Generasi Muda Butuh Ruang untuk Ambil Keputusan
JAKARTA, KOMPAS — Generasi muda harus mempersiapkan diri untuk menjadi pengambil keputusan bangsa di masa depan. Kolaborasi antara anak muda dan pemerintah menjadi salah satu wadah yang tepat untuk anak muda menuangkan ide-idenya. Namun, pemerintah masih belum banyak memberikan ruang untuk anak-anak muda.
Ayu Kartika Dewi (34), salah satu pendiri organisasi Seribu Anak Bangsa Merantau untuk Kembali (Sabang Merauke) menjelaskan, sudah saatnya anak muda dapat memberikan inspirasi untuk para pengambil keputusan. Ayu, yang juga merupakan peserta dari program Future Leaders Connect, mengatakan, anak muda dapat bergerak di bidangnya masing-masing untuk mengubah negeri ini.
Anak muda dapat bergerak di bidangnya masing-masing untuk mengubah negeri ini.
DD05Seperti organisasi kami yang fokus terhadap isu toleransi dan pertukaran pelajar di seluruh Indonesia. Jadi, kami menyeleksi anak-anak sekolah, kemudian selama liburan sekolah mereka akan kami tempatkan di keluarga yang beda agama dan beda etnis. Tujuannya agar mereka belajar toleransi,” ungkap Ayu dalam acara Sharing Session Future Leaders Connect Indonesia di kantor British Council, Jakarta Selatan, Rabu (22/11).
Ayu menjelaskan, untuk menjadi calon pemimpin negeri, anak muda saat ini cukup sulit untuk berkolaborasi dengan pemerintah dalam mengambil keputusan. Padahal, ide-ide anak muda seharusnya bisa ditampung oleh pemerintah.
”Oleh sebab itu, kami belajar untuk mencari cara agar bisa melakukan mediasi dengan pemerintah, seperti cara berkomunikasi yang baik. Selain itu, kami coba untuk konsisten melakukan apa yang sudah kami fokuskan agar pemerintah menjadi terinspirasi dengan kinerja kami,” ungkap Ayu.
Dina Novita Sari (27), salah satau pendiri program rintisan iBeasiswa, mengatakan, pendidikan menjadi salah satu faktor penting untuk memajukan generasi muda. ”Melalui program iBeasiswa, kami melatih para lulusan untuk siap bekerja dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya juga,” ungkap Dina.
Sehari-harinya, Dina memang fokus membahas masalah pendidikan. Ia menjelaskan, ketika ia di Inggris, ia berdiskusi dengan banyak rekan dari negara lain mengenai isu global. ”Di dunia ini, isu global masih sama, yaitu mengenai pendidikan. Oleh sebab itu, kami mencoba juga untuk mendorong Pemerintah Indonesia untuk bisa fokus di bidang pendidikan,” kata Dina.
Di dunia ini, isu global masih sama, yaitu mengenai pendidikan. Oleh sebab itu, kami mencoba juga untuk mendorong Pemerintah Indonesia untuk bisa fokus di bidang pendidikan.
Salah satu cara yang dilakukan Dina untuk bisa mengubah pola pikir pemerintah adalah dengan melakukan riset. Penelitian dan riset-riset itulah yang nantinya dibutuhkan pemerintah untuk mengambil kebijakan. ”Pemerintah butuh data-data di berbagai bidang. Kami juga belajar menangani cara mengolah data agar data tersebut bisa berguna untuk menentukan kebijakan,” kata Dina.
Transport Associate dari Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Gandrie Ramadhan (27) mengatakan, salah satu cara untuk memberikan ide kepada pemerintah adalah dengan memanfaatkan momentum. ”Seperti saat ini, saya mencoba memanfaatkan momentum terpilihnya Gubernur DKI Jakarta yang baru untuk memberikan gagasan mengenai sistem transportasi umum kepada pemerintah,” ungkap Gandrie.
Gandrie mengatakan, saat ini ITDP sedang mendekati tim sinkronisasi gubernur untuk fokus terhadap masalah pedestrian dan sistem transportasi umum yang saling terintegrasi. Menurut Gandrie, untuk menjadi pemimpin yang baik, anak muda harus bisa berpikiran terbuka karena ide tersebut tidak haya ada dalam satu pemikiran.
Di Indonesia baru sekitar 17 persen anggota perempuan yang terlibat dalam dalam legislatif. Oleh sebab itu, kami mencoba untuk memberikan pendidikan politik ke anak-anak muda ke sejumlah daerah.
Programme Associate at Woman and Youth Development Institute of Indonesia (WYDII) Felippa Ann (24) menjelaskan, saat ini keterlibatan politik anak muda, khususnya perempuan, masih minim. ”Di Indonesia baru sekitar 17 persen anggota perempuan yang terlibat dalam dalam legislatif. Oleh sebab itu, kami mencoba untuk memberikan pendidikan politik ke anak-anak muda ke sejumlah daerah,” ungkap Felippa.
Felippa mengatakan, munculnya partai politik baru di Indonesia bisa meningkatkan partisipasi anak muda yang terjun ke dalam dunia politik. Dengan terjun ke dunia politik, anak muda bisa menjadi salah satu penentu kebijakan nantinya.
Manajer Future Leaders Connect dari Yayasan British Council Kartini Sunityo mengatakan, anak muda seharusnya diberikan ruang untuk dapat menjadi salah satu pemimpin di masa depan. ”Oleh sebab itu, kami membuat program Future Leaders Connect ini. Jadi, kami memilih empat anak muda yang telah diseleksi untuk dikirim ke Inggris dan dilatih menjadi pemimpin masa depan,” ungkap Kartini.
Dalam pelatihan tersebut, peserta diajak berdiskusi dengan peserta dari sejumlah negara untuk membahas permasalahan global. Nantinya, hasil diskusi tersebut dapat diterapkan di Indonesia untuk dijadikan ide para pengambil keputusan.
Anak muda seharusnya diberikan ruang untuk dapat menjadi salah satu pemimpin di masa depan.
Ayu mengatakan, setelah mengikuti program tersebut, ia mendapatkan inspirasi dari rekan-rekan negara lain. Menurut dia, dari hasil diskusi tersebut, semua permasalahan ternyata saling berkaitan antarbidang. ”Seperti kasus terorisme yang menyebabkan intoleransi, kemudian masalah peperangan yang menyebabkan migrasi, dan semua bidang seharusnya bersinergi untuk mengatasi masalah tersebut,” kata Ayu.
Dina menjelaskan, dengan mengikuti program Future Leaders Connect, ia berkesempatan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. ”Kami bertemu dengan Koffi Anan dan mendapatkan inspirasi darinya bahwa anak muda seharusnya mampu menjadi pengambil keputusan di masa depan,” ungkap Dina. (DD05)