BANDUNG, KOMPAS — Jalur kereta api di selatan Jawa Barat yang tertimbun material longsor sejak Rabu (22/11) sore sudah dapat dilalui pada Jumat dini hari. Namun, kecepatan kereta dibatasi hanya 5 kilometer per jam saat melintasi lokasi bekas longsor antara Stasiun Bumiwaluya dan Stasiun Cipeundeuy, Kabupaten Garut.
”Dini hari tadi, tepatnya pukul 02.35, jalur tersebut sudah selesai diperbaiki dan dinyatakan aman untuk dilalui. Kereta pertama yang melintas adalah KA Malabar pada pukul 03.32,” ujar Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi 2 Bandung Joni Martinus, Jumat.
Pengangkatan material longsor dan pengecekan jalur KA dilakukan sejak Rabu. Hingga Kamis malam, dari delapan titik longsor, hanya satu titik di Kilometer 231 yang belum tuntas dibersihkan. Sebab, volume material longsor di lokasi itu paling besar, dengan panjang 100 meter, lebar 5 meter, dan tinggi 2 meter.
”Pembersihan material longsor dari jalur kereta membutuhkan pengerjaan lebih lama untuk memastikan keselamatan perjalaan KA. Akibatnya, pola operasional kereta api terganggu karena pengalihan jalur sehingga terjadi keterlambatan. Kami mohon maaf atas keterlambatan yang terjadi,” ujarnya.
Jalur kereta antara Stasiun Bumiwaluya dan Stasiun Cipeundeuy memang rawan longsor. Sebab, jalur tersebut berada di antara tebing dengan kemiringan hampir 90 derajat.
Apalagi, tidak semua bagian atas tebing ditanami pohon keras. Akibatnya, saat hujan lebat, tebing rawan longsor karena tidak dapat menahan air.
Masih banyak rekahan di tebing yang berpotensi menyebabkan longsor susulan. ”Kondisi sekarang masih berbahaya. Tebing bekas longsor juga harus diantisipasi karena berpotensi longsor kembali saat hujan lebat,” ujar Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro saat meninjau lokasi longsor, Kamis sore.
Akibat longsor tersebut, perjalanan KA dari Surabaya dan Solo menuju Bandung, melewati Stasiun Kroya-Maos-Sidareja-Banjar Patroman-Tasikmalaya, dialihkan melewati jalur utara (Purwokerto-Cirebon-Cikampek-Bandung). Sejumlah perjalanan KA yang terganggu adalah KA Kahuripan, KA Lodaya, KA Mutiara Selatan, KA Turangga, KA Malabar, dan KA Serayu.
Petugas KA masih terus memantau kondisi tebing di sekitar jalur tersebut. Hal itu diperlukan untuk mengantisipasi longsor susulan yang masih berpotensi terjadi, terutama saat terjadi hujan lebat.
Perbaikan rumah akibat puting beliung terkendala
Sementara itu ratusan rumah warga korban bencana puting beliung di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, masih berantakan. Perbaikan rumah yang rencana dilakukan Jumat pagi terkendala hujan deras. Semua pekerjaan pun terpaksa dihentikan.
Kustiyani, warga Desa Tambakrejo, mengatakan, rencana suami dan saudaranya akan memasang terpal untuk melindungi perabotan rumah tangga. Namun, hujan keburu turun deras sehingga menghambat pekerjaan. ”Baju dan semua perabot sekarang basah semua,” ujarnya lirih.
Komandan Komando Distrik Militer 0816 Sidoarjo Letnan Kolonel Infanteri Fadly Mulyono mengatakan hari ini dikerahkan 300 relawan untuk membantu warga korban puting beliung. Sebanyak 110 relawan di antaranya merupakan anggota TNI. Sisanya gabungan polisi, taruna siaga bencana, dan satuan polisi pamong praja.
”Tim relawan turun sejak pagi. Namun, karena hujan deras, aktivitas terpaksa dihentikan. Selain tidak bisa bekerja, kondisi hujan lebat juga membahayakan keselamatan relawan,” ujar Fadly.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sidoarjo mendata jumlah rumah dan bangunan rusak akibat puting beliung yang terjadi Rabu (22/11) petang mencapai 902 unit. Rumah warga itu tersebar di tiga desa, yakni Tambak Rejo, Tambak Sumur, dan Tambak Sawah.