MAGELANG, KOMPAS — Ribuan pelari dari sejumlah negara dan berbagai latar belakang berbaur dalam Bank Jateng Borobudur Marathon 2017, Minggu (19/11) pagi ini. BJBM edisi kelima ini diharapkan menjadi "pintu masuk" menuju status lomba maraton berkelas dunia.
"Saya bermimpi, suatu hari nanti acara ini bisa seperti Tokyo Marathon (satu dari enam lomba maraton utama di dunia). Untuk itu, manajemen (lomba) harus bisa lebih baik lagi dari tahun ke tahun. Siapa tahu, tiga tahun ke depan, peserta pun harus diundi untuk bisa mengikuti event ini," ujar Liem Chi An, Ketua Yayasan Borobudur 10K, dalam jumpa pers, Sabtu, di Magelang, Jawa Tengah.
BJBM 2017 akan diikuti 8.754 peserta dari 27 negara. Jumlah negara asal peserta ini lebih banyak daripada tahun lalu, yaitu 20 negara, dengan jumlah peserta hampir 20.000 orang. Namun, membeludaknya jumlah peserta yang tidak sebanding dengan kapasitas jalan dan pelaksanaan yang baik membuat lomba itu diwarnai sejumlah masalah.
Agus Prayogo, pelari nasional asal Magelang yang turun dalam BJBM tahun lalu, bahkan gagal finis di nomor lari 21 kilometer (km) karena kurang optimalnya pembagian dan pengawasan jalur lintasan.
"Tahun ini, persiapan lebih mantap dengan dibantu Kompas (sebagai panitia penyelenggara). Kami sangat serius karena event ini bisa menjadi ajang yang menyehatkan sekaligus daya tarik wisata," ujar Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Senada dengan Liem, Ganjar juga berambisi agar BJBM ke depan bisa masuk kalender maraton dunia. "Dengan perencanaan, organisasi penyelenggaraan, dan promosi yang baik, itu (Tokyo Marathon) bisa saja kita libas suatu hari nanti," ujar kepala daerah yang akan ikut berlari pagi ini.
Mulai 2017, lintasan lari BJBM yang mengelilingi kawasan warisan dunia Candi Borobudur telah berstandar internasional berkat sertifikat yang dikeluarkan Asosiasi Maraton dan Lari Jarak Jauh Internasional (AIMS). Sertifikat yang diterbitkan Direktur Teknik AIMS Dave Cundy itu berlaku untuk lima tahun atau hingga 2021.
"Kami sangat menekankan kualitas dari layanan, yaitu kenyamanan untuk pelari. Rutenya (BJBM) sangat unik karena melewati cagar budaya, sawah, hingga hutan bambu. Mudah-mudahan event ini bisa semakin besar dan tetap terjaga kualitasnya," ujar Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo dalam jumpa pers.
Tahun ini, panitia penyelenggara sengaja membatasi jumlah peserta, yaitu maksimal 9.000 orang, demi menjaga kualitas dan layanan BJBM 2017. Panitia bahkan tidak menerima peserta tambahan ketika pendaftarannya resmi ditutup pada Rabu (15/11). Kamis lalu ada sejumlah calon peserta, salah satunya datang dari Kenya, untuk mendaftar. Namun, panitia tetap tidak mengizinkannya ikut karena pendaftaran telah ditutup.
"Saya yakin, apa yang diimpikan Pak Liem bisa tercapai suatu hari nanti karena event kali ini ada penjaminan kualitasnya. Kegiatan ini berdampak luas secara ekonomi, terbukti dari tingginya hunian hotel," ujar Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno.
Berpotensi berkembang
Takahashi Shinichi (42), peserta asal Jepang yang memiliki agen perjalanan khusus wisata maraton, menilai, BJBM berpotensi berkembang besar karena kaya dengan unsur budaya, olahraga, dan pariwisata. Para peserta BJBM 2017 akan disuguhi berbagai pertunjukan budaya oleh masyarakat di sekitar lintasan.
Shinichi membawa tiga rekannya sesama anggota klub Full Hyaku Running (100 maraton) ke BJBM tahun ini, salah satunya Senda Keizo (79), peserta maraton tertua dalam BJBM 2017. Keizo telah mengikuti sekitar 700 maraton di sejumlah negara di dunia.
"Event ini (BJBM) sangat unik karena punya ikon Borobudur yang terkenal di seluruh dunia. Saya akan mengajak lebih banyak orang ke sini tahun depan," ujar Shinichi.
Agus Prayogo, atlet lari peraih medali perak di nomor maraton SEA Games Malaysia 2017, penasaran dan tidak sabar terjun di BJBM 2017. Padahal, ia rajin mengikuti ajang ini pada tahun- tahun sebelumnya.
"Yang saya dengar, jalurnya baru (di nomor lari 21 km dan maraton) dan berbeda dari tahun lalu. Saya akan berusaha finis tercepat sambil menikmati suasana alam, budaya, dan antusiasme warga," ujar Agus yang akan turun di nomor 21 km.
Demi kelancaran acara ini, panitia dibantu aparat keamanan setempat akan menutup atau mensterilkan rute lari mulai pukul 04.30 hingga pukul 08.30. Sedikitnya 1.511 aparat keamanan gabungan akan dikerahkan untuk menjaga rute lari yang melintasi sejumlah wilayah di Kabupaten Magelang itu. Warga pun diimbau tidak menggunakan kendaraan roda empat pada jam-jam tersebut.
Pada kategori 10 km, jalan yang akan dilintasi pelari adalah kawasan Kandang Gajah, Jalan Medang Kamulan, Jalan Pramudyawardhani, Jalan Syailendra Raya, Kampung Ngrowo, perempatan Segoro, dan Taman Lumbini.
Sementara untuk kategori 21 dan 42 km, jalan yang akan ditutup adalah perempatan Lapangan Pujon, Jembatan Kali Progo, Jalan Bumi Segoro, perempatan Ngaran, Jalan Badrawati, Jalan Ngaran Lor, Jalan Kalangan, Jalan Brojonalan, dan kawasan Candi Pawon. (JON)