MIMIKA, KOMPAS — Perwakilan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Papua mendesak negara agar segera hadir untuk mengatasi krisis keamanan yang ditimbulkan kelompok kriminal bersenjata di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, dalam sebulan terakhir.
Kehadiran negara ini, menurut Kepala Perwakilan Komnas HAM Papua Frits Ramandey, guna mencegah bertambahnya korban dari warga sipil dan aparat.
Frits menyampaikan hal itu seusai pemakaman Brigadir Kepala (Anumerta) Firman, polisi yang berdinas di satuan Brigade Mobil Detasemen B Timika, Rabu (15/11) sore. Firman dimakamkan di Kompleks Pemakaman Umum Islam Kompleks Mako Lanud Distrik Mimika Baru.
Firman (28) dan rekannya, Ajun Inspektur Dua Yongky Rumte (40), ditembak kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Mil 69, Tembagapura, Rabu pukul 03.50 WIT. Firman gugur, sedangkan Yongky luka parah.
Frits mengatakan, tindakan KKB yang menyerang warga dan aparat dapat dikategorikan sebagai pelanggaran HAM. "Seharusnya pemerintah cepat melangkah. Hukum harus ditegakkan," katanya.
Data Bidang Humas Polda Papua menyebutkan, terjadi 12 penembakan oleh KKB di Tembagapura selama 21 Oktober-15 November. Tercatat 12 korban luka dan 2 tewas akibat penembakan itu. Sebelum Firman, Brigadir Satu Berry Pramana Putra, juga anggota Brimob Detasemen B Timika, gugur pada 22 Oktober.
"Sudah sebulan terakhir kami mengupayakan negosiasi. Namun, mereka masih menolak upaya evakuasi warga di tiga kampung," ujar Frits. Ketiga kampung yang hingga kini masih dikuasai KKB adalah Banti, Utikini, dan Kimbely.
Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian memastikan, polisi menyiapkan operasi lain untuk penyelamatan 1.300 warga di Tembagapura. Meski dua polisi gugur, langkah persuasif tetap prioritas. ”Kami masih (utamakan upaya) persuasif, tetapi ada teknis lain yang tak bisa disampaikan kepada publik,” ujar Tito di Jakarta, Rabu.
Tito menambahkan, jangka waktu operasi persuasif bersifat situasional. Karena itu, Kepala Polda Papua dan Panglima Kodam XVII/Cenderawasih telah diberi kewenangan untuk mengambil keputusan terkait operasi penyelamatan warga dan penindakan hukum terhadap KKB.
Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka Sebby Sambom menyatakan, penembakan dua polisi di Mil 69 merupakan peringatan bagi aparat keamanan agar meninggalkan ketiga kampung yang dikuasai. "Kami tak akan berhenti melakukan penembakan terhadap aparat keamanan hingga mereka meninggalkan Tembagapura," kata Sebby. (FLO/SAN)