MAGELANG, KOMPAS — Atlet-atlet nasional dan pelari elite mancanegara akan memeriahkan Bank Jateng Borobodur Marathon 2017 yang digelar pada Minggu (19/11), di Magelang, Jawa Tengah. Lomba maraton edisi tahun ini lebih mengedepankan kualitas ketimbang kuantitas peserta.
Bank Jateng Borobodur Marathon 2017 (BJBM 2017), yang mengambil tema utama "Tumbuh Kembali dalam Keselarasan", akan diikuti 8.754 peserta dari sejumlah wilayah Indonesia dan mancanegara. Lomba lari yang kental dengan nuansa budaya dan pariwisata ini terbagi dalam tiga kategori utama, yaitu 10K, setengah maraton, dan maraton (42 km). Pendaftaran lomba telah ditutup, Rabu (15/11).
Dari daftar peserta yang masuk meja panitia muncul sejumlah nama atlet berkelas dunia asal Kenya yang sering memenangi lomba lari maraton di kawasan Asia Tenggara. Mereka, antara lain, Kennedy Kiproo Lilan (juara Kuala Lumpur Marathon dan Jakarta Marathon 2016), Henry Kiprotich Sang (juara Maybank Bali Marathon 2017), dan Kiprop Tinui (peringkat kedua Bali Marathon 2016).
Ketiga pelari elite asal Afrika itu akan meramaikan persaingan pada nomor maraton. Selain atlet mancanegara itu, sejumlah pelari nasional yang bergelimang prestasi, seperti Agus Prayogo, Acong Tio, Jauhari Johan, dan Triyaningsih, juga akan meramaikan BJBM 2017 yang memperebutkan hadiah total Rp 2 miliar itu.
Tio dan Jauhari direncanakan terjun pada nomor 10K (10 kilometer). Agus, atlet peraih medali emas nomor lari 10.000 meter pada SEA Games 2017, bakal bersaing pada nomor lomba setengah maraton. Atlet lari jarak jauh itu sempat mendaftar untuk kategori maraton.
"Saya akhirnya lebih memilih tampil di half marathon sebagai persiapan uji coba maraton di luar negeri awal 2018. Ini (tampil di BJBM 2017) bagian dari persiapan latihan saya (sebagai atlet pelatnas Asian Games 2018)," ujar Agus, Kamis (16/11).
Agus, yang juga meraih medali perak nomor maraton di SEA Games 2017, menilai BJBM 2017 sebagai lomba lari bergengsi nasional yang tidak boleh dilewatkan. Ia pun menargetkan juara pada lari nomor 21 km kategori nasional. Demi mencapai target itu, ia mengaku telah melakukan persiapan panjang sebagai bagian dari program latihan rutinnya.
Dalam sehari, di pelatnas atletik di Pangalengan, Jawa Barat, ia rutin berlari hingga 40 km. "Sudah biasa setiap hari berlari sejauh itu. Tadi pagi, saya sempat latihan lari 25 km," kata Agus.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) Tigor M Tanjung mempersilakan atlet-atlet nasional untuk ambil bagian di BJBM. "Lomba ini bisa dimanfaatkan oleh mereka sebagai bagian persiapan menghadapi Asian Games (2018) asalkan tidak ikut pada nomor maraton. Khusus maraton, sesuai jadwal, mereka baru bisa turun pada Februari-Maret," ujarnya.
Pelari 84 tahun
Lomba lari ini juga akan diikuti sejumlah pelari unik, salah satunya Senda Keizo, pelari Jepang berusia 79 tahun. Ia jadi peserta tertua yang akan berlomba pada nomor maraton. Keizo, anggota klub lari Hyaku, merupakan satu dari sedikit pelari yang memiliki capaian unik di dunia. Ia telah mengikuti setidaknya 691 lomba maraton sepanjang hidupnya.
Selain Keizo, ada Judith Vandikel, pelari 84 tahun asal Belanda, yang akan tampil pada nomor 10K.
Terkait dengan penyelenggaraan lomba, Tigor optimistis, penyelenggaraan BJBM edisi kali ini bakal lebih baik daripada tahun lalu. PASI telah mengecek rute lomba dan memberikan masukan kepada pihak panitia. "Mudah-mudahan kehadiran Kompas (sebagai penyelenggara lomba) bisa menghadirkan perbaikan dari kekurangan tahun lalu. PASI mendukung penuh acara ini," ujarnya.
Tahun ini, jumlah peserta BJBM hanya sekitar separuh dibandingkan dengan peserta tahun lalu. Pada edisi 2016, peserta BJBM hampir 19.000 orang. Manajer Acara BJBM 2017 Budhi Sarwiadi mengatakan, pihaknya sengaja membatasi jumlah peserta tidak lebih dari 9.000 orang agar bisa menjaga kualitas lomba. "Jumlah itu (8.754 peserta) sesuai dengan kapasitas lintasan," ujar Budhi.
Saat lomba, untuk mencegah dehidrasi, panitia bakal memperbanyak pos hidrasi. Pos-pos tersebut akan ditempatkan di setiap 2,5 km untuk jarak lari di bawah 20 km. Untuk jarak 20 km-35 km, pos hidrasi setiap 2 km, dan menjadi setiap 1,5 km setelah 35 km. (JON)