HARARE, RABU — Mantan Wakil Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa, Rabu (22/11), pulang ke Zimbabwe dan akan segera dilantik sebagai presiden menyusul pengunduran diri Presiden Robert Mugabe. Pelantikannya dijadwalkan dilaksanakan pada Jumat besok.
Di Bandara Harare, Zimbabwe, Mnangagwa dijemput para pengurus partai penguasa, Partai Front Patriotik-Uni Nasional Afrika Zimbabwe (ZANU-PF), dan pemimpin angkatan bersenjata, Constantino Chiwenga. Ia kemudian dijadwalkan menemui Mugabe.
Nama Mnangagwa sebagai calon pengganti Mugabe untuk posisi presiden diajukan ZANU-PF ke parlemen. Mnangagwa ditunjuk partai untuk mengisi sisa waktu pemerintahan Mugabe yang berakhir pada 2018. Sebelumnya, Mnangagwa ditunjuk menjadi Ketua ZANU-PF setelah Mugabe dipecat dari posisi itu.
Dalam suratnya yang dibacakan di parlemen, Selasa lalu, Mugabe menyatakan mundur. Pernyataan ini mengakhiri krisis politik di Zimbabwe setelah militer menerapkan tahanan rumah terhadap Mugabe (93) dan istrinya, Grace.
Rakyat menyambut gembira pengunduran diri Mugabe. Kini, fokus mereka tertuju pada Mnangagwa yang selama ini dikenal sebagai pembantu setia Mugabe.
Mnangagwa dipecat beberapa pekan lalu oleh Mugabe. Hal ini diduga dilakukan untuk memuluskan upaya Grace menjadi penerus suaminya. Setelah dipecat, Mnangagwa meninggalkan Zimbabwe karena khawatir ada upaya pembunuhan terhadap dirinya.
Juru bicara ZANU-PF, Simon Khaya Moyo, mengatakan, Mugabe dan Grace berhak mendapat perlakuan baik. Mugabe, tokoh kemerdekaan Zimbabawe, juga akan tetap dihargai setelah memimpin negara itu selama 37 tahun. "Ia memerlukan istirahat dan saya yakin rakyat juga setuju akan hal ini," ucapnya.
Tantangan
Mnangagwa menghadapi tantangan berat, yakni membangkitkan ekonomi Zimbabwe yang ambruk. Banyak anak muda berpendidikan frustrasi karena menganggur. Banyak juga dari mereka yang meninggalkan Zimbabwe.
Salah satu penyebab ekonomi ambruk adalah sanksi negara-negara Barat pada awal 2000-an. Sanksi diberikan karena Zimbabwe diduga melanggar hak asasi manusia dan menyelenggarakan pemilu yang tidak adil.
Zimbabwe sedikit terbantu dengan investasi dari China. Namun, investasi itu tak memadai dan 16 juta penduduk negara itu tetap hidup miskin. Kondisi makin sulit dengan tingkat pengangguran tinggi dan nilai tukar yang anjlok. Pemilu tahun depan diharapkan mendatangkan investasi-investasi baru. Mnangagwa diperkirakan akan memenangi pemilu tersebut.
Utusan Khusus Kanselir Jerman Angela Merkel untuk Afrika Guenther Nooke menilai, Mnangagwa akan terpilih dengan segala cara, bisa dengan menyebarkan rasa takut atau cara lain. "Yang terjadi kemudian, rakyat kembali ke kekuasaan tirani," ujarnya.
Saat ini, meski rakyat gembira dengan pengunduran diri Mugabe, tidak berarti mereka juga senang dengan kehadiran Mnangagwa. Konsultan dari International Crisis Group untuk wilayah Afrika, Piers Pigou, mengatakan, masa lalu nan gelap Mnangagwa, mantan menteri kehakiman dan menteri pertahanan itu, tak mudah dilupakan. Para pendukung kubu oposisi meyakini, ia mendalangi pembunuhan ribuan orang pada 1980-an.
"Supaya bisa dianggap sebagai pemimpin yang baik, ia harus membuat kebijakan yang secara fundamental mengurangi struktur kekuasaan ZANU-PF. Hal ini terwujud dengan memisahkan partai dan negara," kata Pigou.
Sejauh ini, Mnangagwa tak banyak bicara. Saat berbicara beberapa jam sebelum Mugabe mundur, Mnangagwa menekankan pentingnya bagi rakyat untuk bekerja sama memajukan Zimbabwe. (REUTERS/AFP/AP/LUK)