Bagaimana Pengaruh Tahun Politik terhadap Pasar Modal?
Oleh
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kondisi pasar modal Indonesia diprediksi akan terus membaik seiring dengan prospek perekonomian nasional yang semakin bagus. Bahkan, laba emiten di bursa saham diperkirakan tumbuh rata-rata 10-12 persen pada tahun ini.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tengah berada dalam tren meningkat. Pada triwulan III-2017, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,06 persen secara tahunan (yoy). Angka itu meningkat sebesar 0,05 persen poin dibandingkan dengan triwulan II-2017 yang sebesar 5,01 persen yoy.
Direktur dan Kepala Ekuitas PT BNP Paribas Investment Partners Aliyahdin Syaugi mengatakan, sektor-sektor yang tumbuh pesat belakangan ini antara lain infrastruktur, telekomunikasi, dan konsumer. ”Kebutuhan masyarakat akan komunikasi semakin tinggi di era digitalisasi sekarang ini,” ujar Aliyahdin di Jakarta, Kamis (23/11).
Adapun sektor infrastruktur didorong oleh maraknya proyek infrastruktur pemerintah, khususnya yang dikerjakan sejumlah badan usaha milik negara (BUMN). ”Yang perlu diperhatikan dari sektor infrastruktur adalah beban utang. Investor harus lebih hati-hati dan mempertimbangkan risikonya,” lanjutnya.
Sektor konsumer diperkirakan juga akan terus bertumbuh. Menurut Aliyahdin, pilkada serentak 2018 akan memicu belanja yang cukup besar. Dampaknya, daya beli masyarakat akan meningkat sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Perhelatan pemilu 2004, 2009, dan 2014 terbukti mendorong daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.
Namun, Febrio Kacaribu, ekonom dari Universitas Indonesia, tidak sependapat bahwa pemilu selalu berdampak positif bagi perekonomian. ”Ada kondisi politik yang berbeda pada setiap pemilu. Dampaknya pun berbeda-beda terhadap perekonomian dan pasar saham,” kata Febrio saat dihubungi secara terpisah.
Perhelatan pemilu 2004, 2009, dan 2014 terbukti mendorong daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.
”Pasar saham masih akan cenderung flat, kecuali dana asing mulai masuk lagi. Adapun pasar obligasi akan cenderung membaik seiring terjadinya capital inflow. Secara regional maupun di antara emerging market, obligasi Indonesia masih cukup menarik,” tutur Febrio.
Presiden Direktur BNP Paribas Investment Partners Indonesia Vivian Secakusuma sepakat bahwa pasar obligasi tetap menarik dan akan terus tumbuh tahun depan. ”Namun, memang ada kecenderungan orang untuk menahan investasinya saat pilkada berlangsung. Mereka melihat situasi dan kondisinya terlebih dahulu,” ujar Vivian. (DD16)