KPK Nilai Belum Waktunya TGPF Kasus Novel Dibentuk
Oleh
RINI KUSTIASIH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Agus Rahardjo menilai belum waktunya tim gabungan pencari fakta untuk kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan dibentuk. Menilik dari keseriusan tim penyidik dari Kepolisian Daerah Metro Jaya, KPK meyakini kasus itu akan segera terungkap.
Polda Metro Jaya mengungkap perkembangan baru terkait dengan penyidikan kasus penyerangan dengan air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. Dari pemeriksaan terhadap 66 saksi, polisi memperoleh dua sketsa wajah yang diduga sebagai pelaku penyiraman air keras terhadap Novel, tujuh bulan lalu. Akan tetapi, identitas dua orang itu masih belum diketahui dan status keduanya dalam kasus ini pun belum secara pasti bisa disimpulkan oleh polisi.
Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Idham Azis dalam konferensi pers di Gedung KPK, Jumat (24/11), di Jakarta, mengatakan, sketsa wajah dua orang yang diduga pelaku penyerangan Novel itu utamanya didapatkan dari keterangan dua saksi, yakni S dan SM.
Sejak dua atau tiga bulan ini mengerucut kepada dua orang yang diduga pelaku penyiraman terhadap korban (Novel). Ada informasi dari saksi S dan SM.
”Sejak dua atau tiga bulan ini mengerucut kepada dua orang yang diduga pelaku penyiraman terhadap korban (Novel). Ada informasi dari saksi S dan SM,” kata Idham.
Untuk menghimpun informasi lebih lengkap tentang identitas sebenarnya dua orang yang diduga pelaku penyiraman itu, polisi juga membuka nomor hotline yang bisa dihubungi warga yang mengetahui informasi tambahan tentang identitas keduanya. ”Kami buka nomor hotline di 081398844474, yang dibuka 24 jam dan ada operatornya. Kami juga meminta bantuan kepada jajaran lain kalau ada informasi yang bisa kami terima,” tuturnya.
Idham mengatakan, kasus ini ditangani serius oleh kepolisian. Ia juga mengajak kerja sama penyidik KPK dalam penuntasan kasus tersebut. ”Sudah kami sampaikan kepada pimpinan KPK bahwa Polda Metro Jaya meminta teman-teman penyidik di KPK untuk bekerja sama dengan penyidik kami dalam bentuk asistensi di Direktorat Kriminal Umum. Maksudnya supaya teman-teman KPK bisa melihat langsung pemeriksaan yang kami lakukan dalam kasus ini,” papar Idham.
Karena penting dan seriusnya kasus Novel, menurut Idham, penyidik yang menangani kasus ini dibebastugaskan dari kegiatan penyidikan lainnya. Kegiatan pengamanan lain juga tidak ditugaskan kepada mereka. Polda Metro Jaya menginginkan petugas yang menyidik kasus Novel fokus untuk menemukan pelaku penyerangan terhadap Novel.
”Saya pimpin langsung (penyidikan ini) dan sprindik ini saya penanggung jawab. Ini sampai tujuh bulan mungkin terasa lama. Namun, banyak di antara kasus-kasus yang baru terpecahkan selama bertahun-tahun. Kami berharap bantuan dari masyarakat dan kami ingin segera mengungkap kasus ini,” tuturnya.
Kebenaran dua sketsa wajah yang diduga terlibat dalam penyerangan terhadap Novel Baswedan mendekati 90 persen.
Terkait dengan dua sketsa wajah yang diduga terlibat dalam penyerangan terhadap Novel, Idham mengatakan, kebenarannya mendekati 90 persen. Polisi melakukan pendekatan induktif dan deduktif untuk menemukan perkembangan baru dalam kasus tersebut.
”Langkah pertama, yakni induktif, dilakukan dengan mengolah tempat kejadian perkara. Kedua, pendekatan deduktif, dilakukan dengan mencari tahu motif, latar belakang pekerjaan, dan identitas lengkap kedua orang itu. Untuk mengungkap identitas keduanya, kami bekerja sama dengan masyarakat. Kami tidak mau berasumsi,” kata Idham menguraikan.
Agus mengatakan, dengan melihat keseriusan penyidik dari Polda Metro Jaya dan sejumlah perkembangan yang diperoleh dalam penyidikan kasus tersebut, pembentukan TGPF dinilainya belum waktunya dilakukan.
”Kami melihat keseriusan itu. Mungkin kalau tokoh-tokoh prominen melihat itu, dan kami juga akan melibatkan semua bagian di deputi penindakan dan wadah pegawai juga untuk melihat itu (upaya polisi), mereka akan bisa memahami hal itu. Belum waktunya (pembentukan TGPF) kalau melihat itu. Sudah ada titik terang walau pasti masih memerlukan kerja keras,” tutur Agus.