawa ke RS Tembagapura.
Kepala Polda Papua Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan akan mempercepat upaya penyelamatan warga di ketiga kampung.
Di Jakarta, Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengatakan, upaya persuasif tetap menjadi prioritas. Namun, jika itu gagal, diperlukan penegakan hukum. ”Ketika langkah-langkah persuasif tidak bisa ketemu, negara perlu menegakkan ketertiban, keamanan, dan menegakkan hukum,” kata Tito.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan, pelayanan publik di Mimika jangan sampai terganggu. Meski didera krisis penyanderaan, kepentingan warga harus diutamakan.
Juru Bicara Tentara Pembebasan Organisasi Papua Merdeka Sebby Sambom menyatakan, pihaknya tak akan menghentikan teror hingga PT Freeport Indonesia menghentikan penambangan di Tembagapura. ”Operasi penambangan emas di Tembagapura akan dibuka lagi setelah ada referendum Papua,” kata Sebby. (FRN/FLO/SEM/SAN)